Masukan nama pengguna
Dann telah diciptakan. Proses panjang yang memakan waktu dua ratus tahun telah membuahkan hasil. Dann, ia manusia buatan yang paling menakjubkan pada abad ini.
Ia diciptakan dari DNA rekayasa yang diberi penomoran. Angka triliun menjadi kode kegagalan selama dua ratus tahun itu. Kemudian, DNA nol yang dirangkai oleh Profesor Amase membentuk mikro sel pertama. Akhirnya, DNA nol menjadi asal mula lahirnya Dann di tabung nutrisi selama sembilan tahun.
Dann lahir dalam keadaan kosong. Amase melupakan satu hal untuk manusia buatannya: mengisi memori dengan berbagai informasi, perasaan, dan gagasan.
Ketika lahir, Dann selayaknya bayi pada umumnya. Tidak ada yang berbeda. Amase ingin memasukkan kecerdasan dan segala informasi dunia dalam memori Dann, tetapi Julie, istri Amase marah besar.
Bayi sekecil Dann, Julie tidak tega melihatnya kembali ke laboratorium setelah diserahkan untuk dibesarkan.
Amase, ia orang yang paling dihormati dan dihargai di dunia ini. Namun, di hadapan istrinya, dia tidak cukup mampu. Julie sebaliknya, menganggap Amase sebagai pria jahat yang berani menyakiti Dann kecil.
Julie hanya tidak tahu, apa tujuan Amase menciptakan Dann.
Dunia yang dihuni manusia saat ini telah kehilangan lebih banyak daratan. Tanah telah ditutupi air karena pemanasan global yang mencairkan kutub. Mereka juga kehilangan permata hijau. Yang ada sekarang hanya tumbuhan hasil rekayasa genetik yang tidak sebaik spesies beberapa abad lalu. Kota mengapung menjadi satu-satunya tempat tinggal. Di sana, semua penuh sesak seolah-olah kematian bisa datang kapan saja. Dunia sangat mengerikan abad ini, tetapi tidak ada yang menganggapnya sebagai hal paling menakutkan. Semua wajar sebab zaman telah berubah. Ini bukan lagi beberapa abad yang lalu.
Hanya tempat yang disebut Eden, itu lebih baik dibanding sudut lain di kota gantung. Dann tinggal di sana.
Lahir sebagai manusia membuat Dann tumbuh seperti manusia. Mulai dari cara berpikir, bertingkah laku, bersikap, ia tidak kurang dari manusia lain. Terlalu sempurna untuk disebut buatan yang membuat orang lain sakit hati tentang faktanya.
Hanya satu yang membuat Dann berbeda: ia ingin semua pada masa lalu kembali ke masa kini.
Dunia yang hijau, tanah luas yang subur, lalu laut biru dengan beragam jenis ikan di dalamnya. Ada banyak hal pada masa lampau yang ingin ia kembalikan, tetapi mustahil dengan keadaan yang telah menjadi seperti sekarang. Yang tersisa hanyalah teknologi. Semua telah menjadi buatan manusia dengan segala kekurangan yang sulit diperbaiki, juga memunculkan masalah tanpa solusi.
Karena cita-citanya ini, Dann menjadi profesor waktu, tidak seperti Amase, ayahnya. Namun, ia lebih sering gagal. Gagal dan terus gagal. Sampai akhirnya, Dann jatuh sakit pada usia dua puluh satu tahun. Ia dirawat di rumah sakit yang membuat semua orang merasakan kesia-siaan.
Manusia buatan Amase tidak lebih dari manusia lemah fisik dan otak rata-rata. Mengecewakan. Dann tidak pernah lebih baik dari artificial intelegen bernama Arnol, manusia ciptaan lain yang nyaris sempurna.
Namun, Dann tidak menanggapi, pun Amase dan Julie. Tidak peduli selemah apa fisik Dann, ia tetap anak mereka satu-satunya.
Dann sakit sangat lama dan tidak ada tanda-tanda ia akan sembuh.
"Aku ingin melihat matahari terbit yang cemerlang dari balik bukit hijau di dekat laut. Ada lumba-lumba yang mengejar perahu nelayan. Burung-burung berkicau di udara, terbang bebas. Aku ingin melihat pohon akasia, juga hutan hujan tropis atau sabana. Aku ingin melihat unta yang melintasi gurun atau bintang-bintang di gugusan jalan susu. Pasti sangat menawan." Dann berkata dengan mata berbinar.
Amase duduk di samping Dann, menunduk, dan memegang erat tangan dingin itu. Ia tahu, Dann memiliki keinginan yang luar biasa.
"Ayah, apa yang paling ingin Ayah lihat saat ini atau nanti, mungkin?" Dann bertanya, kemudian melihat Amase yang tidak berniat untuk menatapnya.
"Tidak ada." Amase menjawab dengan suaranya yang bergetar hebat seolah-olah ia tidak pernah bicara selama bertahun-tahun.
"Selain melihatmu sembuh, tidak ada lagi yang ingin Ayah lihat." Amase melanjutkan.
Dann terdiam. Ia tahu sakitnya sudah menahun. Tidak ada dokter di dunia ini atau teknologi yang mampu menyembuhkannya. Tidak jelas pula sakitnya apa. Karena itu, Dann berada di titik akan menyerahkan segalanya kepada maut.
"Tidak bisakah kau hidup dua atau tiga hari lagi?" Amase terisak-isak. Pria itu telah menangis untuk sosok yang begitu disayangi.
"Ya, Ayah. Aku akan hidup dua atau tiga hari lagi. Bahkan, beberapa tahun lagi. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja dan tidak pernah menyesal lahir ke dunia ini walau hanya menjadi alatmu. Aku senang. Aku benar-benar bahagia." Dann menjawab, kemudian tersenyum dengan segala ketulusan yang ia miliki sebagai manusia.
Amase mendongak, lalu meraung seperti serigala yang kalah dalam pertarungan. Kala itu, Dann tinggal sayup-sayup mendengar suara keputusasaan dan kepedihan dari ayahnya. Pandangan Dann juga buram sehingga lebih baik menutup mata dan tidur. Dann tidur tanpa peduli dengan Amase yang menangis kesetanan, mengamuk, dan mengutuk.
Tubuh manusia Dann perlahan-lahan memudar. Pada saat yang sama, berbagai spesies tumbuhan dan hewan, berbagai makhluk dari mikro sampai makro, tumbuh di tanah yang perlahan-lahan muncul setelah volume air asin turun drastis. Makhluk-makhluk itu seperti bangkit dari tanah, merangkak, dan perlahan-lahan beradaptasi dengan situasi.
Bangunan-bangunan pencakar langit, dunia gantung, dan segala bentuk teknologi masa kini digusur oleh waktu yang diputar dengan kecepatan mengerikan. Bahkan, jarum jam besar di menara paling tinggi berdesing ketika putaran mundur itu terjadi.
Namun, tidak satu pun manusia yang merasakan perubahan cepat itu. Sampai mereka merasakan sakit kepala yang dahsyat. Sakit luar biasa sampai muncul firasat bahwa inilah kematian. Satu per satu jatuh karena sakit itu, berguling-guling di tanah sambil memegang kepala, dan menjerit tidak karuan.
Butuh beberapa waktu sakit yang menyiksa luar biasa itu bertahan. Akan tetapi, kemudian semua orang merasa baik-baik saja. Tidak ada sakit atau semacamnya. Semua orang yang berdekatan saling pandang; bingung. Apa yang terjadi?
Sayangnya, tidak ada yang bisa memberi mereka jawaban. Orang-orang bangkit dan perlahan-lahan melupakan kejadian berguling di tanah sambil memegang kepala. Ah, mungkin karena gempa atau sesuatu hal. Lalu, semuanya kembali normal: manusia beraktivitas seperti biasa, menjalani kehidupan dengan asam garam yang mewarnai kisah mereka.
Hanya Amase yang tahu bahwa segala sesuatu telah diubah: waktu, pemikiran manusia, juga ruang. Dann, manusia ciptaan dengan gen dan teknologi paling tinggi pada masa itu, adalah alat pengubah tersebut.
Amase duduk di puncak tebing. Di kejauhan, ia melihat matahari yang perlahan-lahan turun ke balik barisan pegunungan hijau. Lautan dengan riak-riak kecil. Cahaya matahari sore seperti taburan permata jingga di atasnya. Perahu nelayan kembali pulang saat dua lumba-lumba mengekor. Burung-burung berkicau, lewat di bawah langit sore yang indah. Amase masih menangis dengan pemandangan paling menakjubkan ini. Seandainya Dann masih hidup, ia akan dengan bangga mempersembahkan semua untuknya.
"Jika diberikan satu kesempatan, aku ingin kau lahir kembali dan lihatlah dunia impianmu. Dann, betapa mengagumkan ini." Amase berkata dalam hati, lalu tertunduk sambil memegang chip yang berisi DNA Dann.
Tamat.