Masukan nama pengguna
"Nenek moyang!"
"Setan!"
"Babi!"
"Anjing!"
Dia mengabsen sederet makhluk-makhluk ketika marah, membanting gayung air sampai pecah empat, membuang dandang sampai penyok sebelah kiri, lalu memukulkan sapu ke bingkai jendela sampai patah tiga.
Sebabnya ialah adik yang disuruh membeli garam, tetapi tidak mau meskipun sudah dijanjikan uang jalan dua kali lipat harga garam.
Setelah teriak-teriak dengan ganas, giginya jatuh. Jatuh satu di tengah ketika dia membungkuk untuk mengambil air. Jatuh di telapak tangannya.
Ditatap baik-baik gigi itu. Sudah rusak rupanya. Sakit pun datang sebab gigi jatuh. Mau minum perih, mau makan lebih parah lagi.
"Mati saja kau!"
"Tidak berguna!"
"Tuhan, ambil kembali saja dia ini!"
"Mati saja semua!"
"Percuma lahir, besarnya makan-tidur! Tidak berguna! Mati saja!"
Sebab tidak mau membantu mencari kayu bakar, dia mengharapkan kematian untuk orang rumahnya. Semua orang rumahnya diharapkan mati saja, dikutuk sampai langit menangis dan berteriak, "Diam!" Petir dan guntur menggelegar.
Giginya kemudian jatuh lagi. Gigi yang kesekian telah tanggal. Meninggalkan luka, darah, dan siksa dalam mulutnya. Namun, dia tidak berhenti. Tidak mau berhenti sebab itulah darah dagingnya, telah membentuk satu makhluk.
"Aku salah karena menderita di tengah orang-orang yang menjadi cobaanku. Tuhan, aku tidak akan lulus. Ambil saja aku."
Suatu hari, dia berdoa karena lelah. Dia menangis tanpa suara, dalam diam, di kesendirian yang menghadirkan rindu terhadap kebahagiaan. Dia telah terbakar oleh api ketika memasak. Dia terluka ketika mengambil kayu bakar. Keringatnya habis membersihkan rumah. Tenaganya habis mencari uang untuk makan. Akan tetapi, gigi-gigi telah jatuh.
Karena telah jatuh, dia sakit. Tidak lama sakitnya, dia meninggal dunia. Meninggalkan adik-adik lapar dan orang-orang yang mengeluh tidak punya uang.
"Caraku marah salah, tetapi aku tidak pernah salah karena marah. Maaf, aku tidak bisa marah lagi. Gigiku sudah habis."
Dia termenung saat melihat orang lapar, bingung mau makan apa, dan tidak punya uang. Dia tidak tahu lagi caranya marah dan kekosongan lebih menyiksa dari hidup tanpa gigi.
Tamat||
Wakai, 20 Juli 2024.