Masukan nama pengguna
Langit bergemuruh. Tiga helikopter yang terbang rendah menuju Pulau Kematian itu memecah pagi. Hingga orang-orang Desa Brebek yang masih menuntaskan mimpinya di balik selimut tebal itu sontak terbangun. Mereka bertanya-tanya dalam hati, “Apakah akan ada perang?
Sangli. Perempuan tua yang pernah mengalami getirnya nasib di zaman penjajahan itu bergegas beranjak dari tempat tidur. Setengah terhuyung, Sangli berjalan menuju halaman rumah. Sebagaimana tetangga kiri-kanannya, Sangli menengadahkan wajah yang berkeriput itu ke langit. Kedua matanya tak menangkap ketiga helikopter yang masih meninggalkan jejak suaranya.
“Kenapa Nenek terus menatap langit? Helikopter-helikopter itu telah pergi.” Badrul, cucu Sangli menatap keriput pipi neneknya yang mulai basah air mata. “Kenapa Nenek menangis?
Sangli yang tak menggubris pertanyaan Badrul itu terus menatap titik kulminasi langit. Sepasang matanya yang tak lagi melacak bayangan ketiga helikopter itu menangkap sosok Dibya. Bayangan mendiang suaminya yang tujuhpuluh empat hingga tujuhpuluh delapan tahun silam turut memanggul senapan untuk melawan serdadu Jepang dan Belanda itu senampak kelelawar kesiangan. Terbang kesana kemari. Mencari lubang langit yang menjadi pintu menuju surga.
Tanpa mengerdipkan mata, Sangli terus menatap bayangan Dibya sebelum lenyap ditelan awan tipis. Keriput pipinya semakin basah air mata. Perasaannya sangat iba pada Dibya yang belum mendapatkan jalan ke surga karena masih menanggung beban di dunia. Dumadi alias Andi Azis anaknya yang dilahirkan limapuluh dua tahun silam bukannya menjadi seorang tentara, melainkan menjadi teroris negara. Mengebom kota demi kota hingga tertangkap oleh pasukan anti teroris dan berakhir dijebloskan ke dalam penjara.
Sangli menundukkan wajah, hingga air matanya bertetesan di kebaya luriknya. Dengan langkah gontai, Sangli memasuki rumah bersama Badrul. Putra semata wayang Dumadi yang sekian lama ditinggal minggat Marni ibunya. Kepergian Marni yang tak diketahui rimbanya itu karena tak segaris dengan pemahaman Dumadi dalam soal kepercayaan.
Di kursi kayu sudut ruang tamu, Sangli duduk sambil merenungi nasibnya yang tak semujur sebagaimana dibayangkan sejak menikah dengan Dibya. Seorang pejuang yang kemudian mendapatkan pangkat sersan mayor, namun akhirnya tewas di tepi sungai sesudah didakwa sebagai pemberontak negera. Sejak kematian Dibya itulah, Sangli menjadi single parent yang harus membanting tulang sebagai buruh gendong di pasar untuk menghidupi dan membiayai sekolah Dumadi.
Hati Sangli serasa disayat-sayat ribuan silet, sewaktu mengenang nasib buruknya yang sejak masa silam hingga sekarang tak pernah berubah. Terlebih sawaktu ia memikirkan Dumadi yang terbukti sebagai pelaku pengeboman hotel bintang lima di ibukota itu akan dieksekusi mati bersama tiga teroris dan lima pengedar narkoba di Pulau Kematian.
“Kenapa Nenek tampak sangat sedih?” Badrul memecah suasana senyap di dalam ruang tamu. “Jangan bersedih, Nek! Aku jadi ikut sedih.
Sangli mengusap air mata yang masih membasahi keriput pipinya. Memaksakan senyuman hambar untuk mengelabui perasaan dukanya kepada Badrul. Cucu satu-satunya yang membuatnya masih ingin memertahankan hidup di tengah penderitaan batinnya.
“Kenapa Nenek tak menjawab pertanyaanku?”
“Pertanyaan yang mana?”
“Kenapa Nenek tampak sangat sedih? Apa karena tak dapat melihat helikopter-helikopter itu?”
Sangli mengangguk.
“Nenek bohong!”
Sangli menggeleng.
“Jangan mengelak, Nek!” Badrul mengerling kedua mata Sangli yang berusaha keras untuk menyembunyikan duka hatinya. “Aku tahu kenapa Nenek bersedih hati. Bukankah Nenek sedang memikirkan ayah yang akan dieksekusi mati di Pulau Kematian? Jangan bersedih, Nek! Ayah akan mengurangi sedikit dari setimbun dosanya. Karena satu nyawa Ayah belum cukup untuk menggantikan ribuan nyawa korban pengeboman yang tak berdosa itu.
Sangli terhibur dengan perkataan Badrul. Maka sejak hari itu, Sangli tak lagi memikirkan nasib Dumadi yang akan dieksekusi mati di Pulau Kematian. Sangli berusaha keras untuk merelakan kematian Dumadi. Dengan merelakannya, Sangli berharap agar mendiang Dibya segera menemukan jalannya ke surga.
Hari-hari melintas tak terkendali. Sangli meyakini kalau Dumadi yang dibawa salah satu dari ketiga helikopter menuju Pulau Kematian sebulan silam itu telah dieksekusi mati. Sangli semakin yakin, ketika tetangga kiri-kanannya yang rajin menonton televisi itu menceritakan kalau Dumadi telah dieksekusi bersama para pesakitan lainnya. Mendengar cerita itu, Sangli berusaha membendung air matanya. Namun berkat kematian Dumadi, Sangli yang kemudian mendapatkan bisikan gaib lewat mimpinya itu sedikit terhibur. Mendiang Dibya telah menemukan jalan ke surga.
Kebahagian Sangli tak berlangsung lama. Sebagai ibu yang telah melahirkan Dumadi, Sangli sangat tersinggung ketika mayat Dumadi tak diperbolehkan orang-orang untuk dikuburkan di Desa Brebek. Karenanya, Sangli yang terpaksa mengikuti saran Badrul itu segera menguburkan mayat anaknya ke sepetak ladang warisan Dibya di tepian desa.
Selepas pemakaman Dumadi, Sangli kembali menghadapi masalah. Mayat Dumadi yang telah dikubur itu kembali menjadi teroris. Roh halusnya menjelma seekor burung hantu bermata iblis yang memasuki setiap rumah penduduk. Mengintai nyawa orang-orang yang tengah tertidur pulas di malam hari. Karena tak tahan dengan sebutan “Ibu Teroris” dari tetangga kiri-kanannya, Sangli meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Badrul. Tak pernah kembali.
TENTANG PENULIS
SRI WINTALA ACHMAD, pernah belajar di Fak. Filsafat UGM Yogyakarta. Karya-karya sastranya dipublikasikan di Kompas, Republika, Suara Karya, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Lampung Pos, Trans Sumatera, Bangka Pos, Solo Pos, Surabaya Pos, Banjarmasin Pos, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Bernas, Masa Kini, Yogya Pos, Merapi, Fajar Sumatera, Amanah (Malaysia), Aksara International Journal of Indonesian Literature (Australia), Suara Muhammadiyah, Adiluhung, Trapsila, Bakti, Praba, Gong, Artista, Mata Jendela, Jaya Baya, Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekarsari, Pagagan, Sempulur, Swaratama, Karas, dll.
Antologi sastra dan esai kolektifnya: Pelangi (Karta Pustaka/Rasialima, 1988); Nirmana (Wirofens Group, 1990); Alif-Lam-Mim (Teater Eska/SAS, 1990); Zamrud Katulistiwa (Balai Bahasa Yogyakarta/Taman Budaya Yogyakarta, 1997); Sastra Kepulauan (Dewan Kesenian Sulawesi Selatan, 1999); Pasar Kembang (Komunitas Sastra Indonesia, 2000); Embun Tajali (FKY 2000); Lirik Lereng Merapi (Dewan Kesenian Sleman, 2000); Bilah Belati di Depan Cermin (Dewan Kesenian Sleman, 2002); Di Batas Jogja (FKY, 2002); Code (FKY, 2005); Musik Puisi Nasional (LKiS, 2006); Malioboro (Balai Bahasa Yogyakarta, 2008); Perempuan Bermulut Api (Balai Bahasa Yogyakarta, 2010); Tiga Peluru (Kumpulan Cerpen Pilihan Mingguan Minggu Pagi Yogyakarta, 2010); Pasewakan (2011), Kembali Jogja Membaca Sastra (Rumah Budaya Tembi, 2011); Suluk Mataram (Great Publisher, 2011); Jejak Sajak (Jambi, 2012); Dari Sragen Memandang Indonesia (Dewan Kesenian Sragen, 2012); Sauk Seloko – Pertemuan Penyair Nusantara VI (Dewan Kesenian Jambi, 2012); Indonesia di Titik 13 (Dewan Kesenian Pekalongan, 2013); Spring Fiesta [Pesta Musim Semi] (Indonesian & English Poetry Grup & Araska Publisher, 2013); Tifa Nusantara I (Temu Penyair Nusantara – Dewan Kesenian Tangerang, 2013); Sesotya Prabangkara ing Langit Ngayogya (Yogyakarta, 2014); Negeri Langit (Komunitas Radja Ketjil Jakarta, 2014); Rantau Cinta, Rantau Sejarah (Jurnal Sajak, 2014); Tifa Nusantara II (Temu Penyair Nusantara – Dewan Kesenian Tangerang, 2015); Pesta Rakyat Sleman (Digna Pustaka dan Lingkar Budaya Sleman, 2015); Jalan Remang Kesaksian (LPSK/Rumah Budaya Tembi, 2015); Jejak Tak Berpasar (Komunitas Sastra Indonesia/Yayasan Laksita, 2015); Memandang Bekasi (Dewan Kesenian Bekasi/Dinas Parbudpora Kabupaten Bekasi, 2015); Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Ije Lela Tifa Nusantara 3 (Marabahan, 2016); Klungkung Tanah Tua, Tanah Cinta (Klungkung Bali, 2016); Matahari Cinta Samudra Kata (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2016); Seratus Puisi Qurani (2016); Kopi Penyair Dunia (2016); Pesan Damai untuk Seluruh Manusia (PCIUN Maroko, 2017); Kota Terbayang (Taman Budaya Yogyakarta, 2017); Puisi Tentang Bogor (2017); Puisi Tentang Masjid (2017); Dari Partai Demokrat untuk Indonesia (2017); Senja Jati Gede (2017); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018); Dari Cempuring ke Sunan Panggung (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018); Kembang Glepang (2018); Sesapa Mesra Selinting Cinta – Temu Penyair Nusantara XI (Kudus, 2019); Terus Berkarya di Usia Senja, Brengkesan 72 Tahun Ahmad Tohari (2020); Nalika Rembulan Bunder (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2020); Nunggak Semi Dunia Iman Budhi Santosa (2021), naskah lakon terjemahan Dahuru ing Negeri Semut (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2021); Sejuta Puisi untuk Jakarta (2022), dan Kembang Glepang 3 (2023).
Novel, fiksi sejarah, cerita rakyat, cerita wayang: Centhini: Malam Ketika Hujan (Diva Press Yogyakarta, 2011); Dharma Cinta (Laksana, 2011); Jaman Gemblung (Diva Press Yogyakarta, 2011); Sabdapalon (Araska, 2011); Dharma Gandul: Sabda Pamungkas dari Guru Sabdajati (Araska, 2012); Ratu Kalinyamat: Tapa Wuda Asinjang Rikma (Araska, 2012); Kiamat: Petaka di Negeri Madyantara (In AzNa Books, 2012); Centhini: Kupu-Kupu Putih di Langit Jurang Jangkung (Araska, 2012); Serial Crita Rakyat Dahuru ing Praja Wilwatikta (Majalah Djaka Lodang, 2022); Serial Crita Rakyat Pletheke Surya Wilwatikta (Majalah Jayabaya, 2022-2023); dan Serial Crita Rakyat Sigare Bumi Wilwatikta (Majalah Penyebar Semangat, 2023); dan Serial Crita Wayang Kresna Duta (Majalah Jayabaya, 2024).
Buku-buku lainnya yang sudah terbit: Membuka Gerbang Dunia Anak (Annora Media, 2009); Suyudana Lengser Keprabon (In AzNa Books, 2011); Kisah Jagad Pakeliran Jawa (Araska, 2011); Wisdom Van Java (In AzNa Books, 2012); Falsafah Kepemimpinan Jawa: Soeharto, Sri Sultan HB IX & Jokowi (Araska, 2013); Sejarah Kejayaan Singhasari & Kitab Para Datu (Araska, 2013); Babad Tanah Jawa (Araska, 2014); Sejarah Raja-Raja Jawa (Araska, 2014); Satriya Piningit (Araska, 2014); Geger Bumi Mataram (Araska, 2014); Geger Bumi Majapahit (Araska, 2014); Ensklopedia Kearifan Jawa (Araska, 2014); Sejarah Perang di Bumi Jawa (Araska, 2014); Sejarah Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Raja-Raja Nusantara (Araska, 2014); Ensklopedia Karakter Tokoh-Tokoh Wayang (Araska, 2014); Wanita dalam Khasanah Pewayangan (Araska, 2015); Aja Dumeh: Buku Pintar Kearifan Orang Jawa (Araska, 2015); Panduan Praktis Menjadi Penulis Andal: Karya Ilmiah, Artikel, Resensi, Apresiasi & Kritik Seni, Naskah Lakon, Puisi, Cerpen, dan Novel (Araska, 2015); Buku Induk Bahasa dan Sastra Indonesia (Araska, 2015); Mahir Peribahasa Indonesia (Araska, 2015); Buku Induk EYD (Araska, 2015); Politik dalam Sejarah Kerajaan Jawa (Araska, 2016); Babad Tanah Jawa: dari Watugunung yang Menikahi Ibunya hingga Geger PeChinan (Araska, 2016); Petuah-Petuah Leluhur Jawa (Araska, 2016); Babad Giyanti: Palihan Nagari dan Perjanjian Salatiga (Araska, 2016); 13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa (Araska, 2016); Sejarah Kerajaan-Kerajaan Besar di Nusantara (Araska, 2016); Menulis Kreatif itu Gampang (Araska, 2016); Sejarah Pemberontakan Kerajaan di Jawa (Araska, 2017); Filsafat Jawa (Araska, 2017); Sejarah dan Asal-Usul Orang Jawa (Araska, 2017); Sejarah Raja-Raja Jawa dari Kalingga hingga Mataram Islam (Araska, 2017); Sejarah Istri-Istri Raja Jawa (Araska, 2017); Sejarah Islam di Tanah Jawa (Araska, 2017); Kisah Horror Ketemu Genderuwo (Araska, 2017); Sang Jenderal: Riwayat Hidup, Perjuangan, dan Cinta Jenderal Soedirman (Araska, 2017); Sejarah Perang Kerajaan-Kerajaan di Nusantara (Araska, 2017); Etika Jawa (Araska, 2018); Filsafat Kepemimpinan Jawa (Araska, 2018); Kronik Perang Saudara dalam Sejarah Kerajaan di Jawa 1292-1767 (Araska, 2018); Sejarah Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit (Araska, 2018); Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada (Araska, 2018); Sultan Agung: Menelusuri Jejak-Jejak Kekuasaan Mataram (Araska, 2019); Sejarah Kejayaan Singhasari Antara Mitos, Fakta, Pesona, dan Sisi Kelamnya (Araska, 2019); Untung Surapati: Pemberontakan Seorang Budak (Araska, 2019); Ratu Kalinyamat (Araska, 2019); Hitam Putih Majapahit (Araska, 2019); Gajah Mada Kisah Cinta dan Kisah Penakluk-Penaklukannya (Araska, 2019); Perang Bubat (Araska, 2020); Babad Diponegoro: Kisah Sejarah, Silsilah & Pemikiran Sufistik Pangeran Diponegoro (Araska, 2023); Etika Jawa: Prinsip Hidup dan Pedoman Hidup Orang Jawa (Araska, 2023); dan Falsafah Kepemimpinan Jawa: Menyelami Kearifan dan Filosofi Kepemimpinan dalam Budaya Jawa (Araska, 2024); Horor Tanah Jawa Tumbal Genderuwo (Araska, 2024); dan Perang Suksesi Jawa (Araska, 2024).
Bersama Indra Tranggono dan R. Toto Sugiharto, menulis buku Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #15 (Taman Budaya Yogyakarta, 2016), Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #16 (Taman Budaya Yogyakarta, 2017).
Prestasi yang diraih dalam dunia kepenulisan: Nominasi Lomba Cipta Puisi Esai tingkat nasional (2014), Juara II Lomba Cipta Cerpen Sanggar Sastra Bukit Bintang Yogyakarta (2018), Nominasi Lomba Cipta Puisi Nasinal “Sejuta Puisi untuk Jakarta” (2022), dan Juara III Lomba Cipta Puisi Multimedia “Keris,” Dinas Kebudayaan Yogyakarta (2023).
Nama kepenyairannya dicatat dalam: Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste, Penerbit Kompas, 2001), dan Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Abdul Hadi WM, Ahmadun Yosi Herfanda, Hasan Aspahani, Rida K Liamsi, dan Sutardji Calzoum Bachri, Yayasan Hari Puisi, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017), Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018), dan Profil Seniman dan Budayawan Yogyakarta #18 (Taman Budaya Yogyakarta, 2021).
Selain menulis buku, sering menjadi juri lomba baca dan cipta karya sastra di lingkungan sekolah, juri lomba teater dan pantomim, serta dipercaya sebagai nara sumber dalam pelatihan cipta karya sastra untuk siswa dan guru. Sekarang mengelola Paguyuban Sholawat Jawa Langen Ambiya dan Sanggar Lierasi Laras Aksara (Selaksa) Yogyakarta. Yogyakarta. Tinggal di Gejawan Kulon 02/034, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta. WA: 0856-0007-1262.