Masukan nama pengguna
Bimbim (alias Ibrahim), Kamu Jangan Menangis!
Cerpen Habel Rajavani
.
"SLANK itu bukan sekedar grup rock. Slank itu udah kayak agama buat gue. Hidup gue jadi bener dan bersemangat karena lagu-lagu Slank," kata Ibrahim bin Amrullah. Kalimat itu saya kutip dalam liputan panjang saya tentang fenomena Slankers, sebutan untuk para penggemar Slank.
Ibrahim (alias Bimbim) adalah ketua komunitas Slankers di sebuah kota kecil Kalimantan Utara. Dia dituakan dan dihormati di sana. Dia bahkan dipanggil Bimbim oleh para Slankers di sekitarnya. Memang mirip, sih. Kurus, tinggi, gondrong, dan bicaranya pun seperti orang yang kesadarannya belum pulih benar setelah semalam mabuk. Ada juga tato logo Slank album pertama "Suit Suit He he" di lengannya.
Bimbim (alias Ibrahim) lahir pada tahun yang sama ketika Slank terbentuk. Dia bangga sekali dengan fakta kebetulan itu. "Gue ini kayak saudara kembarnya Slank, kami lahir pada tahun yang sama, 1983," katanya, dan dia berkali-kali memastikan pada saya agar kalimat itu dikutip dalam tulisan saya.
"Sebagai Slankers mimpi gue cuma satu. Main ke Gang Potlot. Itu bagi gue kayak naik haji. Belum lengkap hidup gue sebagai Slankers kalau belum main ke sana," kata Bimbim (alias Ibrahim).
Momen itu sudah lama dia rancang. Ia akan ke Gang Potlot untuk mengantar undangan pernikahan untuk Bimbim. Dia tak berharap pendiri Slank itu datang memenuhi undangannya itu. Cukup bertemu dan mendapat ucapan selamat langsung. Itu saja.
Bimbim (alias Ibrahim) cukup mapan hidupnya, pada usia pertengahan tiga puluhan sekarang ini. Ia punya kedai durian yang selalu ramai. Juga punya bengkel motor kecil tapi juga tak pernah sepi. Itu ia capai setelah jatuh bangun dan pindah-pindah berbagai kota. Luntang-lantung. Dengan sedikit bekal kemampuan main gitar, dia ngamen dengan lagu-lagu Slank. Tidur di terminal, jari calo tiket. Apa saja ia kerjakan untuk bertahan.
Pada saat itulah Bimbim (alias Ibrahim) makin dekat bahkan lebur dalam lagu-lagu Slank. Terutama lirik lagu "Aku Gila". Lagu itu baginya seperti ditulis Bimbim untuknya. Theme song hidupnya. Itu lagu tentang pemuda miskin yang muak pada perempuan yang menilai lelaki dari materi.
"Waktu aku berlagak kaya / Kenapa kamu mesra padaku / Waktu mengaku sarjana / Kenapa papa mamamu / Senyum ramah padaku …uoooo ya," Bimbim (alias Ibrahim) menyanyikan sebait lirik lagu itu. Suaranya cempreng, tapi saya hargai usahanya meniru Kaka.
"Masalahnya gue tak pernah punya pacar yang bener, yang beneran mencintai gue apa adanya. Dalam hal perempuan gue gak beruntung. Belum ada perempuan yang benar-benar mau jadi 'mawar merahku'," kata Bimbim alias Ibrahim.
Tulisanku tentang Slankers bernama Bimbim (alias Ibrahim) dimuat dalam liputan panjang, rubrik istimewa, di majalah tempat saya bekerja. Beberapa kali aku masih berhubungan dengan dia. Aku dengar dia sempat punya pacar tapi kemudian ditolak lamarannya oleh orangtua si cewek.
Tongkrongan Bimbim (alias Ibrahim) yang ala rocker itu selalu meragukan. Sementara dia sama sekali tak mau mengubah dirinya. "Gue ya begini. Kalau mau terima ayo kita jalan, kalau nggak ya udah bubar aja..." katanya, dulu. Kalimat yang juga saya kutip dalam liputan panjangku.
Kabar gembira dari Bimbim (alias Ibrahim) kudengar beberapa bulan lalu. Ia akhirnya menemukan seorang Slanky, Slankers perempuan yang mau menjadi istrinya. Ini sebenarnya pantangan yang ia langgar. Baginya sesama Slanker itu saudara. Ia tak pernah mau berpacaran apalagi sampai memperistri seorang Slankers juga. Tapi, sepertinya, prinsip itu tak lagi sakral. Bimbim (alias Ibrahim) mengirim undangan pada saya. Undangan yang akan ia antar bersama calon istrinya ke Gang Potlot, untuk diserahkan langsung pada King Bimbim.
Undangannya berwarna biru. Ada gambar pulau kecil dengan foto Bimbim (alias Ibrahim) dan calon istrinya di sana. Saya langsung tahu itu pasti terinspirasi lagu "Pulau Biru". Lagu dari album kedua "Kampungan" (1991). Saya tersenyum. Sepertinya Bimbim (alias Ibrahim) akan meneruskan hidupnya dengan bahagia.
Aku mengusulkan tulisan baru untuk majalahku soal Bimbim (alias Ibrahim) yang akan bertemu King Bimbim mengantarkan undangan pernikahannya. Usulanku disetujui koordinator liputan.
Aku datang lebih dahulu di mulut Gang Potlot ketika rombongan Bimbim (alias Ibrahim) tiba. Ia datang bersama enam atau tujuh orang. Ia menyalami dan memperkenalkan aku kepada teman-temannya sebagai orang yang menulis profil dia. Ada nada bangga pada suaranya saat ia memperkenalkan aku. Aku maklum saja.
Calon istri Bimbim (alias Ibrahim) lumayan manis juga tapi penampilan sebagai penggemar grup rock tak bisa ia tutupi. Agak slengean gitu. Usianya 25 tahunan gitu. Ada kilasan tatapan liar yang kadang muncul kalau aku kebetulan bersirobok pandang dengannya.
Aku tak jadi menulis apa yang kuusulkan. Calon istrinya ternyata cuma memanfaatkan Bimbim (alias Ibrahim). Dia hanya ingin bertemu King Bimbim. Apapun caranya. Termasuk dengan cara menipu, berdusta, pura-pura mau diperistri Bimbim (alias Ibrahim).
Setelah ketemu King Bimbim, ia bilang ia sesungguhnya tak benar-benar ingin menjadi menikah dengan Bimbim (alias Ibrahim). Ia sudah hendak bertunangan dengan lelaki lain. Ia hendak berhenti menjadi Slanky, dengan syarat harus berkunjung ke Gang Potlot dulu. Apapun caranya.
Bimbim (alias Ibrahim) memaki-maki panjang. Anjing! Anjing! Anjing! Persis kayak Kaka nyanyikan lagu "Anjing". Saya tahu lagu ada di album "Kampungan" juga. Ia memaki-maki calon istrinya sebagai Slankers gadungan. "Slanker memang slengean, tapi gak akan nipu dengan cara murahan seperti itu."
Kasihan Bimbim (alias Ibrahim). Aku memandangi surat undangannya. Membaca namanya dan nama calon istrinya. Aku menelepon dia. Semacam usaha sebagai kawan untuk sekadar menghibur, membesarkan hatinya. Dia sudah menyiapkan perayaan yang lumayan besar makan biaya. Gedung, katering, juga beberapa band lokal yang akan memainkan lagu-lagu Slank. Dia tak memberi tahu King Bimbim bahwa pernikahan itu batal. King Bimbim janji akan kirim papan bunga ucapan.
"Kalaupun batal, papan nama itu akan menjadi kenangan penting buat gue," kata Bimbim (alias Ibrahim).
Aku dengar calon istrinya menikah dengan pacarnya di kota lain di Kalimantan juga. Aku bayangkan bagaimana dulu di Gang Potlot Bimbim alias Ibrahim memaki-maki dia. Anjing! Anjing! Anjing! Gue udah nggak mampu bicara apa apa / Gue udah nggak mampu berbuat apa apa / Gue udah nggak tahan / Gue udah nggak kuat / Kecuali teriak / Anjiiiiing!
Papan ucapan selamat kiriman King Bimbim, bahkan juga dari personel Slank lain datang pada hari pernikahan Bimbim alias Ibrahim. Ada namanya dan namaku (Renny Riyanti, ya benar, nama depanku sama dengan nama istri King Bimbim) di papan ucapan itu.
Bimbim alias Ibrahim, suamiku, Bimbimku, tersenyum amat bahagia.
Dia tidak menangis.
Band-band impersonator Slank tak putus menyanyika lagu-lagu Slank, kecuali lagu "Anjing" tentu saja.
Bimbim (alias Ibrahim) bahkan sempat naik panggung menyanyikan "Mawar Merah", untukku.
Rasanya aku tak salah membuat keputusan besar ini.
© Habel Rajavani, 2024