Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,494
Tiga Hari Berpetualang di Alam Lain
Horor


Lembayung senja cantik sore itu. Aku pulang bersama sama teman-temanku setelah kegiatan ekstra. Tak lama azan magrib berkumandang, seperti biasa ayah dan Umar adikku segera menuju masjid menunaikan salat magrib berjamaah.

Setelah salat seperti biasa kami sekeluarga makan sore bersama-sama, walau menu seadanya namun terasa nikmat saat di makan bersama-sama. Selesai makan aku pun bersiap siap untuk menyiapkan pelajaran untuk besok pagi, namun terhenti sejenak kudengar orang mengetuk pintu.

“Assalamualaikum,” kata Pak Sudirman.

“Waalaikumsalam,” jawab kami serentak.

Dalam hati bertanya siapa bertamu magrib-magrib begini, ada keperluan mendesakkah. Bergegas kubukakan pintu.

“Silakan masuk Pak Sudirman,” kataku.

“Terima kasih, Nak,” jawabnya.

“Bapak mau bertemu dengan siapa dan ada perlu apa?” tanyaku.

“Bapak ada perlu dengan Umar,” jawabnya.

“Ada perlu apa, Pak?” tanyaku.

“Begini apakah anakku Rudi bermain di sini,” tanyanya.

“Tidak, Pak,” jawabku.

“Tadi bukankah kamu bermain bersama dengan Rudi,” tanya pak Sudirman lagi.

“Iya benar, tapi Rudi tadi pulang lebih dulu, Pak,” jawabku

“Aduh terus ke mana ya, tadi bapak sudah ke beberapa temannya mereka juga tidak tahu di mana Rudi, kemana lagi harus dicari?” katanya.

“Coba di telepon ke tempat saudaranya, Pak Dirman,” kata Bapakku.

“Iya benar Pak Cokro, belum saya coba memang,” jawabnya.

“Terima kasih, Nak Umar, Pak Cokro maaf menganggu, ya,” katanya.

“Tidak apa apa, semoga Rudi segera ditemukan, ya, Pak,” jawab bapakku.

Setelah itu Pak Sudirman segera berpamitan. Karena sudah waktu Isya sekalian saja Umar  dan Ayah menuju ke masjid. Di sana bisa bertemu dengan banyak orang siapa tahu ada yang tahun tentang keberadaan Rudi.

Selesai salat isya seperti biasa bapak-bapak akan berkumpul di masjid terlebih dahulu apabila ada permasalahan akan dipecahkan bersama. Malam itu dibahas Rudi yang belum pulang, diantara semua yang hadir tidak tahu, akhirnya sepakat untuk ke rumah pak Sudirman untuk membantu mencari Rudi, karena belum 1 x 24 jam maka belum lapor polisi.

Sesuai kesepatan bapak-bapak ke rumah Pak Sudirman disana sudah berkumpul tetangga yang akan mencari Rudi pencarian di fokuskan ke rumah teman-teman Rudi, saudara tetangga desa dan kemudian saudara jauh dan teman yang jauh juga.

Pagi harinya di sekolah semua membicarakan tentang Rudi yang belum diketahui keberadaannya. Ibuku pun meminta kami untuk membantu mencari keberadaan Rudi. Dan memberi pesan kepada kami agar hati hati pulang sekolah karena maraknya penculikan anak sekarang ini.

Sudah dua hari ini Rudi belum ada kejelasan semua penduduk desa mencari keseluruh penjuru desa, mulai dari menyisiri sungai, sumur-sumur, sampai ke gunung-gunung di sekitar desa sudah dicari namun hasilnya masih belum ketemu juga.

Tidak hanya pagi hari, siang, sore sampai malam hari pun tetangga, saudara masih terus mencari, pada malam hari banyak yang berkumpul di rumah umar guna koordinasi lebih lanjut tentang pencarian Umar. Polisi pun sudah datang untuk olah TKP dan menanyai keluarga, teman serta saudara dan mencari ke tempat tempat yang dimungkinkan keberadaan Rudi.

Sudah hari ketiga seakan kami sudah mulai kelelahan dalam mencari keberadaan Rudi, bahkan ibu Rudi sudah tampak sangat Lelah dan sedih sudah 3 hari Rudi pergi tanpa pesan dan jejak apa pun. Tetangga berdatangan untuk mengibur keluarga Rudi, bahu membahu untuk mengurangi kesusahan keluarga Rudi.

“Sudah, Bu, kita doakan semoga Rudi baik baik saja, ya, Bu, selalu husnuzon dengan kehendak Allah,” hibur ibuku.

“Iya, Bu, saya berusaha untuk ikhlas dengan ujian ini semoga baik baik saja Rudi, ya, Bu,” jawab Ibu Rudi.

“Saya cuma meminta seandainya dia masih hidup segera pulang, seandainya sudah tiada seomoga jasadnya ditemukan, Bu’” kata Ibu Umar sambil berlinang air mata.

“Bu, kita doakan Rudi baik baik saja jangan berpikir macam macam, sekarang ibu juga harus menjaga kesehatan, ibu juga jangan sampai sakit,” kata ibuku.

“Iya, Bu, makan rasa hambar tidurpun rasanya tak bisa bu,”jawab ibunya Rudi.

“Iya, Bu saya mengerti walau sedikit perut ibu harus diisi jangan kosong nanti sakit, Bu,” kata ibuku.

“Ini tadi saya masak lontong sayur, Bu, enak sekali, dimakan, ya, Bu,” lanjut ibuku.

“Mba Lisa, Dik Anisa juga makan, ya,” lanjutnya.

Sudah 3 hari tanpa kabar berita pastilah keluarga yang ditinggalkan sedih, untuk itu tetangga berinisiatif dengan, membantu memberi sekedar makanan untuk keluarga Umar. Seperti hari ini ibuku sengaja memasak lebih untuk diberikan ke keluarga Rudi bentuk empati sebagai tetangga meringankan beban.

Siang itu Heri, Doni, dan Ari sedang bermain di pekarang dekat rumah Rudi, karena merasa capek mereka bertiga istirahat di bawah pohon sambil berbincang-bincang.

“Her, gimana nih kabar Rudi kok belum ada tanda tanda ya dia di mana?” kata Doni.

“Iya betul padahal sudah dicari ke mana-mana bahkan pamannya juga sudah ke orang pintar kok belum ada tanda-tanda Rudi,” jawab Heri.

“Eh itu apa, ya, di atas pohon kayak baju ya?” kata Ari

“Yuk, kita lihat,” jawab Doni

Kemudian ketiga anak itu berlari mendekati pohon itu semua terkejut dengan yang mereka lihat.

“Allahu Akbar itu kan Rudi,” teriak Ari.

Kemudian Ari berlari menuju ke rumah Rudi untuk memberi tahu keluarganya, sedangkan Heri dan Doni menunggu di bawah pohon. Dengan terengah engah Ari berlari ke rumah Rudi.

“Pak itu itu Rudi,” kata Ari berteriak-teriak.

“Di mana, Nak, Rudi?” jawab Pak.

“Di sana pak di atas pohon itu,” jawab Ari

Seluruh keluarga Rudi keluar memastikan, mereka menuju pohon yang ditunjukkan Ari. Benar adanya yang di atas pohon itu Rudi tampak tak sadarkan diri. Segera Rudi dibopong bapaknya di bawa ke rumah.

Setelah siuman Rudi yang tampak masih bingung, kemudian disuruh untuk minum dan makan terlebih dahulu. Setelah itu mandi. Dirasa sudah nyaman dan tenang barulah Rudi ditanya di mana dia selama tiga hari terakhir ini.

Rudi bercerita sore itu saat bermain bola di dekat sekolah didatangi bapak-bapak dan anaknya mengajak ke rumah mereka untuk mengajari sang anak bermain bola. Rudi pun bersedia namun dia mau mengembalikan sepeda ke rumah terlebih dahulu.

Rudi bercerita rumah yang dia datangi sangatlah indah, megah, dan bagus banyak makanan, buah buah disana. Namun Umar tak mau makan. Setelah dirasa cukup mengajari sepak bola Rudi pun meminta pulang ke rumah dan benar saja dia diantar pulang naik sepeda katanya. Rudi bercerita benar-benar jelas tanpa ada yang ditakuti katanya biasa saja, dia heran kenapa banyak orang di rumahnya bahkan ada polisi juga.

Pak ustaz kemudian memberi nasihat kepada kami, bahwa di dunia ini ada alam yang tak terlihat atau alam ghaib dan makhluk ghaib, kita hidup berdampingan dan harus saling menghormati satu dengan yang lain serta tidak boleh saling menganggu. Alhamdulillah Rudi bisa ceria lagi seperti sedia kala, namun pesan pak ustaz jangan sering ngalamun sendiri itulah awal mula setan akan menganggu manusia.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)