Cerpen
Disukai
0
Dilihat
6,171
Kuda Jingkrak Nan Gagah
Drama

Kuda Jingkrak

Oleh Siti Nashuha

 

           “Aku harus naik Jack Kliwon,” kata Cio.

           ”Kamu gimana Ren, apa kuda yang kau naiki?” tanya Cio

           ”Aku memilih Mandala,” jawab Rendi mantap

           Sore itu, mereka bersepeda pulang dari masjid selesai mengaji. Sepanjang jalan, mereka berbincang tentang kuda jingkrak idolanya. Kuda Jingkrak merupakan kuda yang beratraksi yakni menaikkan kedua kaki depannya ke udara.

Ada banyak pilihan kuda jingkrak dengan kelebihannya masing-masing diantaranya Marvel, Bintang, Kliwon dll.

           Sudah menjadi tradisi di wilayah Purworejo, para pengkhatam Al Quran dikirab menaiki kuda jingkrak keliling desa. Kirab ini diselenggarakan pada saat peringatan Maulid. Tradisi yang dijaga dan terus lestari di tengah modernisasi.

           Tahun kemarin Cio tidak ikut, karena dia belum khatam Al Quran. Cio malas-malasan untuk berangkat mengaji. Dia lebih memilih bermain bola. Karena itu, tahun ini Cio bertekad akan khatam Al Quran, agar bisa naik kuda jingkrak kesukaannya.

           ”Yah, Rendi sudah memesan Mandala, lho!” kata Cio.

           ”Terus pilihan kamu apa?” jawab Ayah.

           ”Aku memilih Jack Kliwon, gagah dan keren,” kata Cio.

           ”Benar, kamu sudah yakin dengan pilihanmu?” kata Ayah.

           ”Iya, aku yakin,” jawab Cio.

           ”Baiklah kalau begitu, yang penting kamu khatamkan Al Quran dulu,ya!” kata Ayah.

           Cio sudah bertekad, tahun ini akan ikut kirab berkuda. Dia sudah membayangkan betapa kerennya bisa naik kuda Jack Kliwon. Dia juga menabung dari penyisihan uang jajan.Walau sebenarnya orang tua Cio sudah mempersiapkan semua keperluan.

           Banyak hal yang dipersiapkan, mulai dari memesan kuda, memesan gagar mayang, baju, make-up dan musik terbang kencreng yang akan mengiringi. Ada pula bingkisan Maulid istimewa yang sudah menjadi tradisi.

Bingkisan ini berisi nasi, ayam panggang, pisang, sayur, lauk,dan aneka jajanan. Semua dimasukkan besek besar, untuk para tamu undangan.

Untuk memesan kuda juga harus jauh-jauh hari, agar mendapat kuda yang disukai. Apalagi kuda yang bagus, biasanya menjadi rebutan. Harga satu kali persewaan kuda jingkrak berkisar dua hingga tiga jutaan. Memang tradisi ini terbilang cukup mahal, tapi masih tetap dilaksanakan dan menjadi kebanggaan. 

           Ditengah mempersiapkan acara, sore itu datang beberapa orang tak dikenal ke rumahnya. Setelah itu tampak Ibu menangis, dan Ayah hanya bisa duduk terdiam. Cio bingung melihat keadaan itu, mau bertanya tapi tak bisa rasanya berkata.

           Ternyata ayah mempunyai pinjaman online, dalam jumlah yang besar. Rumahpun harus dijual untuk membayar hutang. Akhirnya mereka pindah ke rumah nenek.

"Bu, sebenarnya kenapa kita harus pindah ke rumah nenek? kenapa juga rumah kita harus dijual?" tanya Cio penasaran.

"Maafkan ibu Nak, ayahnya punya jumlah hutang yang lumayan besar, ibupun tidak tahu-menahu akhirnya harus begini," jawab ibu sambil menangis.

           Beberapa hari berlalu, ayahpun sering pergi untuk mencari pekerjaan. Cio membantu ibunya berjualan es teh jumbo dan aneka jajanan. Cio tak malu membantu ibu, apalagi ibu sedang hamil. Malam itu sayup-sayup terdengar, suara ibu sedang berbincang.

           ”Bagaimana ini dengan acara Cio besok , Bu?” tanya ayah.

           ”Iya ibu juga bingung, kasihan Cio harus gagal khataman tahun ini,” jawab ibu sedih.

           ”Kita sudah memesan kuda dan membayar Dpnya juga,” kata ayah.

           ”Semua sudah dipersiapkan, tak tega rasanya bicarakan ini dengan Cio,” kata Ibu.

           ”Iya, tapi ibu juga dua bulan lagi akan melahirkan,” kata ayah.

           Cio mendengar semua percakapan orang tuanya. Dia merenung berpikir, kemudian teringat dengan celengan ayamnya.

           ”Kira-kira berapa isi celengan ini,” kata Cio.

           ”Cukupkah untuk membantu, Ibu?” kata Cio lagi.

           Cio bingung memutuskan, apakah dia akan tetap mengikuti khataman dan naik jack kliwon kuda jingkrak kesukaan? ataukah dia akan membatalkan. Malam itu ayah dan ibu meminta Cio menemui di ruang tengah.

           “Cio, Ayah minta maaf tahun ini kamu tidak bisa seperti teman-temanmu,” kata Ayah.

           ”Iya, Nak kondisi kita sedang seperti ini, ibu juga akan melahirkan,” jelas Ayah.        ”Ibu meminta pengertianmu, semoga tahun depan bisa ikut,” kata Ibu.

           ” Ya, tidak apa-apa masih bisa tahun depan,” jawab Cio dengan menunduk kecewa.

           Sebenarnya dalam hati Cio, ada rasa sedih dan kecewa. Namun semua ditutupi dengan senyumannya. Dia kubur semua keinginannya untuk saat ini.

           Beberapa hari Cio tak bermain dengan teman-temannya, ada rasa malu, sedih bercampur jadi satu. Berita Cio tidak jadi ikut khataman telah menjadi pembicaraan. Teman dan saudara menyayangkan tapi semua karena keadaan.

           Rendi sebagai sahabat Cio merasa sedih karena tidak bisa khataman dan naik kuda jingkrak bersama-sama seperti yang sudah dicita-citakan.

           ”Cio, sabar ya semoga tahun depan kamu bisa ikut khataman,” kata Rendi.

           ”Iya, Ren mau bagaimana lagi keadaan orang tuaku sedang seperti ini,” jawab Cio.

           ”Kamu harus tetap semangat,ya!” kata Rendi.

           Begitulah persahabatan Cio dan Rendi, saling menyanyangi dalam suka dan duka.

           Hari yang dinanti tiba, Rendi sudah naik Mandala kuda jingkrak kesukaannya.  Sebagai sahabat, Cio mendampingi Rendi selama perjalanan kirab arak-arakan.

           ”Cio, tahun depan aku akan mendampingimu,” janji Rendi.

Acara khataman dan arak-arakan berlagsung cukup ramai, arak-arak berkuda barisan terdepan adalah drumband. Kemudian diikuti pasukan berkuda yang diiringi musik tradisional kencreng sambil dibawakan gagar mayang untuk menyemarakkan.

Ada juga kendaraan di belakang yang ikut meramaikan. Dahulu arak-arakan berkuda seringnya di malam hari lebih semarak ada atraksi api juga, bawa oncor sebagai penerangan dan lampu-lampu dari minyak yang semakin menyemarakkan.

Bersama waktu tradisi itu menghilang untuk penghematan juga karena pada malam hari membutuhkan dana besar untuk penerangannya.

Beberapa hari telah berlalu, nenek cio sakit dan segera di bawa ke rumah sakit. Bapak dan ibu Cio sibuk mengurus nenek yang sakit. Apalagi ibu Cio yang masih memiliki adik bayi, hanya bisa menengok saat siang atau sore hari saja.

Kesehatan nenek Cio terus saja menurun, dokter sudah menyerahkan semua pada keluarga. Maka nenek Cio di bawa pulang saja, kecuali masalah biaya juga yang menjadi dilema.

Tidak lama di rumah akhirnya nenek Cio meninggal dunia. Semua keluarga berduka, dan muncullah masalah baru bagi Cio dan keluarga.

Rumah yang mereka tinggali memang rumah nenek tapi bukan warisan untuk ibu Cio. Rumah itu masih milik banyak orang. Cio dan keluarga diminta meninggalkan rumah. Cio begitu sedih, Bapak Cio yang bekerja di luar kota memutuskan akan pindah saja. Namun dilema di sekolah Cio, haruskah ikut pindah juga.

"Bu, Cio tidak mau pindah, di sini saja ya?" pinta Cio.

"Iya sebenarnya Ibu juga tidak mau meninggalkan kampung ini, tapi kondisi saat ini harus seperti ini," jawab ibu dengan sedih.

"Maafkan Bapak Cio, kamu memang harus pindah sekolah juga, kalau mau mengikuti bapak dan ibu," jelas bapak Cio.

Dengan berat hati Cio pindah sekolah mengikuti orang tuanya. Dia harus berpisah dengan sahabat karib serta teman-temannya.



****

Glosarium:

Kuda Jingkrak : Kuda yang beratraksi dengan dilonjak-lonjakan.

Maulid           : Peringatan kelahiran Nabi Muhammad.

Terbang kencreng      : Musik tradisional islam dari Purworejo.

Besek                         : tempat dari anyaman bambu yang berbentuk segi empat.

Mandala, Jack Kliwon: nama-nama kuda jingkrak.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)