Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
6,688
Terserah Tuhan Saja!
Drama

Tadi siang, aku bermimpi. Seperti hidup saja. Sangat hidup. Memangnya apa yang aku mimpikan?

Aku bermimpi kembali berusia taman kanak-kanak. Anak usia taman kanak-kanak itu berusia berapa, sih?

Yang jelas, aku bermimpi yang cukup unik. Ini berkaitan ke adik kandung aku juga. Apalagi dia sudah menikah di bulan November kemarin.

Di dalam mimpi aku itu, aku bermimpi sedang berada di dalam sebuah mobil. Mobil ini berjenis Volkswagen Combi. Kalian bisa menyebutnya Volkswagen Kapsul. Sebab, bentuknya mirip sebuah kapsul. Warnanya biru dongker. Sebetulnya aku kurang begitu tahu warna biru dongker itu seperti apa. Mobilnya sendiri berwarna biru agak ketuaan, tapi masih terang sedikit. Seperti warna lautan di kala senja. Seperti itulah warnanya yang sebenarnya.

Aku duduk di dekat sopir. Sopir antar jemput aku ini berdarah Tionghoa. Terlihat masih gagah. Saat itu, ia belum mengenakan kacamata. Ia menutup korannya dan berkata kepada aku, "Mami, jadi, lagi di rumah sakit?"

Aku hanya mengangguk.

"Sebentar lagi, punya adik, yah. Pengin adik laki-laki atau adik perempuan?"

"Laki-laki, sih. Biar bisa diajak main KBH-KBH-an."

Saat itu, di awal 1994, sedang digandrungi tontonan tokusatsu seperti Ksatria Baja Hitam. Namanya dalam bahasa Jepang, Kamen Rider Black. Aku suka musik pengiringnya. Bahkan, saat itu, aku hafal lirik lagunya. Jika sedang bermain dengan anak-anak komplek, maunya selalu menjadi Kotaro Minami. Bahkan, pernah kukatakan kepada Riko, salah satu sahabat aku, aku ingin menjadi Kotaro Minami, yang menyelamatkan dunia dari serangan alien jahat. Di Ksatria Baja Hitam, musuhnya itu Gorgom.

Kakak kelas aku yang katanya sudah kelas 5 SD berkata, "Anak laki-laki kenapa hobi berantem, Om?"

Namanya Om De. Kurasa bukan nama asli. Namun, seluruh murid yang menumpang mobil antar jemputnya--beserta orangtua masing-masing--sepakat memanggilnya Om De. Konon, yang kudengar dari Enci yang punya warung makan bakmi dekat sekolah Santa Maria Daan Mogot, nama aslinya itu Dede. Dipanggil Om De. Kadang suka dipanggil Pak De.

Om De tertawa terbahak-bahak. "Hahaha... kenapa, yah? Om juga nggak tahu, hahaha..."

"Kalau yang lahir perempuan, gimana?" tanya kakak kelasku tersebut, yang mana di halaman rumahnya, berdiri sebuah tiang raksasa. Katanya, itu tiang parabola, agar bisa menayangkan saluran-saluran televisi dari negara-negara lain.

Aku terkekeh dan asal menjawab, "Terserah Tuhan saja,"

Langsung aku terkesiap. Bangun-bangun, terdengar suara azan. Masih jam 3 sore. Ternyata sudah tanggal 11 Januari 2025. Oh, berarti aku sedang time travelling di alam mimpi lagi.

Tadi aku bermimpi di detak-detik kelahiran adik kandung aku. Adik aku lahir di 12 Januari 1994. Menurut Mami, dia lahir di waktu pagi. Sebelum lahir, Mami sempat bermimpi melihat naga berkepala lebih dari satu melingkar-lingkar di dekat tempat tidurnya. Hanya melingkar-lingkar, dan tanpa bermaksud menyakiti.

Baru aku sadari, menurut keyakinan sebagian orang Tionghoa, itu bawa keberuntungan, jika dilingkari oleh naga. Akan membawa keberuntungan dalam hidup kita.

Catatan Kaki:

Fiksimini ini tayang juga di akun Opinia aku. Ini juga dipersembahkan untuk adik aku yang berulang tahun yang ke-31 tahun ini, yang bulan November 2024, baru saja menikah.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)