Masukan nama pengguna
Begitu turun dari bus, aku langsung berlari seperti orang kesetanan saja. Nafasku terengah-engah. Kelas Kewarganegaraan akan dimulai di jam satu siang. Sepuluh menit lagi.
Terus saja aku berlari. Tak aku pedulikan orang-orang yang melihat aku dengan terheran-heran. Mungkin di pikiran mereka ini, ada angin apa laki-laki ini berlari-lari seperti dikejar genderuwo.
Aku baru berhenti saat sedang berada di dekat toilet gedung BKS. Ada sesosok perempuan yang aku kenal. Perempuan berambut panjang dan berkacamata. Perempuan ini selalu saja seperti ini. Datang tak diundang, pulang tak diantar.
Sejenak aku berdiri dari jarak agak jauh dari pintu toilet. Kedua mata ini benar-benar tak berkedip. Jantung ini berdebar-debar. Masih saja aku memandangi perempuan itu, yang sepertinya sedang menunggu seseorang.
Tak sengaja aku menelan saliva. Kusentuh dadaku. Aku menggeleng-gelengkan kepala. Setiap lekuk tubuhnya masih dalam pengamatan aku. Sampai akhirnya...
...seorang laki-laki berkacamata keluar daei toilet laki-laki. Laki-laki itu langsung merangkul perempuan itu. Ada rasa cemburu yang aku rasakan saat memperhatikan kejadian tersebut. Kepalaku sontak tertunduk. Perasaan aku sangat kacau sekali.
Aku tahu aku dan dia belum ada hubungan apa-apa. Belum kusampaikan isi hati aku ke dia. Tak berhak aku cemburu, sebetulnya. Namun, perasaan apa yang berhak timbul, saat seseorang yang aku cintai setengah mati, dirangkul oleh laki-laki, dan dia merespon rangkulan laki-laki tersebut?
Sepertinya dia tak menyadari ada keberadaan aku. Sejak dulu, memang seperti itu. Sering aku diabaikan. Bahkan termasuk oleh perempuan yang aku taksir.
Aku lalu berjalan di jalan yang sebisa mungkin agak menghindar dari dia. Jalan ini, yang aku lalui, cukup berdekatan dengan kantin kampus. Aku berjalan cepat dengan perasaan kacau. Tak aku pedulikan lagi kelas Kewarganegaraan. Biarlah masuk kelas telat. Aku ingin telat. Masuk kelas telat juga bukan sebuah pelanggaran. Sambil menggerutu, aku berjalan cepat.
"Eh, Iman,"
Seorang perempuan yang lain, memanggil aku.
Aku segera menoleh ke arah suara tersebut. Jantung aku langsung berdebar-debar lagi. Langsung aku menelan saliva. Di dekat aku, berdiri Yohana dan beberapa orang mahasiswi Hukum. Ada Nira, Icha, Sisca, Yoan, Laura, dan... ah, aku tak terlalu ingat siapa saja mahasiswa Hukum yang menjadi teman-teman seangkatan aku.
Aku mengangguk, agak tersipu malu. "Iya, ada kelas Kewarganegaraan. Kamu sendiri? Baru mau kelas atau udah mau balik?"
Yohana menjawab, "Sebentar lagi sih sebetulnya, eh, tapi mereka ini malah ngajakin aku nonton."
"Oh,"
Laura yang rambutnya dicat blonde, menimpali, "Cie, si Iman, sampai merah gitu pipinya. Naksir sama Yohana?"
Aku suka dia sama dia juga suka
Tapi kenapa sih mama
Bilang kalau ini cinta monyet
Oh padahal hatiku sering deg-degan
Saatku dengan sih dia
Iih, masa cinta ini cinta monyet?!
Penyuara-penyuara yang ada di kantin ini, tiba-tiba memasang lagu, yang seolah-olah sedang menyindir aku, yang secepat itu tiba-tiba jatuh cinta, padahal baru saja aku patah hati, karena gebetan sejak SMA dirangkul oleh laki-laki lain.
Omong-omong, sebetulnya, siapa yang aku suka? Benarkah aku menyukai Becky? Lalu, sekarang apa yang sedang terjadi? Kenapa jantung aku berdebar-debar saat sedang bersama Yohana? Itu belum ditambah saat pipiku langsung memerah saat Christy memegangi tanganku, padahal hanya mengembalikan buku aku yang ia pernah pinjam.
Selain itu, pikiran aku sulit berkonsentrasi saat aku pernah duduk di dekat Febe. Itu saat masih aktif mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga bimbingan belajar dekat rumah. Lebih gilanya lagi, kupandangi wajah Febe, dan terbayang wajah Curie, teman SMA.
Lirik sini,
aku coba lirik sana
oh, senangnya!
Omong-omong, yang aku rasakan sekarang ini, apakah ini yang disebut sebagai cinta monyet? Seperti seekor monyet yang hobi bergonta-ganti pasangan?