Flash
Disukai
0
Dilihat
4,227
Menunggu Cinta
Romantis

Tumben sepagi ini sudah berada di luar rumah. Jam di ponsel aku sudah menunjukkan pukul 09.05. Namun aku sudah berada di radius lebih dari dua kilometer dari rumah yang ada di Tangerang.

Aku tertawa terbahak-bahak. Lebih ke tertawa tanpa suara. Kupandangi sekitar aku. Belum terlalu ramai. Bahkan aku belum bisa leluasa di dalam mal ini. Hanya beberapa gerai yang sudah dibuka. Salah satunya adalah tempat fitness ini.

Kuperhatikan baik-baik tempat fitness. Ada dua-tiga orang di dalamnya. Salah satunya adalah seorang perempuan. Perempuan yang--jika aku perhatikan baik-baik, sepertinya masih cukup belia. Mungkin lebih muda dari aku dan...

...aku sekonyong-konyong teringat dengan seseorang. Seorang perempuan yang membuat aku harus sepagi ini di Jakarta. Tadi saja sempat hujan rintik-rintik. Namun, entah kenapa aku harus berangkat ke Jakarta sepagi ini; dan itu demi seorang perempuan yang bahkan jauh lebih muda dari aku.

Kupegang letak jantungku. Berdebar-debar tak keruan. Kudesiskan beberapa kali namanya. Wajahnya beberapa kali muncul di dalam kepala.

TING!

Tanpa sengaja aku melewati sebuah lift. Lift ini mendadak terbuka di saat aku melewatinya. Langsung saja aku masuk ke dalam. Kututup terburu-buru pintu lift. Lift tertutup dan mulai bergerak. Pelan-pelan turun dari lantai tujuh, bergerak turun hingga lantai dasar. Hingga saat lift melewati lantai empat, jantung ini mendadak berdetak-detak makin kencang. Nafasku menjadi tak keruan. Wajahnya muncul lagi. Hingga, pintu lift terbuka. Seorang perempuan masuk. Muda sekali perempuan ini. Sekonyong-konyong aku teringat dirinya.

Aku memicingkan mata. Terkekeh-kekeh. Entah mengapa aku merasa perempuan muda ini mirip dia. Setidaknya, sama-sama berambut panjang. Sama-sama berponi.

Perempuan ini tersenyum.

Aku balas tersenyum.

Ternyata dia turun di basement. Turun di lantai satu.

Setelah aku keluar dari lift, yang meninggalkan si perempuan di dalam lift, aku membiarkan diriku sendiri merenung.

Apakah yang aku alami ini benar-benar cinta? Apakah orang yang jatuh cinta, sering seperti ini? Yang mana mereka sering melakukan hal-hal irasional?

Coba aku ingat baik-baik, apa saja yang sudah terjadi. Sebelum mengenal perempuan yang masih remaja tersebut, aku pernah mengalami hal seperti ini. Itu saat aku masih duduk di kelas 10 SMA. Saat itu, aku yakin sekali akan bertemu dengan cinta monyet pertama aku. Untuk kali pertama, setelah sekian tahun, aku kembali ke dalam gereja dan membaur dengan mereka yang sebaya dengan diriku. Aku sangat yakin akan bertemu kembali dengan si cinta monyet pertama aku itu. Dan, ah...

Aku terkekeh-kekeh. Tanpa sengaja waktu bergulir begitu cepat. Aku terlalu banyak melamun. Di tiga mal, aku melamun terus. Melamun sambil melihat-lihat pemandangan di sekitar aku. Tahu-tahu sudah di atas jam sebelas. Aku sudah kembali ke mal ini. Di lantai tujuh ini. Tepatnya lagi, di dalam bioskop. Dan...

...mataku memicing semakin sipit. Perasaan aku mengenal perempuan yang baru saja melewati aku. Perempuan yang mengenakan kardigan biru muda dan ransel mini di punggungnya. Rambutnya dibiarkan terurai begitu saja. Dia kan...

...sial!

Perempuan yang membuat aku harus ke Jakarta pagi-pagi sekali. Sampai-sampai aku harus menembus macetnya Jakarta yang gila-gilaan. Kenal akrab pun tidak, tapi aku rela bangun di jam lima pagi, tergesa-gesa mandi, sambil makan yang terburu-buru sekali, hanya demi seorang perempuan yang jauh lebih muda.

Kulihat, dia langsung masuk ke dalam toilet. Coba kuikuti. Aku berjalan terus hingga pintu masuk toilet. Namun aku hanya menunggu di depan. Di depan pintu toilet, aku berdoa dalam hati. Aku minta Tuhan meyakinkan aku bahwa perempuan tadi yang kucari. Bagaimanapun aku kurang mengenal akrab dirinya. Aku takut salah orang. Betapa malunya jika salah orang.

Selepas berdoa, kuputuskan untuk bergerak ke arah pintu masuk bioskop. Kutunggu di sana saja. Perempuan itu, kan, jika sedang di dalam toilet, lama sekali. Kutunggu di depan pintu masuk. Di depan pintu masuk, sembari kupikirkan bagaimana caranya mengajaknya mengobrol. Jujur aku sering canggung di dekat perempuan.

Di saat aku menunggu dia keluar dari toilet, mendadak dua orang laki-laki muncul. Salah satu dari mereka malah mengenakan seragam sepak bola dengan nama punggung perempuan remaja yang sedang kucari tersebut. Kudengarkan sayup-sayup obrolan mereka.

"Gue yakin banget dia lari ke arah sini,"

"Yang bener lo?"

"Yakin gue, si Tania masuk lift, terus tujuannya ke f7 ini. Gue lihat sendiri, kok."

Ya, Tuhan, yang tadi aku lihat tadi benar-benar Tania? Perempuan muda yang membuat aku harus bangun pagi-pagi? Dan, hanya karena sebuah...

...mimpi?

Catatan Kaki:

Terilhami dari pengalaman nyata penulis di Februari 2015

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)