Masukan nama pengguna
Gara-gara teriakan bocah-bocah kampung yang berkeliaran di dekat rumah, sampai sekarang aku masih uring-uringan. Aku masih terus memikirkan kemungkinan yang dikatakan bocah-bocah tersebut.
Aku menarik nafas. Tak sengaja aku menggigit bibir bawah. Mondar-mandir aku di ruang tamu rumah. Beberapa kali aku memandang lukisan Yesus raksasa yang tergantung di salah satu dinding. Sayup-sayup aku mengucapkan doa. Tidak dalam hati, melainkan lantang dengan mulut. Aku tak perlu takut juga. Hanya aku sendiri di rumah. Papa sudah berangkat ke tempatnya berkumpul dengan teman-teman kerjanya. Kakakku yang nomor dua masih di sekolah (sebab dia seorang guru bimbingan konseling). Adikku sedang di kantornya yang kabarnya sebuah perusahaan pemerintah. Sementara abang sepupuku masih di jalan. Biasa, ngojek.
Masih terngiang-ngiang di kepala.
"Pacarku direbut orang,"
"Yah, kok bisa, sih?"
"Aku diselingkuhin temen-temen."
"Makanya dijagain, dong. Biar nggak main gila sama cowok lain."
Kurang lebih seperti itulah. Seperti itulah, obrolan bocah-bocah saat itu. Entah kenapa, aku seperti terhipnotis. Aku merasa bocah-bocah itu menyampaikan kode. Mereka menggunakan bahasa-bahasa kode demi menyampaikan sesuatu--yang dirasa penting--kepada aku. Aku pun bingung, kenapa aku langsung terpikirkan satu nama.
TANIA!
Aku tertawa terbahak-bahak di dekat lukisan Yesus ini. Dalam hati, aku mencurahkan isi hati. Di saat itu, entah mengapa aku merasa sedang mencurahkan isi hati ke banyak orang.
Begini ucapku:
'Ya, Tuhan, aku bingung dengan apa yang terjadi. Yang bikin aku gelisah itu soal kata-kata bocah-bocah waktu itu. Benarkah itu?
Apakah sampai di sini saja kisahku dengan Tania? Apakah benar yang dibicarakan bocah-bocah itu? Aku harus gimana?'
Selang sekitar dua-tiga menit kemudian, sayup-sayup kudengar begini:
'Kamu, datanglah ke gereja Monica di dekat rumah temanmu. Mungkin jawabannya ada di sana. Ada seseorang yang bisa menjawab kegelisahan kamu.'
Aku tersentak. Kulirik jam dinding yang tak jauh dari lukisan Yesus. Masih pukul 09.26. Sempat juga jika aku ke daerah BSD. Gereja itu berada di kawasan BSD. Dari sini hingga sana, paling memakan waktu 15 menit. Aku bisa pulang sebelum sore nanti.
Tanpa pikir lama, aku langsung mandi, berpakaian yang rapi, menggowes sepeda, naik angkot, dan...
...di pukul 10.34, aku sudah tiba di gereja. Kusempatkan untuk mengunjungi sebuah toko bunga. Kupilih bunga krisan. Pilihan bunga krisan ini juga karena dipilihkan si tukang bunga yang sepertinya masih kuliah.
"Mau ke Bunda Maria, yah? Kasihkan saja bunga krisan. Konon, kasih ini ke Bunda Maria, dijamin doamu dikabulin Tuhan."
Setelah itu, aku sempatkan untuk doa dulu di Goa Maria. Kupersembahkan buket bunga krisan ini di patung Bunda Maria. Aku lampiaskan isi hati aku. Itu termasuk obrolan bocah-bocah tersebut. Sayup-sayup aku mendengar suara di kepala.
'Kamu, keluarlah. Orangnya menunggu kamu di luar gereja.'
Terbirit-birit aku bangkit dari posisi duduk bersila. Tadi aku sedang berdoa Rosario. Langsung saja aku berhamburan keluar dari Goa Maria. Di dekat gerbang masuk gereja, salah seekor anjing menggonggong. Anjing ini tidak hendak menyerang aku sepertinya. Mata anjingnya nyalang, dan pandangannya tertuju ke arah toko buku rohani di seberang gereja. Aku menjadi penasaran. Ada apa dengan toko buku rohani tersebut?
Ke sanalah aku mampir. Aku masuk ke dalam toko buku rohani. Hanya ada penjaganya yang seorang wanita tua berkacamata. Salah seorang lainnya adalah pria yang sepertinya seumuran dengan aku. Entah mengapa aku bergerak ke arah dia. Pria itu sadar dan tersenyum misterius. Dia lalu berdeham sambil menunjuk sebuah buku. Judul bukunya "Rahasia Pernikahan Indah di Mata Tuhan".
Aku terkekeh.
"Kenapa?" Pria itu membuka mulutnya juga.
Aku menggeleng dan menjawab spontan, "Nggak apa-apa. Kebetulan aja aku lagi mikirin soal buku itu. Tapi, aku masih bingung aja, Mas. Apa kuterusin atau nggak, hubungan aku sama cewek ini?"
"Oh, soal cinta..."
"Iya, Mas."
"Kamu sayang sama dia?"
"Iya, Mas, tapi--"
Ada jeda agak lama. Pria ini memandangi aku tersenyum misterius lagi. Aku hanya terkekeh-kekeh.
"--dia selingkuh, yah? Kamu diduain?"
Aku hanya tertawa terbahak-bahak.
"Yah, cari cewek lain saja, kataku. Mungkin dia lebih cocok sama cowok yang lagi sama dia sekarang."
Sekonyong-konyong aku teringat dengan penglihatan yang aku terima beberapa hari yang lalu. Kulihat, Tania sedang berjalan-jalan dengan laki-laki lain di sebuah mal yang ada di Jakarta. Tania dan laki-laki itu terlihat sedang masuk ke dalam toko perhiasan.
PS:
Terilhami dari pengalaman nyata penulis di Februari 2016. Dipersembahkan untuk Valentine's Day.