Flash
Disukai
0
Dilihat
9,345
Terpaksa Putus karena
Romantis

Tik, tik, tik.

Cuaca yang sangat mendukung. Entah mengapa dua orang ini harus berasa di luar saat langit mulai menangis. Meskipun, sebelum mereka berdua berjumpa di taman ini, hujan belum menitikkan air mata.

Yang laki-laki langsung dengan sigap menawarkan payung ke yang perempuan. Sekarang, judulnya menjadi "Sepayung Berdua".

Yang perempuan penasaran dengan apa yang terjadi. Ia bertanya untuk menghindari kebingungan lebih lanjut, "Ada apa?"

Yang laki-laki hanya menggeleng.

"Kamu ada masalah?"

Kembali si laki-laki hanya menggeleng.

"Apa aku ada salah sama kamu?"

"Kamu bahkan terlalu baik."

"Berarti tidak ada masalah, kan?!"

Si laki-laki menarik napas dalam-dalam.

"Omongin, dong, kalau ada masalah. Kita pacaran untuk bisa saling berbagi."

Si laki-laki hanya menundukkan kepala. Kaki-kakinya iseng menciprat-cipratkan rob yang tergenang di mana-mana. Alhasil, ujung celananya basah karena cipratan rob tersebut.

"Jangan menangis. Nanti orang-orang berpikir aku ngapa-ngapain kamu."

Si laki-laki itu menatap wajah kekasihnya dengan berat sekali.

Yang perempuan menjadi semakin kebingungan. Saking bingungnya, ia menggigit bibir bawahnya.

"Pegang dulu."

Kali ini yang perempuan yang memegang tiang payung tersebut. "Kamu mau apa?"

Di depan si perempuan, dengan berhujan-hujanan, si laki-laki berseru cukup lantang, "Kita putus saja!"

"Apa?" Mungkin karena hujan yang cukup deras, si perempuan berseru balik.

"Kita putus!"

Sepertinya yang laki-laki tak ingin melakukan pengulangan. Ia berlari meninggalkan perempuan yang sebetulnya masih ia sayangi dengan segenap hati. Ia meninggalkan perempuan tersebut, yang masih terbengong-bengong dengan apa yang terjadi. Namun, si laki-laki tetap saja tidak peduli. Yang laki-laki pentingkan hanyalah egonya yang harus segera dituruti.

Laki-laki itu terus saja berlari dan berlari hingga sampai minimarket. Di minimarket tersebut, tersedia bangku-bangku dan rata-rata masih kosong. Sebelum duduk, ia memesan dulu sebotol minuman bersoda dan kacang telur. Ia lalu duduk dan mulai membuka media sosial. Dibukanya akun itu lagi, dan membaca apa yang disodori oleh si empunya akun. Tulis posting akun tersebut begini.

“Carilah pasangan yang cintanya setara denganmu. Agar jika engkau bermanja tak dianggap beban, tangismu tidak membuat telinganya sakit, rasa cemburu kamu tak dianggap mencari masalah, dan amarahmu tak dianggap berlebihan."

Si laki-laki menenggak minuman bersodanya. Ia berbicara sendiri di balik suara gemuruh hujan. Terdengar suara kilat.

"Mungkin akun ini benar. Seharusnya sudah aku putuskan saja hubungan aku dengan dia. Mungkin memang benar aku dan dia tidak setara. Buat apa diteruskan? Yang ada hanyalah sakit hati yang berkepanjangan."

Padahal, sebelum posting akun itu muncul, hubungan mereka berdua baik-baik saja. Walau lebih mirip love-hate relationship, hubungan mereka sebetulnya adem ayem saja. Bahkan si perempuan pun tak pernah mempermasalahkan rasa manjanya, tangisnya, hingga amarahnya (yang kadang suka berlebihan). Ia tak pernah dianggap beban. Telinga si perempuan tak sakit. Amarahnya selalu ditanggapi dengan teramat baik. Mana pernah si perempuan menganggap ia sedang mencari masalah.

Astaga, mengapa ia membiarkan kata-kata orang begitu mempengaruhinya?

Kini, sudah berakhir. Karena pihak ketiga. Oh, tidak, tak ada isu perselingkuhan. Namun, tetap karena pihak ketiga yang membuat ambyar segala sesuatunya.

Pihak ketiga, oh pihak ketiga.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)