Masukan nama pengguna
"Ternyata Mama selama ini nyembunyiin sesuatu dari kita. Papa bukannya ada dinas ke Menado. Papa kabur, Mas."
Alangkah kaget Arnold saat mendapatkan kabar tersebut dari adiknya, Astri. Bagaikan disambar petir. Mana perutnya lapar pula. Ia belum sempat mencicipi bakso yang ia pesan melalui office boy. Mana bisa pula ia fokus dalam memeriksa beberapa berkas hukum yang dilimpahkan kepada dirinya.
Arnold bangkit berdiri. Sembari membawa sekantung bakso, ia berjalan keluar dari kubikelnya. Ia pamit ke rekan-rekan di ruangan tersebut dengan alasan hendak ke toilet. Padahal ia hanya ingin ke pantry kantor. Sekadar untuk meredakan ketegangan akibat kabar yang disampaikan oleh adiknya, Astri, tadi.
Sembari berjalan menuju pantry, Arnold baru menyadari keanehan demi keanehan yang ia abaikan. Apa mungkin kejadian-kejadian aneh setelah ia bangun kesiangan itu merupakan semacam pertanda?
"Yah, sudah, yang penting Abah jangan bertindak gegabah, yah. Tunggu aku pulang dari kantor dulu. Aku usahakan pulang lebih cepat. Lagian, kok bisa Umi nikah siri sama mantan pacarnya, Bah?"
Arnold memperhatikan Lani, si biang gosip, yang baru saja ditimpa kemalangan. Ia menekuri kubikel tersebut--di mana Lani masih menelepon ayahnya. Entah mengapa bisa kebetulan begini. Kabar buruk tentang papanya Arnold yang menikah lagi itu datang setelah ia mendengar Lani yang cukup syok ibunya kepergok menikah siri. Sementara di pihak Arnold, papanya berbohong dengan beralasan dinas ke Menado. Ternyata, tanpa sepengetahuan Arnold dan kedua adiknya, papanya menceraikan mamanya demi bisa menikahi selingkuhannya yang beberapa bulan lalu sudah berani menelepon ke rumahnya.
Di pantry, Arnold minta diambilkan mangkuk. Ia memilih untuk makan bakso di dalam pantry tersebut. Sembari makan, ia mengingat kembali obrolan dirinya dan Astri.
"Mas Arnold, udah tahu belum?"
"Tahu apa?"
"Soal Papa. Ternyata Papa nggak lagi dinas ke Menado kayak yang kita tahu. Papa sama Mama udah bercerai juga. T'rus Papa nikah lagi di Menado."
Begitulah yang Arnold ingat. Ada rasa kesal dan sedih yang bercampur menjadi satu. Arnold pun merasa bingung. Bagaimana bisa kabar yang ia terima dari Astri tadi, begitu mirip dengan apa yang dialami Lani barusan.