Masukan nama pengguna
KALAU bukan karena hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya, ia tentu tak akan mengatakan 'ya' ketika perempuan itu mengajaknya menonton film horor di bioskop.
"Ayolah. Ini bukan film horor murahan. Aku jamin kau pasti suka," bujuk perempuan itu.
Maka, di sinilah ia kini. Duduk berpegangan tangan dengan kekasihnya itu di deretan kursi paling belakang di studio 3, ruang satu-satunya yang dilengkapi fasilitas 4D. "Ini cara terbaik untuk menikmati film horor," cerocos perempuan itu sambil terus mencomot berondong jagung.
Film sudah hampir setengah jalan ketika desakan buang air kecil memaksanya beranjak dari tempat duduk dan bergegas menuju toilet. Lepas buang hajat, ia cek ponselnya sebentar - siapa tahu ada pesan penting yang harus segera direspons.
Edan! Ada puluhan panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari nomor kekasihnya. Kenapa ia sampai tidak tahu ada panggilan sebanyak itu, padahal ia sengaja mengaktifkan mode getar ponselnya.
Dan brbrbrbrbrbrrrtttbrtttt, tiba-tiba ponselnya bergetar. Panggilan dari nomor yang sama.
"Iya sayang? Bentar. Kan lagi di toilet..."
"Toilet mana?! Udah dari dua jam yang lalu gue nungguin lu kaya monyet gembel! Mana gak bisa dihubungi lagi!"
"Ya toilet bioskop, sayang. Toilet mana lagi? Lu kenapa sih?"
"Eh jadi lu udah di bioskop sekarang? Sama siapa? Dan gue lu tinggalin gitu aja? Janjinya mau jemput, e malah jalan ama orang lain!"
"Lu ngomong apaan sih?"
"Gue masih di rumah! Nungguin elu, kambing!"
"Jangan becanda ah!"
"Ya sudah. Bete!" Telepon ditutup.
Dasar perempuan aneh, rutuknya.
Ia kembali ke studio 3, setengah berlari melewati deretan kursi di bagian depan. Namun, ketika hampir mencapai deretan kursi belakang, ia tersadar. Tak ada siapa-siapa di sana. Hanya kursi-kursi kosong dan layar yang menampilkan adegan seorang pria yang disekap di dalam ruang bawah tanah.
Dan ya, pria di film itu tak lain adalah dirinya sendiri!
Ia berteriak.
Namun, tentu saja semua sudah terlambat. Sangat terlambat.