Masukan nama pengguna
JULIA memeriksa kembali informasi yang ditulisnya di selebaran berwarna kuning itu. Setelah memastikan tidak ada lagi kesalahan penulisan – terlebih nomor telepon yang bisa dihubungi, ia mencetak dan memasukkan semuanya ke dalam tas kain.
Ia menyusuri jalan kompleks ke arah pertokoan. Setelah meminta izin, Julia menempelkan selebaran itu pada tiang-tiang toko dengan jarak tertentu, berharap ada pengunjung yang pernah melihat Popi.
Popi, anjing pudel cokelat itu, menghilang dua hari lalu ketika Julia disibukkan oleh pekerjaan kantor yang harus segera ia selesaikan. Pagi ketika Julia mulai bekerja, Popi masih bermain di dekatnya. Namun, ketika Julia hendak mengisi kembali gelasnya, ia baru menyadari bahwa Popi sudah tidak ada lagi di rumah. Siang ke petang, senja ke malam, Popi menyisir jalanan kompleks, bertanya pada para tetangga, tapi nihil.
Hari berikutnya, Julia melanjutkan pencarian ke semua blok kompleks. Namun, ia tetap tak bisa menemukan Popi.
Seorang tetangga kemudian memberinya ide untuk mencetak selebaran-selebaran itu.
Dari pertokoan, Julia berbelok ke perkampungan, yang beberapa kali pernah ia lewati bersama Popi. Ya, siapa tahu, Popi memang kabur ke sana, dan kini sedang berada di salah satu rumah penduduk.
Sembari meminta izin menempelkan selebaran, Julia bertanya pada orang-orang yang kebetulan berpapasan dengannya. Namun, tak seorang pun pernah atau merasa pernah melihat Popi. Beberapa yang telah membaca selebaran dan mengetahui besarnya imbalan yang dijanjikan, buru-buru mencatat nomor telepon Julia dan mengatakan mereka akan membantu menemukan Popi.
Julia kembali ke rumah dengan asa dan kecemasan yang berkelindan.
Suatu hari, setelah sebulan berlalu, seseorang menelepon Julia dan memberitahukan bahwa ia telah menemukan Popi.
“Benarkah?” Julia kegirangan. “Anda bisa membawanya ke rumah saya sekarang?” Ia menyebutkan alamat rumahnya.
“Ya, saya sudah di depan.”
“Anda tidak sedang bercanda kan?” Julia membuka pintu rumahnya dan mendapati Popi dalam gendongan seorang laki-laki yang sangat ia kenali.
“Halo, Julia. Apa kabar?” sapa laki-laki itu, sementara Popi langsung menghambur begitu melihat Julia.
“O Popi sayang, kau sudah kembali!” ujarnya tanpa menghiraukan laki-laki itu.
“Julia, kenapa kau tidak mencariku?”
“Kau bukan seekor kucing yang harus kucari jika kabur dari rumah.”
Julia masuk bersama Popi, meninggalkan laki-laki yang dulu sangat ia sayangi itu. ***