Cerpen
Disukai
0
Dilihat
6,400
SENDAKALA
Misteri

SENDAKALA (Senja Yang Menghanyutkan)


"Wong wayah pan maghrib, kue setan pada metu, koen-koen pada malah metu ndeleng sunset. Perbanyak istighfar karo ngenteni Maghrib."

(Pada saat Maghrib, semua hantu pada keluar, kalian semua malah keluar liat sunset. Perbanyak istighfar sambil menunggu Maghrib) 

Ujar salah seorang Ustad saat mengisi acara Ta'lim di majelisnya. Murid-muridnya kebanyakan kalangan remaja yang menginjak dewasa, sehingga banyak diantara mereka yang tersenyum sendiri, karena merasa dirinya melakukan.

                ****

Minggu pagi di suatu desa di Jawa Tengah.

Toto yang habis pulang membeli sarapan, tiba-tiba mengehentikan laju motornya saat melihat Oki sedang membeli bubur kacang hijau di sekitar jalan desa.

" Oki... Sore nanti jadi mancing gak?" Tanya Toto memastikan.

" Lah... Gimana ya? Kemrin malam denger ceramah Pa.Ustad begitu, aku jadi takut To." Jawab Oki.

" Emmmm... Tapi Ki, kita udah janji ke Anwar dan Brian." Toto menimpalnya lagi.

"Ya nanti deh kita bicarakan lagi To..."

"Nanti gimana Ki, orang mancingnya sore ini... Bentar lagi juga sore." 

"Eh... Masih pagi ini To, baru juga jam 7. Ya kita liat, kalau Anwar sama Brian ternyata datang udah mempersiapkan umpan dan semuanya ya kita jalan. Kasihan rumah mereka jauh. Disana juga masih kampung banget gak ada sinyal, harus ke daerah perkotaan dulu baru ada sinyal. Kemarin jum'at kan kita udah janjian disekolah, sabtu pagi mereka pulang ke desanya. Sekarang gimana mau menghubungi mereka. Sinyal pun tak ada disana."

"Oke deh Ki... Jam empat sore nanti aku kerumahmu. Aku pulang dulu ya..." 

" Yoi To .. Hati-hati dijalan bro..." Sahutnya.

"Yoa..." Jawabnya sambil melajukan motornya.

Di halaman rumah yang begitu asri, seorang wanita yang masih terlihat muda sedang menyiram tanaman yang tak lain merupakan ibu Toto. Yasmin namanya, seorang janda cantik yang mempunyai anak semata wayang yang kini sudah beranjak dewasa. Semenjak kematian suaminya, ia belum terpikir untuk menikah lagi.

Toto segera memarkirkan motornya di samping ibunya.

Ciet...

"Assalamualaikum Ibu..." Sapa Toto.

"Walikumslam, ya To... Ketemu nasi gudegnya?" Tanya Bu Yasmin.

"Ketemu dong bu, kangen Bapak bu. Dulu kalau hari minggu pasti kita jalan-jalan ke pantai, pulang dari pantai kita makan nasi gudeg di depan alun-alun. Rasanya indah sekali ya Bu, jadi kangen Bapak."

"Hemmm... Yuk masuk, kita makan bareng." Sembari tersenyum, Bu Yasmin membawa bungkusan nasi gudeg yang telah dibelikan oleh anak bujangnya.

"Oke Bu..." Jawabnya dengan penuh semangat.

Bu Yasmin menyiapkan dua piring, dan membuka bungkusan nasi gudeg. Tercium aroma nasi gudeg yang begitu gurih dan manis.

"Emmmmmh..." Toto menghirupnya dan segera memakannya.

"Hap..."

Toto segera memasukan nasi gudeg ke dalam mulutnya.

"Heh... Udah baca doa belum?" Cletuk ibunya.

"Udah bu... Dalam hati. Hehe," jawabnya sambil tertawa kecil.

"Hehhhh... Dasar nih anak, jangan lupa baca doa dulu." 

" Bismillahirrahmaanirrahiim, Allahumma Bariklanaa Fiimaa rozaktanaa wakinaa adzaa bannar, aamiin... 'Hap'." Toto membaca doa sebelum makan dan seketika melahap nasi gudeg dihadapannya.

Bu Yasmin tersenyum melihat tingkah laku anaknya yang lucu dan konyol.

               ****

Habis sholat ashar, Toto langsung bergegas bersiap mengemasi alat pancingnya dan hendak segera menuju rumah Oki.

"Bu... Toto pergi dulu yah..." Ijinnya.

"Oalah mau kemana kamu?" Tanya bu Yasmin.

"Mancing bu, sama kawan-kawan." 

"Pulang sebelum maghrib ya To," Bu Yasmin kembali menimpali.

"Hemmmm tergantung Bu, ini sudah jam setengah empat sore, belum untuk perjalanan, belum juga untuk nunggu ikannya. Apalagi kalau ikannya lagi ngambek. Wuh! Susah di bujuknya bu, kaya wanita jaman sekarang. Hehe. " Toto menjawab dengan sedikit candaan.

Tiba-tiba Bu Yasmi memeluk Toto cukup lama.

"Hati-hati ya To kamu disana..." 

"Siap Bu... Toto berangkat dulu." Jawab Toto seraya menghidupkan motornya.

Entah apa yang dirasakan Bu Yasmin, tiba-tiba memiliki firasat yang tidak enak akan kepergian anaknya memancing.

               ****

Sesampainya dirumah Oki.

"Hei bro..." Sapa Oki, Brian, dan Anwar secara bersamaan.

" Oi... Sudah siap semua?" Toto turun dari motornya menghampiri mereka.

"Umpan dan lainnya sudah kita siapkan. Dikampung masih banyak cacing, hehee." Ujar Anwar.

"Ayo berangkat keburu petang." Oki menimpalinya.

Meraka memakai dua motor. Oki berboncengan dengan Toto, Anwar dengan Brian.

"Kita jadi mancing dimana To?" Tanya Oki

"Disungai besar aja yuk Ki." Jawabnya

"Gak dilaut aja yang rame?"

"Disungai banyak ikan nilanya." Toto menjawabnya kembali.

"Terserah kamu deh To, kita ngikut kamu aja." 

Senja pun mulai turun, terlihat langit yang mulai meredup dengan secercah cahaya merah yang begitu cantik. Mereka berempat asik memancing, sambil mengobrol dan bercanda walau sedikit berjarak. Saat mereka hendak mengajak foto bersama, mereka baru menyadari kini Toto tidak berada disekitar mereka. Mereka bertiga mencari Toto kesana kemari sambil berteriak-teriak. Hingga kumandang adzan Maghrib mulai bersahutan.

"To.....!!! Toto!!! Kau dimana? Yuk pulang, dah mulai Maghrib." Anwar berteriak mencari Toto.

" To... Toto... Kamu dimana?" Disusul teriakan Oki dan Brian.

"To jangan bercanda ya, dah mulai maghrib ni yuk kita pulang!" Oki kembali berteriak.

Terlihat sandal Toto berjejer rapi di atas batu besar. Saat Oki berputar menyusuri batu itu, tidak terlihat keberadaan Toto. Hanya sepasang sandal Toto yang mereka temukan.

"To... Kembali To... Ayo kita pulang, ibu kamu menunggu... To... Pulang To... Hiks,hiks." Teriak Oki yang menangis sambil menyusuri sungai.

Brian dan Anwar segera menyusul Oki dan membawanya ke tepian sungai. 

"Ki... Kita minta bantuan warga sini! Kamu naik ke atas dulu, nanti kamu sakit. Baju kamu dah basah semua." Brian dan Anwar menenangkan Oki. Brian menemani Oki ditepian sungai, sementara Anwar segera berlari mencari bantuan warga.

Seketika sungai menjadi ramai. Warga sekitar sungai ikut menyusuri sungai besar, ada yang masuk ke dalam sungai ada pula yang mancari di sekitar tepian sungai yang masih dipenuhi rumput ilalang. Ada juga yang mefoto-foto dan memostingnya.

Hayya alal falah....

Para Warga masih terus mencarinya. Dengan penerangan senter handphone mereka masing-masing.

Oki terus menangis terduduk lemas ditepian. Andri dan Brian kembali ikut mencari Toto dengan para warga.

Beberapa warga bergantian mencari, karena mereka hendak melaksanakan sholat maghrib. Berita orang hilang cepat tersebar. Hingga Bu Yasmin akhirnya mengetahuinya setelah membaca status WhatsApp teman-temannya, disusul pesan-pesan yang masuk. Begitu teriris hatinya, anak sematata wayangnya menghilang di sungai besar. Bu Yasmin segera menuju sungai besar yang tak begitu jauh dirumahnya.

Sesampainya, bu Yasmin melihat pemandangan yang begitu ramai. Aparat desa ikut membantu dalam pencarian Toto. Terlihat Oki menangis sambil kembali menyusuri sungai.

"Oki... Oki..." Dari jauh Bu Yasmin memanggilnya.

Oki segera menghampirinya, tidak ada kata kata yang terucap. Hanya air mata keduanya yang saling berbicara. Oki berlutut dihadapan Bu Yasmin, meminta maaf tidak bisa menjaga Toto dengan baik. Bu Yasmin segera membangkitkan tubuh Oki dan memeluknya.

"Jangan menyalahi diri kamu sendiri Ki, ini semua sudah takdir. Kita berdoa aja semoga Toto cepet ketemu." Ibu Toto menenangkannya.

Jam sudah hampir mendekati tengah malam. Pencarian Toto dihentikan, dan akan dilanjutkan pagi nanti.

Brian dan Anwar juga ikut menginap di rumah Oki, untuk mencari Toto keesokan paginya.

                *****

Hari minggu itu semakin rame, bukan hanya warga sekitar. Warga dari desa lain pun ikut datang membantu mencari Toto.

Pencarian hari kedua pun nihil. Tidak ada satupun tanda-tanda keberadaan Toto. Dihari ketiga, Bu Yasmin mencoba mengikuti saran seorang sesepuh desa untuk membawakan bantal tidurnya Toto dan melemparkannya ke sungai.

Dengan perasaan sedih Ibu Toto melempar bantal dari atas jembatan.

"Toto Muhammad bin Ali Abdullah! Pulang ke rumah yu nak, ibu menunggu kamu pulang." Sambil berteriak dengan air mata yang tertahan, berkali-kali Bu Yasmin mengulang kata yang sama. Para tetangga yang selalu menemaninya ikut memeluk dan menenangkannya.

Tiga hari sudah Toto menghilang. Bu Yasmin selalu mendoakan anak semata wayangnya.

Sepulang sekolah, teman-teman Toto berkunjung ke rumahnya. Kebetulan salah satu teman sekolah Toto yang bernama Hadi seorang indigo, dia meminta diantarkan ke sungai besar. Hadi diantar Oki dan Anwar menuju sungai. Sementara anak-anak yang lain menemani Bu Yasmin dirumah.

Saat tiba disungai, Hadi menuju batu besar yang pertama kali ditemukan sandal Toto. Hadi yang merupakan anak indigo, menangis saat melihat semuanya. Ia Melihat saat-saat Toto tergelincir ke dalam sungai.

"Yang Toto lihat ini bukan batu, tapi istana yang begitu megah, ini kenapa Toto melepas sandalnya saat memasuki istana tersebut." Terang Hadi.

Mereka hanya diam dan kembali berkaca-kaca menahan kesedihan yang masih terpendam. Karena mereka lah yang terakhir kali bersama Toto.

"Nanti raganya akan dikembalikan, tapi apapun yang terjadi. Semua harus ikhlas, karena Toto kemungkinan sudah tiada." Hadi kembali melanjutkan.

Mereka bertiga kembali kerumah Toto, dan menceritakan semua ke Bu Yasmin. Bu Yasmin sudah pasrah dengan apa yang telah terjadi. 

Tak lama, Mereka semua pamit dari rumah Toto. Kini, Bu Yasmin hanya di temani sodaranya dan tetangga sekitar.

Malam pun mulai tiba, Bu Yasmin sehabis isya berlalu lalang seperti orang kebingungan. Tinggal seorang diri di rumah, ia tak bisa tidur masih menunggu kabar anaknya. Hanya air mata dan doa yang selalu di panjatkan dalam hatinya.

Tok tok tok ....

Suara ketukan pintu terdengar dirumahnya.

Bu Yasmin segara kedepan, dan melihatnya dari gorden. 

Ternyata tak ada siapapun didepan pintu.

Kembali ketukan itu berulang sampai tiga kali. Tapi tidak terlihat siapa yang mengetuknya.

Tiba-tiba...

" Bu aku hanyut bu... Saat aku memasuki istana itu. Yang aku lihat istana megah, tapi saat aku hendak masuk aku tergelincir dan jatuh hanyut ke dalam sungai Bu."


Astaghfirullah.... 

Bu Yasmin terbangun dari mimpinya, ternyata ia tertidur di Sofa. Bu Yasmin kembali menangis, mungkin itu gambaran dari cerita anaknya yang kini menghilang.

Hari ke empat pencarian Toto. Matahari hari ini begitu bersahabat, tidak panas dan tidak teduh. Kembali semua orang mencari keberadaan Toto. Saat semua fokus mencari, salah seorang dari mereka melihat sesuatu yang aneh di sekitar batu besar. 

Dan segera menghampirinya. Terlihat jasad seorang leleaki yang mengapung didekat batu besar itu.

"Woi... Kesini-kesini!" Warga itu berteriak disusul dengan warga yang lain. Mereka langsung membawanya ke tepian dan ternyata jasad itu adalah jasad Toto yang sudah tidak bernyawa.

Segera jasad Toto dibawa ke kediamannya, Bu Yasmin hanya bisa menangis dan tetap bersabar atas apa yang telah menimpanya. Ia bersyukur, karena jasad anaknya yang hilang sudah ditemukan.

Segera jasad Toto dimakamkan. Tangis pecah mengiringi pemakaman Toto. Oki, Brian, Anwar dan teman lainnya menangisi kepergian Toto. Tingkah konyolnya yang selalu membuat teman-temannya tertawa, yang akan selalu terkenang. Ibu Oki terus mendampingi dan menenangkan Bu Yasmin.

Sepulang pemakaman, Bu Yasmin sedikit bercerita tentang firasat akan kepergian anaknya. Tingkah laku Toto yang sedikit aneh, sering melihat ke atap rumahnya, mondar mandir melihat sekeliling rumah, minta makan nasi gudeg dan terakhir memancing di sungai besar. Tempat dulu Toto dan mendiang ayahnya sering memancing.

Selesai tahlilan rumah Bu Yasmin kembali sepi. Tetangga dan sodaranya kembali pulang kerumahnya masing-masing dan paginya mereka kembali membantu. 

Saat Bu Yasmin hendak tidur,

Terdengar suara kembali ketukan pintu depan rumahnya.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum Bu..."

Terdengar suara yang tak asing ditelinganya.

Bu Yasmin segera berlari menuju ke depan untuk membuka pintu.

Krek...

Saat pintu terbuka terlihat sesosok yang dikenalnya dengan pakain basah kuyup, wajah pucat dan bibir yang sudah membiru.

Toto..... 







                   Tamat


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)