Masukan nama pengguna
Seorang perempuan muda, berjalan dengan baju lusuhnya sambil berjualan beberapa macam kue yang dibawanya di dalam box kontainer snack yang tidak terlalu besar, tangan satunya membawa kresek hitam yang berisikan uang dagangannya.
"Kue kue... Kue..." Teriaknya sepanjang jalan.
"Mawar.... Kue...." Seru seorang ibu yang sudah menunggu Mawar diteras rumahnya.
Mawar segera menghampirinya.
"Ibu beli semua kuenya Mawar."
"Alhamdulillah ya Allah... Beneran Bu haji mau beli semuanya?" Ujar Mawar senang.
"Iya Mawar, anak ibu yang dari perantauan pulang tadi malam. Terus niatnya mau bikin acara kecil-kecilan, temen-temennya mau pada datang kesini. Maklum, udah tiga tahun dia baru pulang."
"Alhamdulillah... Makasih Bu haji," Ucapnya penuh haru. Mawar sangat bersyukur sampai mencium tangan Bu haji.
Bu haji tersenyum melihat Mawar yang terlihat begitu senang saat kuenya diborong.
Seorang lelaki tampan dan berkumis tipis tiba-tiba mendatanginya dari arah luar rumah.
"Kuenya ada apa aja Mba?"
"Owh, maaf Mas... Kuenya udah habis, diborong Bu haji semua."
"Mawar itu anak ibu, yang baru saja ibu ceritakan." Jelas Bu haji sambil menunjuk anaknya.
" Hehe, owh... Maaf Mas, kok aku jarang lihat ya Bu?"
"Iya, dia tinggal dirumah Pamannya. Sekalian sekolah di sana bareng sepupunya." Terang Bu haji.
"Kenalin Mba, aku Imam." Imam memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya ke arah Mawar.
Sungguh sebuah kebahagiaan bagi seorang Mawar, baru kali ini ada lelaki tampan yang mau mangajaknya berkenalan.
Mawar termenung sebentar.
"Ehem... " Bu Haji berdehem.
Mawar segera tersadar dan segera mengulurkan tangannya.
"Aku Mawar, senang berkenalan dengan mas Imam." Balas Mawar tersipu malu.
"Nah kalian kan udah saling kenal, kalau dijalan ketemu jangan lupa bertegur sapa ya. Kan kita tetangga." Tutur Bu Haji.
Setelah semua dibayarkan, Mawar kembali pulang ke rumahnya dan menceritakan semua yang baru saja dialami ke Ibunya.
Ibu Mawar hanya tersenyum mendengar celotehan anak perempuannya.
Hari sudah mulai siang, rumah Imam yang masih bisa terlihat dari rumah Mawar terlihat begitu ramai. Teman-temannya mulai berdatangan, ada juga beberapa yang menggunakan mobil. Sudah jelas tergambarkan bahwa Imam seorang lelaki tampan dan mapan, yang juga merupakan anak seorang Haji yang memiliki banyak kontrakan dan tanah.
Dari jendela rumah Mawar mengintipnya, dan membayangkan dirinya ikut datang juga di acara perkumpulan pemuda-pemudi itu. Tiba-tiba pandangan Mawar tertuju pada sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti pas di depan rumah Imam. Saat mobil itu terbuka, terlihat seorang wanita yang sangat cantik, kecantikannya terlihat walaupun dari jauh. Ia terlihat begitu anggun, berpadukan gamis berwarna dusty pink, berkerudung pashmina, sepatu hak tinggi dan tas jinjing yang senada di sambut oleh Imam dan Ibunya secara langsung.
Mawar menelan ludah melihatnya dan segera menyadari akan dirinya. Walaupun jauh dalam hatinya masih berharap.
Astaghfirullah apaan si aku ini, cuma penjual kue. Orang gak punya, ngapain ngebayangin mas Imam. Bagaikan langit dan bumi. Tapi semoga cewek tadi sepupunya ya Allah, cantik banget pula. Gak kaya aku dekil.
Batinnya sambil tetap berpikir positif.
"Mawar... " Seru Ibunya.
"Iya Bu, antarkan pesanan ke rumah Bu Rita ya."
"Siap ibu." Jawab Mawar singkat.
Mawar segera berlari ke kamarnya.
"Mawar kamu mau kemana?"
"Sebentar Bu,"
Mawar segera mengganti pakaian lusuhnya dengan pakaian lain, yang masih terlihat baru. Sedikit sapuan bedak dan juga lipstik berwarna nude.
"Mana Bu kuenya?"
Ibunya heran melihat ke arah Mawar, sambil memandanginya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
"Kamu mau kemana?" Tanya ibu Mawar.
"Nganterin kue ke Bu Rita."
"Kenapa jadi cantik begini, emmmm...."
"Emmmm, mana ibu kuenya?"
"Ibu tau nih, hehe. Ini kuenya."
Segera ibu Mawar memberikan kue pesanan Bu Rita. Mawar segera beranjak menuju rumah Bu Rita dengan berjalan kaki seperti biasanya.
Saat melewati rumah Bu haji, mawar berhenti sebentar melihat ke arah sana seraya memandanginya.
Ramainya...
Terlihat mereka sedang saling mengobrol dan tertawa.
Mawar tersenyum sendiri dari jauh dan kembali mawar melangkahkan kakinya.
Hari berganti hari. Seperti biasanya, paginya mawar kembali berjualan kue. Kali ini tampilannya berubah. Mawar tampil lebih bersih dan terlihat lebih cantik dengan sapuan make up tipisnya.
"Kue kue... Kue kue..." Seru Mawar berulang.
"Mawar..." Sapa seorang laki-laki.
Mawar menengok ke arahnya.
Terlihat seorang anak tetangga yang rumahnya berada lima langkah dari rumah Mawar.
"Weh... Ada yang beda nih, jadi seger nih sekarang, roman-romannya kaya lagi sedang jatuh cinta." Cletuk Azis meledek.
"Apaan si Ziz, kamu mau ngledek aku atau mau beli kue?"
"Hehe! Beli pukis yang 5ribuan 2, rasa keju semua."
Mawar segera memilih pukis rasa keju yang berada di box kontainernya.
"Habis dari mana kamu Ziz?"
"Heh, kamu gak lihat ini aku bawa pancing. Ya abis mancing lah di sungai."
"Hehe, namanya juga basa-basi."
Aziz memandangi wajah Mawar yang sedang membungkus kue pukis yang di belinya.
"Kamu cantik Mawar." Cletuknya.
"Hemmh?" Mawar berpura-pura tak mendengarnya. Segera ia memberikan kue pukisnya.
"Owhya ini uangnya. Makasih ya Mawar." Aziz tersenyum dan segera berlari kecil pulang menuju rumahnya.
Mawar tersenyum mengingat ucapan Aziz yang merupakan tetangga dan teman mainnya sedari kecil yang sudah seperti saudara.
Mawar kembali melanjutkan jualan kuenya.
"Kue kue... "
Di tengah perjalanan, Mawar berpapasan dengan Imam yang terlihat begitu gagah dan berkelas dengan motor besarnya (moge).
Dit!
Tak lupa Imam menyalakan klakson motornya dan tersenyum ke arah mawar sebagai tanda menyapanya. Mawar kembali tersenyum.
Dan sepanjang perjalanan mawar masih tersenyum terngiang senyuman Imam layaknya orang yang sedang kasmaran.
Hari demi hari terlewati, minggu, bulan, dan tahun. Imam dan ibunya juga seringkali membeli kue di Mawar, Imam yang pernah menjadi seorang perantauan telah memilih kerja di kota kecilnya menjadi seorang Manager disebuah kantor distributor.
Semakin hari, semakin besar pula cinta yang Mawar miliki untuk Imam. Tapi hanya dipendam untuknya sendiri.
Hingga suatu ketika ada hal yang membuat Mawar menyesal, marah dan kecewa pada dirinya sendiri yaitu hari dimana Imam melamar seorang wanita cantik yang berkerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di kotanya.
Rombongan mobil telah berjejer di halaman rumah Imam yang begitu luas. Tak lupa Bu haji memanggil beberapa tetangganya untuk ikut serta acara lamaran anak bujangnya termasuk ibu Mawar.
Semenjak acara lamaran itu, Mawar menjadi berubah tak peduli lagi akan penampilannya. Dia jarang berjualan kue.
Berhari - hari Mawar lebih memilih untuk beridam diri di dalam kamarnya. Ibunya pun bingung dengan masalah apa yang sebenarnya sedang Mawar hadapi. Hanya di waktu tertentu saja Mawar keluar dari dalam kamarnya.
"Mawar, makan dulu nak..." Seru ibunya sambil menyiapkan makan siang.
"Iya Bu," Sahut mawar sambil duduk di samping ibunya yang sedang mengambilkan nasi untuknya.
"Bu, Mawar cantik gak?" Tanya Mawar.
"Anak semata wayang ibu jelas lah cantik dan juga baik," jawabnya sambil mencium kening anak perawannya.
"Kenapa mas Imam gak suka aku ya Bu?"
Ibu Mawar mengernyitkan keningnya.
"Imam? Imam anaknya Bu haji Atun?"
Mawar tak menjawabnya, hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda membenarkan pertanyaan ibunya.
"Mawar, Imam itu ibarat langit dan kita bumi. Tahukan perbedaan langit dan bumi? Sangat Jauh. Tanpa ibu panjang lebar menjelaskan ibu harap kamu tau apa yang ibu maksud."
Mawar kembali menganggukan kepalanya, sesekali air mata menetes di pipinya.
"Mawar, jodoh itu udah ada yang ngatur sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Suatu saat Mawar pasti akan menemukan jodoh yang sholeh, baik dan bertanggung jawab. Bukan masalah tampan atau kaya. Yang penting dia menghargai kamu sebagai istrinya. Mawar paham?" Ibunya kembali menjelaskan.
Kembali Mawar mengangguk dan segera memeluk ibunya.
Ibunya menepuk-nepuk pundaknya agar Mawar merasa tenang.
Tok tok tok
"Assalamualaikum Mawar..."
Terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi Mawar dan Ibunya.
"Siapa tuh Mawar, coba kamu lihat?"
"Aku habis nangis Bu... Mataku bengkak, Ibu aja ya yang buka."
"Ya udah ibu aja yang buka."
Krek
"Assalamualaikum Bu," segera Aziz mencium tangan Bu Siti yang merupakan ibu Mawar.
"Walikumslamsalam nak Aziz... " Jawab Bu Siti.
"Ibu Mawarnya ada?"
"Ada, masuk nak Aziz."
"Ndak usah Bu, makasih. Ini ada ikan Nila buat Mawar. Mawar suka ikan Nila Bu, kebetulan tadi Aziz habis mancing dapat ikan Nila banyak." Terang Aziz.
Mawar tersenyum dari balik tembok, suara yang bagi Mawar sudah tak asing lagi. Ya benar! Azis teman kecilnya. Bertahun-tahun ia bersamanya.
Bayangan-bayangan masa kecilnya kembali menari nari diotaknya. Saat Mawar dibuly gara-gara berjualan kue, Aziz yang membelanya. Saat Mawar di jadikan cemoohan teman - teman perempuannya yang kata-katanya masih selalu mawar ingat sampai sekarang.
Aziz datang menolongnya saat Mawar hanya bisa menangis.
"Namanya si Mawar! cantik, satau aku tu ya mawar kan kembang desa, lah ini kembang comberan udah item, bau, dekil lagi! Hahahaha "
Kata-kata Aziz saat membelanya pun masih ia ingat dengan baik.
"Dasar kuntilanak kalian semua! Ngaca! Kalian cantik? Gak ada yang cantik! Cuma Mawar yang cantik, cantik hati dan parasnya! Gak seperti kalian semua hatinya busuk!"
Aziz datang membentak teman-teman Mawar dan segera membawa Mawar yang sedang menangis pergi dari hadapan mereka. Tak lupa juga Aziz mengancamnya yang membuat mereka ketakutan.
"Aziz pamit ya Bu, salam buat Mawar,"
Aziz segera berpamitan.
"Iya nak, makasih ya ikannya. Nanti ibu sampaikan ke Mawar."
Aziz tersenyum pamit dan hendak melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Mawar.
"Aziz tunggu!" Seru Mawar berlari dari dalam.
Tiba-tiba Mawar segera memeluk Aziz sambil menangis.
"Eh...eh...eh...." Ucap Aziz bingung.
Aziz terlihat bingung, dan sedikit malu, karena mereka berpelukan di depan ibu Mawar.
"Ehem..." Ibu mawar berdehem.
Mawar segera melepaskan pelukannya.
"Makasih Ziz, selama ini kamu selalu ada untukku. Tapi selama ini aku selalu bersikap masa bodoh sama kamu. Hiks hiks." Ucap Mawar sambil nangis sesenggukan.
"Syukurlah kamu sadar, aku sayang kamu Mawar." Sebuah kata-kata terucap dari mulut Aziz yang selama ini menyayangi Mawar dengan tulus.
Ucapan Aziz, terdengar juga oleh ibu Mawar dan segera meminta mereka untuk masuk ke dalam rumah.
Mawar tersenyum bahagia, ternyata Aziz adalah orang yang seharusnya ia cintai selama ini. Bukan Imam yang hanya merupakan bayangannya saja.
"Nak Aziz masuk dulu yuk kedalam, makan siang bareng."
Tanpa berlama-lama segera Mawar menggandeng tangan Aziz untuk masuk kedalam rumahnya untuk makan siang bersama.
Sekilas bayangan masa kecil mereka terkenang kembali, saat sepulang SD Aziz ikut makan siang bersama Mawar dan keluarganya.
Tamat