Flash
Disukai
0
Dilihat
5,954
Sebentar Lagi Natal
Religi

Lonceng berdentang-dentang. Mungkin memang disengaja. Sebab, ada segerombolan anak kecil--yang usia taman kanak-kanak--berhamburan ke arah altar. Mereka berpakaian bagus-bagus. Mungkin memang disengaja. Orangtua mana yang tega membiarkan anaknya berpakaian lusuh. Siapa pun ingin anaknya terlihat keren.

Salah seorang anak membacakan satu ayat dari kitab suci. Yang lain sepertinya menimpali. Ah, lagi-lagi, dari ayat itu lagi. Dari kitab Kejadian, yang dalam bahasa Inggris, itu disebutnya Genesis.

"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air."

Aku bingung kenapa harus ayat-ayat itu lagi. Apa hubungannya kelahirannya Yesus atau Isa dengan penciptaan langit dan Bumi?

Ah, sudahlah.

Kucoba nikmati apa yang ada di hadapan aku. Perenungan aku tadi ditahan saja untuk sementara waktu. Tak perlu harus mendapatkan jawabannya, apalagi terburu-buru untuk mendapatkan jawabannya. Nanti juga waktu yang akan menjawab perenungan aku.

Aih, lucu amat bocah-bocah ini. Andai aku yang berdiri di depan jemaat, pastilah ditertawakan. Anak-anak seperti memiliki daya magisnya tersendiri. Kesalahan mereka sering mengundang gelak tawa. Lihat saja, anak yang berdasi kupu-kupu itu. Caranya membacakan ayat itu saja agak belepotan. Salah ucap beberapa kali. Belum lagi, ia tergagap-gagap.

"Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Lonceng berdentang-dentang lagi. Entah yang ini sudah yang ke berapa kali. Untuk apa juga aku menghitungnya? Kurang pekerjaan sekali!

Kali ini pandangan netra ini teralih ke pohon cemara yang berada di dekat diorama. Indah dan tingginya. Rapi sekali panitianya menghias pohon cemara ini. Kerja keras mereka patut diapresiasi setinggi langit. Aku cukup terlena dengan kreasi mereka dalam pohon cemara ini.

Aku heran saja. Mengapa Natal sering diidentikkan dengan pohon cemara? Mengapa tidak pohon pisang saja?

Iya, seharusnya dengan pohon pisang. Aku suka buah bernama pisang itu. Buah pisang itu lezat. Sementara, setahu aku, pohon cemara tak mengeluarkan buah yang ranum. Selain itu, tetangga sebelah rumah memelihara pohon pisang. Jika sedang panen, ia senang berbagi. Ingin rasanya kuhias pohon cemara itu dengan pernak-pernik ala pohon cemara ini. Sudah menumpuk ide-ide kreatif dalam kepalaku.

Tak terasa sudah memasuki Advent ketiga. Hari Natal tinggal menghitung hari. Selanjutnya, kudengar, ada sebagian dari anak-anak ini menyanyikan lagu "Jingle Bell".

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)