Masukan nama pengguna
Kiv mengambil biji buah jeruk yang ia bawa dari Bumi dan menaburnya bersama hantaran doa-doa. Semoga tanah di planet ini bisa menumbuhkan biji-biji yang baru kusemai...
Melihat itu, Vik tentu saja tertawa geli. Harus berapa kali ia mengatakan pada adiknya itu bahwa tanah di planet mereka tak akan pernah bisa menumbuhkan benih apa pun. Apalagi jeruk dari Bumi!
Tapi Kiv tak pernah mau mendengarkannya. Kiv akan selalu membawa pulang berkeranjang-keranjang buah jeruk setiap kali mereka melakukan kunjungan ke Bumi.
"Kita tak akan pernah tahu sampai kita mencobanya," kata Kiv, entah memungut dari mana kata-kata bijak itu.
Diam-diam, Vik masuk ke kabin Kiv dan memakan habis semua jeruk yang disimpan Kiv di sana. "Biar dia berhenti melakukan pekerjaan sia-sia itu!"
Keesokan harinya, Vik dikejutkan oleh pemandangan yang nyaris tak pernah ia bayangkan sebelumnya: di kabinnya, puluhan (atau mungkin ratusan?) pohon jeruk tumbuh membentuk sebuah hutan kecil. Apa yang telah terjadi! Demi apa pun di semesta, ia harus cepat-cepat mengabarkan berita baik ini kepada Kiv!
Namun, saat ia akan beranjak, ia rasakan kedua kakinya seolah tertanam ke lantai kabin. Ia mencoba mengangkat kakinya dengan kedua tangannya, tapi jari-jarinya telah berubah menjadi daun.
Daun jeruk!
Vik menjerit. Kiv segera berlari ke sana. Namun, semuanya sudah terlambat. Kakaknya telah tumbuh menjadi sebatang pohon jeruk. Dengan daun-daun yang rimbun. Dengan buah-buah kuning terang yang begitu lebat.
"Eksperimenku berhasil!" pekik Kiv, bahagia bukan main. **