Masukan nama pengguna
Everybody knew you're a liar
Everybody knew you're a player
Everybody knew you're never
Serious….
Dia tertawa kecil bila mendengar lagu itu….
Bagiku sudah biasa mendengar tawanya yang seperti itu. Tak akan mengherankanku lagi, termasuk dengan status dan sebutan untuknya.
Playboy!
Tapi aku tak pernah menyebutnya dengan sebutan itu. Aku lebih suka menyebutnya cowok dodol! Cuma terasa manis dimulut tapi tak pernah menyegarkan tubuh.
“Bukan salahku, kan, kalau aku berganti-ganti pasangan?” katanya sambil mengangkat bahu. “Aku Cuma mencari yang terbaik untukku, sama dengan yang dilakukan oleh para wanita. Kalau akhirnya aku berganti-ganti pacar, itu hanya karena aku belum menemukan yang terbaik untukku.”
Aku tersenyum sinis. Aku memang sengaja mendengarkan dan menimpali setiap perkataan tentang statusnya. Aku sengaja memancing penyataan ini hanya untuk mengetahui bagaimana sebenarnya jalan pikiran orang-orang sepertinya, bukan hanya pada diri lelaki tapi juga wanita.
“Apasih yang kau cari?” tanyaku. “Kalau kau mencari kesempurnaan maka itu tak akan pernah kaudapatkan. Tak ada makhluk yang sempurna didunia ini.”
Dia tersenyum. “Aku juga tak tahu apa yang aku cari.” Katanya ringan.
Aku menatapnya tajam. “Jadi kau gonta-ganti pacar Cuma karena alasan tak jelasmu itu?”
Dia tertawa kecil. “jangan serius gitu dong. Aku Cuma bercanda doang.... "
Aku diam.
“Lagipula jangan tanyakan alasan mengapa aku gonta-ganti pacar. Karena apapun alasanku pasti tak akan pernah kau terima bukan?”
Dia diam sejenak. “Kalau Cuma sekedar gonta-ganti pacar, bukan aku saja. Banyak yang melakukannya. Bahkan para wanita juga melakukannya. Dizaman ini semua itu tak terasa aneh. Justru kau yang aneh karena sampai saat ini masih belum punya pacar dan terus saja menunggu cinta sejatimu.”
Aku tetap diam menatapnya.
“Cinta sejati tak datang sendiri. Cinta sejati harus dicari dan diperjuangkan sendiri.”
“Terus dicari seakan tak pernah hadir?”
“Ya!” jawabnya. ”Kita tak bisa duduk diam dan berharap Tuhan memberikan kita sebuah cinta sejati begitu saja. Kita juga harus berjuang untuk mendapatkannya. Atau kau mau menikah dengan orang yang diberikan begitu saja padamu tanpa pernah benar-benar kau kenal siapa dia?”
“Kenapa tidak?” jawabku. “Bukankah seperti itu seharusnya hukumnya? Ta’aruf, khitbah, nikah?"
Dia tersenyum dengan mimik menggoda. “Apa iya kau mau?” katanya. “Kayaknya ta’aruf itu bukan jalan yang akan kau pilih, deh.”
“Sok tahu.”
Dia tertawa. “Sudah berapa lama kita berteman? Jadi aku tahu bagaimana sifatmu itu. “Dia menghela nafas. “Lagipula yang dulu sering mengatakan kalau ta’arufpun tak menjamin seseorang mendapatkan kebahagiaan seperti yang diidam-idamkan dalam sebuah keluarga muslim, siapa? Bahwa akhirnya cinta jualah yang menyatukan dua jiwa. Cinta pada Allah yang menjadi dasarnya. Dan cinta pada pasangan yang menjadi pengikatnya. Begitukan katamu dulu?”
Aku kembali diam.
“Tapi aku setuju itu. Untuk satu kalimatmu itu jujur aku benar-benar setuju.” Katanya lagi. “Banyak ulama-ulama kita yang menikah melalui proses ta’aruf namun akhirnya harus kandas juga dengan alasan perbedaan prinsip. Banyak pula yang menceraikan istri mereka lalu menikah lagi dengan wanita yang jauh lebih muda dan cantik dengan alasan sudah tiada kecocockan lagi padahal sudah menjalani beberapa tahun dan memiliki anak. Padahal pernikahan itu bukan mencari persamaan tapi memahami perbedaan. Karena kalau mencari persamaan sampai kiamatpun ga akan bisa tersatukan karena sejatinya lelaki dan wanita itu berbeda. Yang paling mudah saja, lelaki dan wanita itu berbeda dalam hal jenis kelamin. Masa harus menikah dengan pasangan yang memiliki jenis kelamin yang sama. Sama-sama lelaki, sama-sama wanita. Ga bener itu!”
Aku tertawa kecil.
Sesungguhnya dia bukanlah lelaki yang bodoh. Dia pintar dengan gelar s1. Memiliki paras bagus dan pekerjaan mapan yang membuat wanita akan gampang tertarik padanya. Itulah sebabnya mengapa dia bisa bergonta-ganti pacar dengan mudahnya. Dia pintar memanfaatkan apa yang ada padanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Tapi itu juga karena kenaifan seorang wanita itu sendiri, katanya saat aku geleng-geleng kepala karena dia kini sudah punya pacar lagi. Entah sudah yang ke berapa....
“Karena wanita sering menipu diri dan perasaan mereka sendiri, gampang takluk tanpa menyadari keadaan dan tak bisa menyederhanakan pikiran hingga larut pada angan dan keinginan.”
Aku mendebatnya habis-habisan. Tapi dia tenang-tenang saja menjawab hingga membuatku terdiam tak bisa bicara.
“Pertama,” katanya “Wanita sering naïf pada diri dan perasaan mereka sendiri karena ingin menutupi kelemahan mereka dan bukannya mengakui dan berbenah. Saat mereka menyadari siapa dan bagaimana sebenarnya pasangan mereka, mereka masih saja berusaha bertahan dan lebih percaya pada kata-kata manis yang mereka inginkan daripada kenyataan yang mereka lihat. Kau pikir apa pacar-pacarku dulu tak tahu kalau mereka jadi yang kedua? Sebagian dari mereka tahu tapi tetap mau menjalin hubungan denganku. Karena terlanjur sayang kata mereka. Persis seperti lagunya Astrid.”
“Itu, kan karena kamunya aja yang pintar gombal dan memanfaatkan keadaan.”
Dia tersenyum. “Gak bisa menyalahkan aku terus dong. Jika benar mereka wanita yang punya harga diri seharusnya mereka tak mau. Tapi kenyataannya apa? Mereka sendiri yang mengambil keputusan untuk menjalaninya. Dan sebagian dari mereka malah bertahan dengan situasi itu.”
“Cowok dodol!”
Dia tertawa. "Dan satu lagi, sesungguhnya wanita itu tak bisa menyederhanakan pikiran dan keinginan mereka. Mereka sering mengkhayalkan sesuatu secara berlebihan.”
“Sok tahu lagi!” potongku.
“Dengar dulu dong penjelasanku....” Katanya. “Beberapa pacarku menjadi dasar penilaianku ini. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk hidup mereka.”
“Bukankah dalam hal ini sama saja dengan lelaki? Bahwa agama kita juga mengatakan bahwa lelaki baik-baik itu untuk wanita baik-baik. Dan wanita baik-baik itu untuk lelaki baik-baik juga.”
“Benar, tapi harus disadari bahwa tak semua yang baik-baik itu akan bisa kita miliki. Dan wanita akan selalu mengkhayalkan bisa mendapatkan yang terbaik dari apa yang dia khayalkan, apakah itu baik dalam hal wajah, baik dalam hal materi ataupun baik dalam hal prilaku. Tapi perlu disadari bahwa tak ada satu makhlukpun didunia ini yang sempurna. Kebanyakan dari mereka lebih memilih baik dalam hal wajah dan materi. Jika seorang lelaki itu tak punya apa-apa dan berwajah biasa-biasa saja maka ga bakalan mereka lirik dan perhatikan. Aku sering mengatakan padamu bukan bahwa dizaman ini wanita selalu mencari seseorang yang akan menyempurnakan dirinya. Lalu apa kabar buat lelaki miskin baik-baik? Apa kabar buat lelaki yang ga tampan, ga punya apa-apa, ga ada yang bisa dia banggakan alias biasa-biasa aja? Hallo….where is the true love? Wanita ga akan melirik lelaki seperti itu.! "
“Kalau itu sih wajar saja karena lelaki dan wanita sama-sama punya nafsu dan keinginan dalam dada mereka.”
“Ya. Dan wanita lebih pintar menyembunyikannya.” Katanya. “ 99 persen otak lelaki akan berpikir tentang sex dan nafsunya kala berkenalan dengan wanita cantik. Bahkan berpikir dan mengagumi saja sudah termasuk dalam katagori itu. Dan itu tak terbantahkan termasuk untuk aku dan kau. Atau kau punya kelainan hingga tak tertarik pada wanita?”
“Tapi tak semua lelaki mengumbar nafsunya begitu saja. Sebagian bisa mengendalikannya.”
Dia tertawa kecil. “Sehebat apapun lelaki itu dia pasti pernah berzina dengan nafsunya. Ingat, ea, nafsu. Bukan fisik tubuh. Satu-satunya lelaki yang tak pernah dan sangat istimewa adalah Rasulullah. Karena saat kecil dada Rasulullah pernah dibelah dan dibersihkan dari nafsu dan tak menyisakan tempat sedikitpun untuk iblis bersemayam didada. Tapi umatnya tak mengalami hal seperti itu. Umatnya harus berjuang sendiri. Dan tak semuanya bisa mengendalikannya dengan mudah, termasuk mereka yang dipanggil ustad dan kyai sekalipun karena didada mereka masih bersemayam nafsu dan iblis.”
“Tapi mereka punya ilmu. Mereka bisa menangkal semua itu dengan ilmu.”
Kali ini dia benar-benar tertawa. “Aku bukannya ingin menghina atau merendahkan mereka yang bangga akan ketinggian ilmu mereka. Tapi coba kau perhatikan contoh dari beberapa ustad yang sering masuk tv. Beberapa lagi malah menyembunyikan pernikahan mereka yang dilakukan secara siri. Jika mereka benar-benar mengamalkan ilmu mereka dan mencontoh teladan nabi maka mereka tak akan menceraikan istri mereka. Apa kau pikir kala mereka berpoligami atau menikah lagi mereka tidak menggunakan nafsu mereka walau sedikitpun? Kalau mereka tak menggunakan nafsu mereka maka mereka tak akan berpoligamy dengan memilih gadis perawan nan rupawan. Atau malah mereka tak akan berpoligamy dengan memilih wanita cantik dan melupakan janda-janda miskin. Mereka akan benar-benar mengikuti akhlak rasul yang berpoligamy dengan menikahi janda-janda perang. Mereka tak akan menceraikan istrinya dengan alasan apapun padahal mereka menikah dengan cara islami, berta’aruf. Bahkan perceraian itu sendiri sebenarnya adalah bukti ketidakbisaan mereka untuk berlaku adil pada wanita seperti rasulullah karena rasulullah sendiri tak pernah menceraikan istrinya.”
Dia mengambil nafas. “Atau kau bisa lihat si …..” dia menyebutkan nama teman kami. “Lihat dia. Lulusan pondok pesantren yang dulu alimnya bukan main tapi saat kenal dengan keindahan dunia malah menjadi penikmat dunia.”
Aku membenarkannya dalam diam. Apa yang dia katakan memang sama dengan yang ada dipikiranku dan menjadi tanda tanya untukku mengapa orang berilmu bisa menjadi orang yang menyembunyikan kemunafikannya. Termasuk temanku si…. Itu. Dia lulusan pondok pesantren terkenal ditanah jawa. Dulu, saat kembali kesini setelah selesai belajar dia terlihat alim dan pemalu terutama pada wanita. Tapi setelah bergaul dan mengikuti irama kehidupan yang sebenarnya, kini dia terlena akan keindahan yang baru pertama kali dia temukan dan akhirnya menjadi salah satu umat penikmat keindahan dunia.
“Tapi dia berubah begitukan gara-gara kau juga.”
“Aku membantah itu.” Potongnya. “Aku tak pernah mengajaknya menjadi seperti diriku. Dia seorang lelaki yang memiliki ilmu agama yang hebat jauh melebihi kita. Seharusnya dia menyadari itu dengan ilmunya. Tapi dia sendiri yang menyerahkan dirinya dan mengenyampingkan ilmu yang dia miliki dari imannya. Dia sendiri yang membiarkan dirinya terlena akan keindahan. Lagipula jika semua kesalahan yang kita perbuat kita timpakan pada orang lain maka kita bukanlah umat Rasulullah melainkan pengikut setan yang akan menyalahkan orang lain untuk kesalahan kita sendiri. Sedangkan Allah mengizinkan iblis untuk terus hidup hingga akhir jaman untuk menggoda manusia. Maka manusia itu sendirilah yang bertanggung jawab pada dirinya, bukan menyalahkan orang lain. "
Aku geleng-geleng kepala. “Kau ini sebenarnya pintar. Tapi sayang kepintaranmu itu kau gunakan untuk memperdaya wanita. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah memberikanmu hidayah agar kau tak begini selamanya.”
“Amin.” “Katanya. “Terima kasih. Semoga aku segera mendapatkan apa yang bisa membuatku lebih baik lagi.”
Obrolan terputus kala terdengar bunyi pesan w.a masuk dari hapenya. Dia membaca dan membalasnya. Tak lama kemudian terdengar bunyi telepon masuk. Dan dia menjawabnya.
Aku Cuma diam memperhatikannya. Pasti dari pacar-pacarnya. Dia memiliki 3 hape untuk 3 pacarnya yang berbeda. Juga 3 no w. a dengan nama berbeda di 3 hapenya itu.
Pembicaraannya berakhir. “Aku pergi dulu.” Katanya. “Kedua pacarku ngajak makan siang.”
“Makan siang dengan kedua-duanya sekali?”
Dia tertawa. “Ya tidak la. Gila apa. Apa kau mau mukaku habis dicakar-cakar? Aku terpaksa berbohong pada yang satunya kalau aku lagi sibuk.”
“Terpaksa? Bohong terpaksa?”
Dia nyengir.
“Trus gimana dengan pacarmu yang masih sekolah itu? Apa dia tak mengajakmu makan siang juga?”
“Ga.” Jawabnya. “Karena dia lagi sibuk les terobosan. Lagipula aku sudah bilang padanya kalau aku sibuk kerja dan dia ngerti kok. Jadi, no problems with her.”
“Dasar cowok dodol!”
Dia tersenyum dulu padaku lalu pamit.
Aku menghela nafas. Aku selalu terlibat pembicaraan seperti ini dengannya. Tentang apa saja. Karena sebenarnya dia memiliki tingkat kepintaran yang mengagumkan walau dia terkadang menyalah gunakannya. Dan aku hanya ingin menambah pengetahuan dan membuka pikiranku saja akan pendapat dan pikiran dari orang-orang sepertinya agar bisa berguna dan menjadi hikmah untukku sebagai manusia yang memiliki akal. Karena kita tak mungkin menutup mata dan telinga kita akan kenyataan yang terus berkembang didunia ini. Tinggal kita sendiri yang harus bisa memilah dan memilih yang terbaik sambil terus membentengi diri dengan iman dan terus mencari hikmah sekecil apapun itu. Bahkan pada diri iblis sekalipun!
Karena Allah tak mungkin menciptakan iblis hanya sekedar menjadi penggoda umat manusia tanpa ada hikmahnya, bukan?