Flash
Disukai
2
Dilihat
8,595
Pembuktian Berakhir Jebakan
Thriller

"Kenapa kamu malah membanggakan sukumu?"

Begitu halus suaranya mengalir ke telinga sang sasaran. Terlihat bergidik sang sasaran dengan kondisinya dalam keadaan dibelenggu dan leher terlingkari jemari wanita yang tidak dikenalnya.

Samar senyum tersungging, wanita pembelenggu merasakan tawa yang menggelegak di dalam dada. "Ternyata kamu belum mengenaliku ya?" Secepat detik dan mengejutkan sang sasaran, ia memutar posisinya yang berada di belakang seraya memutar jemari yang masih bersarang di leher sang sasaran, menjadikan sang sasaran kini berhadapan dengannya.

"Siapa Lo?! Mau apa Lo?!" sang sasaran bertanya ketakutan.

"Ya, mungkin lu gak ingat siapa gua. Gua bahkan dah lupain lu. Tapi ternyata apa yang lu lakuin ke gua dulu ngefek besar ke gua!" Satu tangan lain yang memegang pistol semakin ia tekan ke pipi sang sasaran. "Dulu gua diem, sekarang gua minta pertanggungjawaban elu, Lidya..."

Sang sasaran bernama Lidya membulatkan mata oleh namanya diketahui dan disebut, semakin heran baginya siapa wanita mengerikan ini. "Lo siapa? Gua ada salah apa sama elo?!"

"Salah Lo adalah berulang kali Lo panggilkan ibu Lo buat menasihati gua di depan umum--terkesan mengadili. Hanya perkara sepele, perbuatan Lo dan ibu Lo pun bukan sekali dua kali, sampai lima tahun gua ketakutan dengan Lo!" Naik turun napas sang wanita berpistol, berjarak beberapa detik kemudian tertawa miris. "Padahal bapak gua selalu memilih Lo buat sebangku dengan gua, hanya karena alasan bodohnya yaitu SESUKU! Tapi lu gak ngaku kalau lu orang Padan! Malah jadi barisan bahkan pencetus terdepan buat ngata-ngatain gua 'padan pelit-padan pelit'! Itu gak lucu woy! Lu ngapain ikut ngatain gua juga! Kita sama!"

Puncak kepala wanita bernama Lidya menjadi sasaran kepala tangan sang wanita berpistol. Lidya terduduk mengaduh. Wanita berpistol turut cepat menjongkok dan menjambak rambut Lidya, dan pistol kembali ditekan ke pipi Lidya.

"Gua gak peduli Lo masih ingat gua apa nggak!" Sebuah tamparan bertubi-tubi dilayangkannya ke wajah Lidya, berakhir dengan menumbuk puncak kepala Lidya dengan pistol sampai pingsan.

Wanita berpistol lantas menghubungi seseorang di seberang kabel di belakang telinganya yang terhubung dengan ponselnya. "Aku tidak jadi membunuhnya, tapi izinkan aku membawanya ke markas untuk kujadikan 'mainan' dan akan kubuktikan ke kalian kalau aku bersungguh-sungguh ingin menjadi bagian dari kalian!"

"Diaz, kau terlalu bersemangat. Baiklah, tak lama 'pasukan' akan datang membawanya!" ujar suara di seberang. Sambungan dimatikan seketika.

Diaz, gadis yang baru saja berhasil menemukan salah satu pelaku yang membuatnya trauma tercenung. Memandang Lidya yang tidak sadarkan diri dengan benak yang memutar pada dirinya yang menemukan akun media sosial Lidya yang bangga dengan suku sendiri namun masa kecil turut menindas Diaz karena anak-anak lain mengolok-olok Diaz yang lahir dari suku yang dianggap buruk. Oleh takut kena olok-olok, Lidya lantas turut mengolok-olok hingga menindas meski sebangku.

Akan tetapi debaran di dada tidak bisa dipungkiri, meski trauma dituai namun hati kecil tetap memberontak untuk meneruskan pembalasan. Persetan dengan dirinya, dicarinya nomor polisi di situs pencari. Diaz mulai berterus terang tentang dirinya yang 'melamar' menjadi anggota dari dunia gelap pembunuhan terorganisir. Ia mengurungkan niat untuk menjadi anggota dengan membuat jebakan.

Harapnya, semoga Tuhan mengampuninya dengan melaporkan organisasi gelap yang hampir diikutinya.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)