Masukan nama pengguna
Pikiranku benar-benar tidak tenang. Aku merasa seolah-olah akan memakan jajanan ini namun dalam benak berupa apa yang tersirat dijadikan lelucon oleh si penjual jajanan ini tadi. Duduk di bangku halte bis, lebih mengerikan lagi karena aku seperti melihat bagian tubuh yang dimutilasi akan kumakan. Tidak tahan, kaki ini melesat kembali ke si penjual. Jajanan yang seharusnya kunikmati untuk mengganjal laparku kulemparkan padanya.
"Apa-apaan ini?!" Si penjual kaget.
"LU YANG APA-APAAN!" aku menunjuk-nunjuknya dengan sangat geram.
Persetan menjadi tontonan, aku kepalang meradang. Dengan murka yang kian menggelegak, gerobak dagangannya kutendang. Sempat aku akan dihampiri si penjual untuknya menghentikanku, tapi lebih cepat kumenendang lagi bahkan kedua tanganku turut andil membuat gerobak itu terbalik.
Tiap pasang mata yang menyaksikan sesegera ingin menghentikanku. Tetapi tali yang mengikat rokku kutarik dan dengan sigap kucekik si penjual.
Satu titik menjadi ramai. Aku dikerumuni warga. Aku merasa ingin sekali saja mematikan perasaanku demi membalas. Begitu kuat kumencekiknya, dan begitu kuat juga kuamuki siapa pun yang ingin menghentikanku.
Akan tetapi sebuah tangan akhirnya mampu menarikku.
"Kenapa ini?" pemuda yang menarik tanganku bertanya.
"Dia dah kurang ajar! Saya gak bisa diam!" jawabku tanpa melihat wajahnya.
"Apaan salah gua, anjrit!" Maki si penjual sambil terbatuk-batuk mengelus lehernya.
"Eh! Lu emang salah! Maksudnya apaan tadi nanya saya suka bulet dan panjang? Lu mau ngajak mikir mesum? Hah?!"
Terdiam seketika para warga, beberapa mengarahkan pandang penuh tanya pada si penjual.
"Coba jelasin maksudnya!" pinta salah seorang.
"Saya tadi mau beli batagor! Nah saya liat ada bentuk bulat dan panjang. Karena saya lagi lapar, jadi yang kesebut ya bulet dan panjang! Saya pilih dua jenis ini karena ada potongan daun bawang karena saya suka daun bawang! Tapi si Abang ngomong 'oh teteh suka panjang dan bulet ya?', dua kali! Karena dah saya perjelas karena saya liat ada daun bawang di dua jenis ini! Menurut kalian maksud si Abang ini apa? Hah?!"
Tidak sengaja mataku bertaut pada pemuda yang tadi menarik tanganku. Dia terlihat terpana. Aku lekas mengalihkan pandangan, menahan diri atas rasa terkejut bisa bertemu dengannya.
"Wah, bang! Salah lu juga berarti!" Ujar seorang lain.
"Ya tapi gimana ini dagangan gua?!" Si penjual tidak terima.
"Lu mau gua bertindak lebih lagi?!" Aku mengancam.
"Dah dah dah!" Si pemuda melerai. "Trus jadinya gimana?" tanyanya padaku dan si penjual.
"Saya mau orang ini minta maaf!" jawabku, padahal si penjual terlihat juga ingin menuntutku.
Si penjual mendecis. Merasa terpojok oleh banyak mata yang lebih menunggu jawabannya. "Yaudah! Gua minta maaf!"
"Lu salah orang kalau mau ajak bercanda mesum kayak gitu ke gua!"
Si penjual tidak peduli, ia menegakkan gerobaknya dibantu beberapa warga. Tidak ada yang memarahiku meski banyak warga yang membantu si penjual. Aku pun membalikkan badan akan pulang, tapi si pemuda memanggil setelah beberapa langkahku.
"Maaf, kita pernah ketemu ya?"
Aku menghadapkan tubuhku padanya, tapi dikiranya aku tersinggung karena disangkanya aku menganggapnya sedang menggoda.
"Maaf..."
"Kamu lupa ya? Kita kan satu SD. Mukamu gak berubah ya, Pasha!"
Wajah itu terkejut, aku menyebut namanya. Namun oleh sisa geram yang belum pulih, aku menundukkan kepala pamit darinya.