Flash
Disukai
1
Dilihat
2,212
Koper Merah
Thriller

"KITA pindah ke sana saja," ujar Luig kepada laki-laki itu.

"Kenapa?" tanya kekasihnya dengan kening berkerut.

"Ada koper warna merah. Kau kan tahu aku trauma koper warna merah."

Laki-laki yang sudah hampir sebulan belakangan menjalin hubungan serius dengan Luig itu memandang ke sekitar ruang tunggu bandara. Benar saja, di sebelah sana, tak jauh dari tempat mereka duduk, ada seorang penumpang yang membawa koper berwarna merah.

Ia pun mengikuti Luig pindah ke tempat duduk yang cukup jauh dari penumpang yang membawa koper berwarna merah itu.

"Setiap kali melihat koper berwarna merah, aku selalu ingat kejadian malam itu," kata Luig kepada kekasihnya begitu mereka duduk di area ruang tunggu di depan gate yang berbeda.

"Ya, aku tahu," balas laki-laki itu.

Memang, Luig sudah beberapa kali menceritakan kejadian itu kepadanya. Tentang koper merah yang dihantamkan oleh mantan suaminya ke kepala Luig.

"Tak hanya satu kali. Berkali-kali ia menghantam kepalaku dengan koper itu. Hingga aku tak sadarkan diri," kata Luig bercerita. "Mungkin saat aku pingsan pun, laki-laki brengsek itu masih menghantam kepalaku dengan koper. Saat aku bangun, aku merasa pengar sekali."

"Ya, tak usah diingat-ingat lagi. Semoga, di mana pun laki-laki brengsek itu kini berada, ia mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan jahat yang ia lakukan kepadamu," ujar kekasihnya menenangkan Luig.

"Aku tak pernah menyangka ia bisa sekejam itu. Dulu, ia laki-laki yang sangat baik. Manis sekali. Penuh kasih sayang."

"Syukurlah akhirnya kamu tahu sifat dia yang sebenarnya."

"Ya, mungkin dulu aku cinta buta kepadanya. Hanya kenal sebentar, aku mau saja diajak menikah."

"A lesson learned," kata kekasihnya sambil mengusap bahu Luig.

"Makanya aku menceritakan semuanya dari awal kepadamu. Ketakutan-ketakutanku, trauma yang kualami, juga impian-impianku. Biar kita betul-betul saling mengenal sebelum memutuskan untuk menikah."

"Ya, sebaiknya memang begitu. Dari awal, aku juga tak ingin ada sesuatu yang disembunyikan di antara kita. Kejujuran adalah kunci sebuah hubungan," kata kekasihnya.

Luig tersenyum. Ia bersyukur sekali bertemu dengan laki-laki itu. Meski, tentu saja, ada rasa bersalah di dalam hatinya karena hanya menceritakan satu bagian kejadian kepada kekasihnya itu. Ya, kekasihnya tidak tahu, bahwa ketika ia siuman di malam itu, Luig yang dikuasai amarah mengambil pisau di dapur dan membunuh mantan suaminya itu. Ia kemudian memasukkan jasad laki-laki brengsek itu ke dalam koper berwarna merah.

Luig membuang koper itu ke gorong-gorong di sebuah kawasan proyek mangkrak yang dijejali semak-semak, tak jauh dari apartemen mereka.

Sepertinya hingga hari ini masih belum ada yang menemukan koper merah itu. Pun sepertinya tidak ada yang mencari tahu keberadaan mantan suaminya.

Apakah keluarganya juga sudah muak dengan laki-laki brengsek itu? batin Luig sambil memeluk kekasihnya.

Pesawat yang akan membawa mereka ke benua jauh itu sepertinya masih belum siap untuk diberangkatkan.***

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)