Masukan nama pengguna
"SEBAIKNYA kau memikirkan lagi rencananya itu, Bur," kata orang-orang kepada laki-laki itu. "Bagaimanapun, itu kawasan hutan keramat. Sudah dari dulu orang-orang kampung kita memantangkan diri berburu ke sana."
Namun, Bur tak goyah. Ia justru semakin berapi-api. "Menurut kalian, apa lagi yang keramat dari kawasan hutan itu? Perkebunan kelapa sawit entah milik siapa sudah menjalar dari segala arah, mengepung hutan itu. Oh, tidak hanya mengepung, perkebunan kelapa sawit sudah meluas ke kawasan hutan yang kita keramatkan itu!"
"Ah, kau mulai lagi mempersoalkan perkebunan kelapa sawit itu. Kau kan tahu, Bur, itu proyek dari pusat. Perizinannya jelas. Batas-batasnya jelas. Mereka membawa orang-orang kita ke sana untuk memastikan batas antara perkebunan dengan hutan keramat," sanggah mereka.
"Apakah kalian yakin mereka memang hanya membuka perkebunan hingga batas yang telah ditetapkan itu? Siapa yang dapat menjamin bahwa mereka tidak merusak kawasan hutan yang kita anggap keramat itu?"
"Kau tanyakan saja kepada kepala desa dan pemangku adat. Mereka yang menandatangani perjanjian dengan pihak perkebunan sawit."
"Ah, berurusan dengan mereka hanya buang-buang waktuku saja!"
DAN di sinilah ia kini, di kawasan hutan yang memang sejak lama dikeramatkan oleh orang-orang kampung. Sejak dulu, orang-orang percaya, kawasan hutan ini tidak hanya dihuni rusa, kijang, kancil, beruang, dan harimau, tetapi juga oleh makhluk jadi-jadian. Namun, lihatlah, kawasan perkebunan telah masuk begitu jauh ke dalam kawasan hutan keramat mereka. Pohon sawit di mana-mana. Ah, apakah para penduduk kampung sudah buta? batinnya.
"Hanya menunggu hari hutan keramat ini akan habis dibabat oleh orang-orang rakus itu!" rutuk Bur sambil terus berjalan menyusuri hutan.
Namun, tiba-tiba saja dari arah depan, ia melihat seekor kijang muncul di sela-sela belukar. Bur langsung mengokang senapannya. "Ini rezekiku," bisiknya sambil membidikkan ujung senapan.
Kijang itu tampak begitu tenang, seolah tak tahu bahwa mara bahaya tengah mengintainya.
But menarik pelatuk. Peluru melesat dan tepat bersarang di kepala kijang.
"Mampus kau!" kata suara itu ketika Bur merasakan darah mengucur deras dari bagian belakang kepalanya.
"Ini hutan keramat. Selamanya akan menjadi hutan keramat!" seru suara itu makin mendekat.
Dua orang petugas itu menyeret jasad Bur dan melemparkannya ke dalam lubang. ***