Flash
Disukai
0
Dilihat
10,318
Dongeng Paling Gila
Romantis

Tanpa sengaja pembaharuan Story si perempuan muncul di layar ponsel. Mungkin saking seringnya memantau Story Instagram beberapa akun, akun dari perempuan yang aku lihat, terlihat di layar pula. Ia memasang foto suami yang dua minggu lalu ia nikahi. Melihat itu, hatiku kembali terdengar suara retak. Mulai hendak patah.

Bulir-bulir air mata mengalir lagi dari pelupuk mata. Dadaku terasa sesak. Sakit yang sangat. Sulit aku deskripsikan dengan kata-kata. Yang lebih sakitnya lagi, dongeng-dongeng ini. Entah siapa yang menciptakan dongeng-dongeng keparat ini. Kesal aku, yang harus dipaksa mengikuti kemauan orang-orang yang aku rasa, mereka sesat.

Di suatu hari, aku lupa tanggal persisnya, yang jelas setelah tanggal 1, ada salah seorang teman kakakku tiba-tiba mendatangi kakakku dan mengatakan sesuatu.

"Kata teman kakak, sebetulnya yang nikah itu kamu sama dia, Dek. Suaminya yang sekarang, cuma pura-pura. Cuma sandiwara jadi kamu, yang sampai akhirnya kamu dan dia benar-benar bersatu." ujar kakakku kepada aku yang asyik menonton animasi.

Tertegun aku. Ingin rasanya aku melonjak kegirangan. Namun, itu urung aku lakukan. Aku masih waras. Logika masih berada di dalam otak aku. Apalagi sudah kusimak sendiri video pernikahan tersebut. Saat itu, hatiku benar-benar terbelah dua. Retak seretak-retaknya. Hingga satu hari H menjelang pernikahan ia dan laki-laki tersebut, aku masih memendam rasa. Masih ada perasaan aku untuk dia, walau hanya sejumput.

Itulah kenapa aku bilang betapa senang hatiku jika benar itu tentang aku. Jika sebetulnya pernikahan itu dimaksudkan untuk aku, giranglah aku. Namun, aku tahu itu terlalu mustahil. Ia sudah menikah, Kawan!

Perempuan yang pernah kutaksir, yang pernah kudekati secara intens (sampai aku mengkhayal-khayal jika betul berpacaran), yang selalu aku lihat diam-diam akun Instagram-nya, kini orang itu sudah menikah.

Karena setiap gosip murahan itulah, terpaksa aku siksa diriku sendiri. Aku seorang masokis, iya itu benar. Namun, itu pun memiliki alasannya. Siapa pun yang berada dalam posisi aku, pasti tahu betapa pedihnya. Di saat aku memiliki tekad untuk mengikis rasa, ada segelintir orang yang dengan tega melemparkan isu tersebut.

Mereka bilang, laki-laki yang ia nikahi sebetulnya aku. Sebab ada intrik-intrik nan mencekam, posisiku untuk sementara digantikan oleh atlet berprestasi tersebut. Dongeng gila macam apa itu?

Woy, ini hati, loh!

Sampaikan kepada aku, apakah bisa pernikahan itu diwakilkan?

Mendiang mama pernah berkata pernikahan itu sakral. Saking sakralnya, dongeng itu kuanggap sesat. Tak ada istilah pernikahan sandiwara. Perempuan itu jelas tidak menikah dengan aku. Suaminya yang sekarang itu lebih tampan dan tinggi dari aku. Atlet berprestasi pula.

Aku menggigit bibir bawahku. Kutundukkan kepala dan mengucapkan doa.

"Ya, Tuhan, apa yang sebenarnya sedang terjadi? Dosaku apa hingga harus dipaksa menelan mentah-mentah dongeng gila nan sesat nan konyol ini?"

Hei, Perempuan, aku ikhlas melepaskan kamu. Suamimu, yah, laki-laki tinggi itu, bukan aku.

* Flash fiction menjadi bagian dalam novel aku yang terbit di Fizzo, "Me Déjàvu"

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)