Flash
Disukai
0
Dilihat
7,796
SAWERAN
Komedi

Irama music bertalut-talutan, para penari baju merah semakin bersemangat. Sang biduan sudah mengeluarkan lagu pamungkas. Panggung semakin digoyang.

Nona MC mulai meluncurkan mantra-mantra penariknya. Semua tamu terpancing ikut bergoyang. Tiang tenda pun ikut begoyang.

Sang tamu kehormatan pun tak mampu menahan diri. Apalagi si biduan dan Nona MC makin melancarkan mantra-mantranya.

Seperti besi dan magnet si tuan besar yang dipanggil Dato itu, melompat ke panggung. Semua bersorak.

"Uang merah, uang merah ...." lirik lagu si biduan, yang semakin ramai karena dibantu si Nona MC.

Sepertinya si Dato sudah terbiasa mendengar lagu itu dan sudah tahu maksud dari si biduan.

Dato memberi kode ke sang asisten yang sedang mengapit sebuah tas mini di bawah keteknya.

Kode Dato disambut sang asisten. Segepok uang merah keluar dari tas mini itu.

Batu mata si biduan dan nona MC seperti mau keluar, melihat uang merah. Tak mau kalah para penari di belakang, maju selangkah demi selangkah, hingga merapat di samping Dato.

"Uang merah ... uang merah ... uang merah dari si Dato." suara si biduan, nona MC dan para penari saling timpal-menimpal.

Dato berhasil dibuat melayang oleh puji-pujian itu. Jari-jari kanannya mulai menarik lembaran uang merah yang tersusun rapi di tangan kirinya.

Panggung semakin digoyang. Persaingan mulai terlihat. Saling dorong pun tak terhindarkan antara si biduan, si nona MC, dan para penari. Semua ingin menjadi yang terdepan.

Si Dato mengibaskan uang meranya di atas kepala. Seperti pemain bola, mata para perempuan panggung itu pun ikut ke atas, menunggu kemana bola akan mendarat. Ah, satu lembar uang itu tidak berhasil mendarat ke tangan siapa pun.

Si Dato mengurungkan niat. Membuat para perempuan panggung itu gigit jari.

Segepok uang merah itu masuk ke dalam saku jas mewah di Dato.

Seketika suara si biduan melemah. Para penari kembali ke tempatnya dengan goyangan yang loyo. Si nona MC meratapi kegagalannya.

Seseorang berbisik ke Dato, tak lama kemudian si Dato menarik gepokan uang merah itu dari sakunya.

Semuanya kembali ramai. Lembar demi lembar uang merah Dato raib dari tangannya. Satu, dua lembar Dato menyawer si biduan. Si nona MC pun tak ketinggalan mendapatkan satu lembar. Para penari memepet Dato, Dato kewalahan.

Bagaikan gula yang dikerumuni semut, Dato tidak terlihat lagi. Aku menoleh ke sekelilingku, tinggal aku dan beberapa orang saja yang tetap stay di tempat, di bawah tenda, dari sekian ratus orang.

Kami tercengang melihat pemandangan di depan kami. Aku tak biasa melihat yang seperti itu?

Tak lama kemudian si Dato keluar dari kerumunan itu dibopong oleh ke empat asistennya.

Kondisi Dato sungguh memprihatinkan. Acara peresmian kantor besar milik Dato dari negeri jiran itu, menjelma seketika menjadi pesta rakyat.

Saling tindih-menindih, jeritan emak-emak, anak-anak, yang berebutan uang Dato yang jatuh di lantai mewarnai hari peresmian itu.

Mereka yang datang ke acara itu, bukanlah gembel, terlihat dari penampilan mereka yang super bergaya.

Mereka itu calon-calon rekan bisnis Dato.

Semoga saja, Dato tidak salah memilih tempat untuk mengembangkan usahanya.

Banyak sudah bisnis MLM bernasib malang di negeri ini.

Semoga Dato beruntung!

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)