Flash
Disukai
10
Dilihat
19,149
Lail
Drama

Lail menatap kosong ke arah sebuah rumah, yang kini kosong dan nyaris roboh, bahkan sekelilingnya sudah ditumbuhi tumbuhan rambat, dan bahkan di belakang rumah tersebut kini sudah di tumbuhi pohon-pohon yang cukup rindang, dan membuat kesan tidak berpenghuni dan juga angker semakin terasa.

Sejak dari 25 menit yang lalu, dan sudah lebih dari 15 tahun, Lail melakukan hal yang sama, setiap tanggal 16 September, setiap tahun.

Lail seakan menunggu seseorang keluar dari dalam rumah tersebut, bahkan hingga tengah malam, dan kemudian pulang dengan wajah sedih dan mata berkaca-kaca, dan terkadang bahkan memastikan lagi beberapa menit, kalau memang benar tidak ada yang keluar dari dalam rumah tersebut.

Terkadang Dilsa, merasa kasihan dengan saudara angkatnya tersebut, soalnya Lail benar-benar terjebak dalam memori masa lalu yang menyakitkan, lebih tepatnya rasa bersalah, yang selama ini menyiksanya terus menerus setiap malam tiba.

"Aku hanya ingin bertemu sebentar saja." Lail mencoba meyakinkan penghuni rumah.

Sementara Dilsa, raut wajahnya terlihat cemas dan mulai ketakutan, sembari sesekali menepuk nyamuk yang menggigitnya.

"Lail, pulang yuk, sampai kapan kamu akan seperti ini? Tidak siapa-siapa, ayolah Lail kita pulang yuk..." Ajak Dilsa sembari menyalakan lampu senter ponselnya, dan menarik tangan Lail.

"Tunggu sebentar lagi, aku mohon..." Sembari Lail mengatupkan kedua tangannya, memohon agar Dilsa bersabar menunggu sebentar.

Dilsa menghela nafas panjang, sembari memandang wajah saudara angkatnya tersebut, yang samar-samar terlihat oleh cahaya lampu ponsel yang menyenter wajahnya.

15 tahun yang lalu, sebuah kejadian memilukan terjadi di rumah yang saat ini, ada di hadapan Lail.

Rumah yang merenggut kebahagiaannya secara tiba-tiba, kakaknya yang bernama Bhumi, memintanya untuk kabur, karena rumah mereka saat itu, di masuki perampok, yang menggunakan senjata api.

Saat itu, Lail berusia 5 tahun, dan masih belum benar-benar paham dengan apa yang terjadi.

Kakaknya meminta Lail untuk pergi, ke rumah tetangga terdekat, dan mengatakan nanti kakaknya akan menyusul.

Lail sebenarnya takut, karena jarak rumah mereka dengan tetangga yang lain, lumayan jauh, sementara kedua orangtua mereka sudah lama meninggal, tapi karena hal tersebut adalah perintah kakaknya, Lail tidak bisa menolak, karena bagi Lail kakaknya adalah segalanya.

Tapi malang tak dapat di tolak, Lail justru harus menghabiskan beberapa bulan di rumah sakit, karena di tabrak mobil yang kaget, karena Lail tiba-tiba saja menyebrang jalan.

Sementara kakaknya tewas di tangan perampok, dan karena kecelakaan tersebut, ingatan Lail akan masa lalunya, yang tersisa hanya saat kejadian naas tersebut, saat kakaknya memintanya untuk pergi, dan mengatakan nanti kakaknya akan menyusulnya, dan itulah mengapa setiap tahun pada tanggal kejadian Lail diminta untuk pergi, tepatnya 16 September, Lail selalu menunggu kakaknya keluar dari rumah tersebut.

Rasa bersalah, benar-benar sudah menghantunya, bahkan Lail menganggap, kematian kakaknya, karena salahnya, karena dia tidak bergegas meminta bantuan.

Meskipun berulang kali kedua orangtuanya Dilsa, yang setelah kematian kakak Lail, akhirnya memilih untuk merawat Lail hingga dewasa, mengatakan, semua yang terjadi sudah tertulis, semua sudah di takdir kan, bagaimanapun manusia menghindar, jika Tuhan berkehendak, maka semua akan terjadi.

Tapi bagi Lail, semua adalah kesalahannya, kalau saja, dia lebih berhati-hati, mungkin dia tidak akan berakhir di rumah sakit, dan mungkin kakaknya sekarang masih disisinya.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)