Masukan nama pengguna
"Apa ini?" Tanya Fazza pada Nindi.
"Bubur sumsum," jawab Nindi sembari tersenyum seraya menunjuk mulut Fazza.
"Gigi ku masih kuat untuk makanan yang keras Nin."
"Sudah jangan banyak protes, di makan saja, aku pulang ya, besok aku kesini lagi, mau di bawakan apa, masa pemulihan itu harus banyak makanan yang sehat dan bergizi, dan harus di sesuaikan dengan kondisi gigi tentunya, "ujar Nindi sembari tertawa.
"Dasar, masih sama saja seperti dulu, tukang lawak," ujar Fazza, pada sebenarnya ketika melihat Nindi datang, tak kuasa menahan bahagia sekaligus sedihnya, tapi sebenarnya lebih banyak bahagianya.
Jika ditanya soal rindu, Fazza rindu berat dengan Nindi, ya meskipun sekarang sudah sedikit terobati, tapi sedihnya itu yang masih sulit untuk Fazza hilangkan.
Saat memandang wajah Nindi, ingin rasanya Fazza memeluk erat wanita bertubuh mungil tersebut, tapi, sudahlah semua akan menjadi salah jika dia melakukannya.
Sementara Nindi, setelah berusaha menahan diri untuk tidak menangis, akhirnya tangisnya tumpah ruah, dia terisak-isak sejadi-jadinya di dalam mobilnya bersamaan dengan guyuran air hujan, yang seakan tahu, seperti apa isi hati Nindi saat ini.
Sulit untuk bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu, apalagi harus menyembunyikan perasaan, baik itu Fazza maupun Nindi.
Dulu, 30 tahun yang lalu, bunga cinta diantara keduanya pernah mekar, tapi sayang nya, angin topan menyapu semuanya, sehingga bunga itu gugur berhamburan ke bumi.
Selama 30 tahun merawat perasaan, sekaligus mencoba untuk melupakan, tetap bagi keduanya tak bisa.
Buktinya Nindi bahkan tidak kunjung menikah, dan sekarang usianya sudah memasuki kepala lima.
Sementara Fazza, dia memang menikah, tapi dengan wanita pilihan kedua orang tuanya, dan memang bertahan lama, tapi itu hanya karena kasihan, bukan cinta, kata pepatah, cinta karena biasa, tapi bagi Fazza, itu sulit ia lakukan, mungkin karena hatinya sudah ada Nindi.
Fazza tau itu salah, dia sudah menyakiti hati wanita yang sudah hampir 30 tahun hidup bersama dengannya, wanita cantik, yang menjaga dan terus merawat cinta, meskipun hanya bertepuk sebelah tangan.
Jodoh itu rumit menurut Fazza, seperti yang terjadi antara dirinya dan Nindi, takdir seakan mempermainkan keduanya, karena membuat keduanya, bertemu, bersama, lalu berpisah.
Fazza tahu, dia tidak akan bisa memiliki Nindi, dan Nindi pun begitu adanya, jadi dengan cara menjadi teman adalah cara yang terbaik.
Nindi bersahabat dengan istri Fazza, bahkan bisa dikatakan lebih dari sahabat, sudah seperti saudara, dan tak mungkin bagi Nindi untuk mengkhianati saudaranya sendiri.
Seperti saat ini, istri Fazza sedang keluar kota, menemani anak bungsu mereka yang akan masuk perguruan tinggi.
Kepercayaan yang diberikan oleh istri Fazza untuk memperhatikan makanan Fazza selama sang isteri pergi, membuat Nindi, serba salah.
Istri Fazza tau antara suaminya dan Nindi adalah mantan pacar, tapi itu 30 tahun yang lalu, dan menurutnya, tentu sudah lama pudar.
Tapi anggapan istri Fazza salah, justru cinta itu masih ada dan kuat, tapi sayangnya ada jurang pemisah antara keduanya.
Sebenarnya Nindi tak menyangka kalau akan bertemu kembali dengan Fazza dengan cara seperti sekarang ini.
Nindi justru berharap tidak pernah lagi bertemu Fazza, sampai kapanpun, karena dengan begitu, kenangan akan Fazza akan hilang secara perlahan-lahan dalam hati dan pikirannya.
Tapi takdir berkata lain, Nindi bertemu Fazza, justru karena berteman dengan istri Fazza sendiri, wanita yang sudah membuat mimpinya hancur berantakan.
Terbersit dalam pikiran Nindi, ingin merebut kembali Fazza, tapi dia sadar, dia bukan remaja lagi, usianya sudah 50 tahun, alangkah lucunya, jika dia melakukan itu, sudahlah, begitu menurut Nindi, takdir sudah berkata begitu, apa mau dikata lagi, bertemu, bersama, belum tentu jodoh, dan seperti takdir cintanya dan Fazza, bertemu, bersama lalu berpisah.