Cerpen
Disukai
1
Dilihat
3,949
Journey
Slice of Life

Di sebuah acara kelulusan sekolah menengah atas semua siswa dan siswi merayakan kelulusannya dengan mengadakan acara pentas seni di sekolah.

Semua siswa menyumbangkan bakatnya masing-masing. Ada yang menari, menyanyi, main musik, sulap dan stand up komedi.

Namaku Dara Dhawiyah yang artinya mutiara yang cemerlang dan bercahaya. Aku biasa dipanggil dara di sekolah. Aku mempunyai empat teman, biasanya kita berlima dipanggil fiveD. Semua nama temanku adalah Dita, Duma, Desi dan Dora.

Kami berlima menyumbangkan modern dance di acara pentas seni kelulusan sekolah. Kami sangat antusias dan bersemangat sekali karena acara ini momen terakhir kita bersama di sekolah SMA.

Kami sudah berlatih jauh-jauh hari di rumahnya Desi, karena rumah Desi yang paling besar sendiri. Rumah Desi mempunyai halaman dan kebun belakang rumah yang muat menampung kita berlima buat berlatih dance.

Acara di mulai dengan dance dari kelompok kita. Aku sangat grogi karena dapat kesempatan pertama buat tampil. Tapi kita berlima sudah berlatih dengan baik dan kompak pasti berhasil.

"Teman-teman sekalian yang akan tampil sekarang. Kita sambut fiveD dari kelas 12 IPA beri tepuk tangan yang meriah," pembawa acara berbicara dengan penuh semangat dan bertepuk tangan.

Kita berlima naik ke atas panggung dengan di ikuti suara tepuk tangan dan jeritan anak-anak di bawah panggung. Kita tampil dengan percaya diri dan kompak.

Setelah selesai acara pentas seni, kita berkumpul dulu di rumahnya Desi. Kita tidak pulang terlebih dahulu. Rumah Desi adalah basecamp kita yang paling nyaman dan aman, aman karena muat buat kita berlima karena rumahnya besar.

Mamanya Desi sangat senang kalau kita berempat main ke rumahnya Desi. Karena lebih baik temannya Desi main ke rumah dari pada anaknya yang harus main ke luar.

Kita banyak bicara tentang rencana kita ke depan setelah lulus SMA. Ada yang mau lanjut kuliah, ada yang langsung bekerja dan ada juga yang masih bingung menentukan.

"Bagaimana kalau sebelum kita melakukan aktifitas kuliah atau kerja. Liburan ini kita rencanakan liburan berlima," kata Duma memulai obrolan dengan penuh antusias.

Desi dengan semangat menjawab. "Bagaimana kalau kita melakukan perjalanan berlima seperti liburan ke pantai atau ke hutan gitu. Mumpung kita masih bisa bertemu, setelah ini kita kan sibuk dengan rencana masa depan kita masing-masing."

Ada yang menjawab ke pantai, ada yang naik ke hutan, ada yang keluar kota tamasya dan ada juga yang cuma minta berkumpul buat makan-makan saja.

Akhirnya setelah perdebatan lama dan susah akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan liburan ke pantai saja. Pantai yang dekat-dekat saja karena bisa minim budget dan juga tidak usah menginap langsung pulang. Karena kita masih butuh banyak dana setelah lulus SMA buat ngurus kuliah atau buat mencari pekerjaan.



*****


Jadwal liburan sudah dekat mereka berlima mempersiapkan bekal apa saja yang di bawa, di rumah masing-masing. Mereka janjian di rumah Desi. Mereka berlima berangkat liburan naik mobil ayahnya Desi, diantar juga oleh supirnya Desi.

Meskipun semua fasilitas berangkat liburan dari Desi, tapi mereka tidak mau gratis. Mereka berlima patungan buat beli bensin.

Akhirnya mereka berangkat juga liburan ke pantai. Sampai di pantai mereka tertawa ria, bercanda dan berfoto bersama. Mereka mengabadikan momen -momen kebersamaan sebelum melanjutkan hidupnya masing-masing.

Waktu menunjukkan matahari sudah mau tenggelam jadi mereka berlima bersiap pulang. Mereka pulang langsung diantar ke depan rumah masing-masing karena sudah merasa capek semua.

Liburan bersama mereka berlima sangat menyenangkan dan berkesan. Liburan itu adalah momen terakhir kebersamaan mereka, setelah itu mereka melakukan kegiatan mereka masing-masing.



*****

Lima Tahun Kemudian


Setelah beberapa tahun berpisah dengan menjalani kehidupan sendiri-sendiri. Mereka mengadakan reuni untuk ketemuan berlima karena mereka sudah lama tidak pernah bertemu.

Mereka bertemu di sebuah tempat makan di pinggir jalan. Tempat dulu mereka berlima kalau ingin makan di luar selalu di situ. Sekarang mereka berlima sudah dewasa, sudah berbeda tidak seperti dulu. Mereka berlima menceritakan kehidupan mereka masing-masing selama proses masuk kuliah dan mencari pekerjaan.



*****

Kisah Dora

Nama aku Dora Angelica yang artinya hadiah dari malaikat. Dari ke empat temanku, aku sendiri yang agak pendek dan gemuk. Aku suka sekali makan karena makan adalah hobi ku.

Setelah lulus SMA, aku melanjutkan untuk kuliah di salah satu universitas ternama di kota. Aku harus jauh dari orang tua dan merantau ke luar kota. Aku kos di dekat universitas, jadi kalau berangkat kuliah bisa jalan irit ongkos.

Waktu pertama datang di kota, aku masih belum punya teman masih sendirian. Setelah masuk masa perkuliahan dan cukup lama, aku mempunyai satu teman dia juga kos di tempat yang sama dengan ku. Satu jurusan juga dengan ku jurusan desain grafis. Cuma dia teman yang ku kenal karena ke mana-mana selalu bersama.

Aku anaknya introvert jadi kalau cari teman baru susah sekali. Teman ku bernama Rara, dia anaknya sangat periang dan mudah bergaul dengan siapa saja meskipun orang itu orang yang baru di kenalnya.

Berteman dengan Rara, aku belajar tentang bersosialisasi dan mulai belajar berteman dengan orang yang baru ku kenal. Aku seorang introvert karena aku tidak pernah percaya diri dengan bentuk badan ku.

Dulu waktu masih sekolah, aku pernah di bully karena bentuk badan ku. Tapi setelah mengenal keempat teman ku, aku lebih percaya diri karena mereka tidak pernah mempermasalahkan bentuk badan ku. Walau cuma sekedar untuk bahan becandaan. Mereka tidak pernah sama sekali.

Aku masuk jurusan ini juga karena tidak mau banyak bertemu orang. Karena cukup di depan komputer kita bisa membuat imajinasi kita.

Setelah tinggal lama di kota aku menyadari. Kalau kita ingin hidup sehat seharusnya kita bisa memilih dan memilah apa yang bisa kita makan. Dari situlah ukuran tubuh ku berubah sedikit demi sedikit dan itu membuat ku percaya diri.

Tapi kita juga jangan menjudge kalau bentuk badan gendut itu tidak sehat. Mungkin dia sudah melakukan pola hidup sehat tapi memang ukuran badannya segitu tidak bisa berubah.

Jangan sekali-kali bercanda bentuk fisik seseorang karena itu sangat berdampak pada orang itu sendiri. Kita tidak tau selemah dan serapuh apa mereka karena ucapan kita. Karena bentuk fisik adalah ciptaan Tuhan jadi kita harus mensyukuri, menghargai dan merawatnya dengan baik.

Stop bullying, adopt a healthy lifestyle. Cari banyak teman dan pengalaman baru. Supaya nambah pengetahuan dan nambah cara berfikir kita.



*****

Kisah Desi


Namaku Desi, nama panjang ku Desi Anindita yang berarti perempuan yang bahagia dan sempurna. Rumah ku sering di buat teman-teman ku berkumpul. Rumah ku basecamp kita. Karena mamaku yang begitu protektif kepada ku. Aku tidak boleh main keluar makanya teman-teman ku yang sering main ke rumah ku. Maklum aku anak satu-satunya.

Dulu waktu masih sekolah, aku tidak suka pelajaran olahraga. Karena olahraga membuat badan capek. Kalau ada pelajaran olahraga aku selalu alasan kalau tidak sakit ya bolos sekolah. Maaf jangan ditiru. Kalau urusan pelajaran aku sukanya matematika.

Setelah lulus sekolah aku melanjutkan kuliah. Aku kuliah di dekat sini saja, dekat dengan rumah karena aku tidak boleh jauh dari orang tua. Aku ambil jurusan matematika. Aku sangat suka sekali dengan angka. Kalau lulus besok aku mau menjadi guru matematika saja.

Kegiatan ku cuma kuliah dan di rumah saja karena sejak di tinggal teman-teman ku, aku masih belum punya teman yang cocok seperti mereka. Aku orangnya malas keluar jadi mager di rumah sambil nonton drama Korea.

Setelah masa kuliah yang cukup membuat stres. Aku melipir sejenak di kantin kampus beli minuman. Beli minuman untuk menghilangkan dahaga di panasnya sinar matahari siang hari.

Di kantin aku bertemu dengan seseorang yang mendatangiku duluan. "Maaf, saya boleh duduk di sini?" tanya seorang laki-laki dengan membawa ice cappucino.

"Siapa ya, maaf saya tidak kenal?" tanyaku dengan memainkan sedotan di gelasku.

"Perkenalkan saya dito, teman kamu waktu sekolah SMA. Tapi kita beda kelas," kata laki-laki itu dengan mengulurkan tangannya.

"Dito yang dulu jago basket. Yang selalu memenangkan pertandingan dan banyak digandrungi kaum hawa," kata ku dengan membalas uluran tangan dito.

"Ah bisa aja kamu des," kata dito senyam-senyum dengan pipi memerah.

"Loh kamu tau nama aku? Kuliah di sini juga jurusan apa?" tanya ku dengan ekspresi penasaran.

"Ya taulah kamu, kamu kan terkenal dan perempuan yang paling cantik di kelas IPA. Iya, aku juga kuliah di sini. Aku ambil jurusan sarjana pendidikan olahraga," jawab dito sambil meminum ice cappucino nya.

"Berlebihan banget kalau bicara tentang aku. Memangnya benar aku cantik?" tanyaku ku sambil tersenyum.

"Iya beneran aku nggak bohong," jawab dito dengan tersenyum.

Setelah tersenyum membayangkan pujian dito. Karena baru kali ini ada seorang laki-laki yang memujiku. Aku bicara sambil minus es ku. "Pantesan nggak berubah dari dulu atlit banget."

Setelah lama kita di kantin ngobrol sambil tukeran nomer telpon. Akhirnya kita menjalin pertemanan, aku sangat senang sekali karena setelah beberapa semester aku mendapatkan teman meskipun beda jurusan.

Berangkat ke kampus aku sudah jarang di antar supirku. Aku di antar jemput oleh dito sekarang. Aku yang dulu cuma fokus pada angka-angka sekarang aku senang ikut berolahraga.

Dito selalu mengajak ku joging bareng setiap pagi kalau ada hari libur. Kadang juga kita ke tempat olahraga bareng.

Hari-hari ku diisi dengan hal positif sejak kenal dengan dito. Akhirnya karena kita sering bertemu dan merasa nyaman satu sama lain. Kita menjalin hubungan yang serius yaitu bertunangan.

Kita akan menikah setelah sama-sama lulus kuliah dan sudah bekerja. Orang tua ku sangat menyukai dito karena berkat dito anaknya bisa mencintai olahraga. Karena dengan berolahraga badan menjadi sehat.

Setiap orang memang mempunyai selera dan kesukaan masing-masing. Tapi kalau selama membuat kita menjadi sehat dan bermanfaat kita harus mencobanya.



*****


Kisah Duma


Namaku adalah Duma, nama panjangku Duma Damayanti yang mempunyai arti sejahtera dan berparas rupawan. Tapi bentuk fisik ku tak seperti arti nama ku. Aku lahir dari keluarga sederhana, orang tuaku tidak bekerja kantoran. Bapakku hanya pedagang sayuran di pasar. Setelah lulus sekolah SMA, aku tidak melanjutkan kuliah karena tidak mempunyai biaya.

Aku di haruskan kerja untuk mencari uang. Aku tiga bersaudara dan aku anak pertama. Kedua adik ku masih kecil-kecil, masih sekolah dasar.

Mencari kerja sangatlah susah kalau kita tidak mempunyai relasi orang dalam. Bukannya saya asal bicara tapi memang itu kenyataannya.

Setiap hari info lowongan pekerjaan saya datangi. Tapi tidak ada satupun yang memanggil. Kalaupun memanggil itu hanya untuk interview setelah itu menunggu kabar dari rumah, tapi aku tunggu-tunggu tidak ada kabar.

Lulusan SMA memang sangat sulit mencari pekerjaan. Apalagi kalau kita maunya di posisi yang enak harus minimal sarjana dulu.

Kualifikasi yang diberikan perusahaan menurutku sangat tidak masuk akal. Pendidikan harus sarjana dan harus berpenampilan menarik. Apakah anak SMA tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Apakah hanya anak kuliahan yang butuh pekerjaan. Penampilan menarik juga relatif tergantung yang melihat. Apakah yang dimaksud berpenampilan menarik itu harus cantik. Kalau harus cantik memangnya yang jelek tidak butuh pekerjaan.

Karena mencari pekerjaan sangatlah susah dan menunggu lama tidak di panggil-panggil. Aku membantu bapak jualan dulu di pasar.

Kalau di tanya malu ya malu, tapi mau bagaimana lagi dari pada tidak ada kesibukan di rumah.

"Mau beli apa Bu?" tanyaku kepada seorang pembeli di lapak sayurannya bapak.

"Ini mbk mau beli wortel satu kilo. Berapa ya mbk harganya?" tanya ibu pembeli sambil memegang wortel.

"Sebentar ya saya lihat catatannya dulu Bu," kataku sambil melihat harga wortel di sebuah kertas yang sudah ditulis bapak.

Bapak pulang karena mau mengantarkan adik berangkat sekolah. Sama bapak semua harga sayurannya ditulis di sebuah kertas. Karena kalau disuruh hafalin semua harga sayurannya bapak, aku tidak bisa menghafal harganya. Nanti bisa salah semua harganya karena sayuran yang dijual bapak beraneka ragam.

"Wortel harganya Rp. 14.000 sekilo Bu," kataku setelah mencari harga wortel di kertas yang ditulis oleh bapak.

"Kalau kentang harganya apa sama dengan wortel?" tanya ibu pembeli dengan memegang kentang.

"Maaf Bu lebih mahalan kentang harganya," jawabku.

"Beli wortel saja satu kilo. Kentangnya tidak jadi," kata ibu pembeli.

Langsung saja ku timbangkan dan ku bungkus setelah itu ku kasihkan ke ibu pembeli. Sama ibu pembeli dibayar dengan uang cash jadi aku tidak bingung cari uang kembaliannya.

Setelah hampir satu tahun lulus SMA dan aku bantu bapak jualan di pasar. Alhamdulillah aku di panggil buat interview di salah satu toko pakaian online shop buat packing barang.

Setelah interview aku di terima. Alhamdulillah aku bisa di terima bekerja. Dalam seminggu aku masuk enam hari Senin sampai Sabtu, hari minggu libur tapi kalau banyak pesanan hari Minggu bisa lembur.

Beginilah aku setiap hari bekerja untuk membantu orang tua mencari nafkah. Sebenarnya aku juga punya mimpi dan cita-cita. Tapi karena keadaan yang menuntut aku untuk tidak boleh punya cita-cita yang tinggi.

Setelah aku menjalani pekerjaan itu selama satu tahun aku keluar. Aku membuka bisnis sendiri. Aku membuka online shop baju wanita, kerja sama dengan temanku yang sama-sama bekerja di tempat online shop dulu.

Alhamdulillah dua tahun lumayan ada peningkatan meskipun sedikit demi sedikit. Meskipun aku susah mencari pekerjaan dengan berbagai drama kualifikasi yang dibutuhkan sebuah instansi. Tapi aku ingin buka lowongan pekerjaan buat orang-orang seperti aku, yang tidak bisa memenuhi kualifikasi itu.

Meskipun usaha ku masih merintis tapi aku optimis akan berkembang dan membuka banyak lowongan buat anak-anak remaja. Mereka yang punya cita-cita tinggi tapi karena keadaan cita-cita harus kandas seperti aku.

Tetaplah punya cita-cita dan mimpi. Karena dengan kita punya cita-cita, kita akan berusaha mewujudkannya meskipun berat dan berliku. Dengan punya cita-cita kita punya tujuan dan arah untuk mengubah masa depan.


******


Kisah Dita


Aku lahir dari keluarga yang berkecukupan seperti Desi. Tapi orang tua ku selalu sibuk. Mereka berdua sibuk bekerja, sibuk membesarkan perusahaan mereka sendiri.

Aku dua bersaudara, kakakku adalah laki-laki. Dia kuliah di luar negeri jadi aku jarang bertemu. Komunikasi lewat online juga jarang, karena kakak ku sibuk dengan belajar dan teman-temannya.

Namaku Dita, nama panjangku Dita Diandra yang artinya rajin berhemat dan penuh kemuliaan. Tidak seperti arti dari namaku karena aku tidak pandai berhemat.

Aku sangat suka shoping untuk menghilangkan rasa kesendirian. Karena semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku selalu di rumah sendiri. Cuma ada asisten rumah tangga dan pak supir yang menemani. Nama asisten rumah tangga ku adalah Bu Maria. Biasa aku panggil Bu mar. Supir ku bernama pak Yanto.

Keluargaku berkecukupan, lebih dari cukup malahan tapi meskipun banyak uang tidak menjamin kebahagiaan. Aku selalu menutupi status sosial ku, semua teman ku tidak ada yang tahu aku anak orang berkecukupan. Dari mulai kecil sampai sekarang di dunia perkuliahan, mereka semua tidak ada yang tau bahwa aku penerus keluarga Diandra.

Diandra adalah sebuah nama perusahaan di bisnis advertising terkenal di sebuah kota besar di Jawa. Siapa yang tidak tau Diandra Advertising perusahaan yang sangat berhasil dan terkenal.

Mereka selalu curiga kepadaku karena nama belakangku. Tapi aku selalu bisa menjawab pertanyaan mereka. Aku juga tidak pernah keluar jalan-jalan bersama orang tuaku. Jadi mereka tidak tahu orang tuaku sebenarnya. Teman-temanku taunya Bu mar adalah ibuku.

Meskipun keluargaku berkecukupan tapi aku sendirian, yang ambil rapot disekolah adalah Bu mar. Dari aku sekolah taman kanak-kanak sampai aku sekolah SMA. Jadi dikiranya Bu mar adalah ibuku.

Dulu aku sangat iri dengan Desi. Keluarga dia sama denganku tapi dia masih bisa merasakan kehangatan seorang ibu di sampingnya. Karena ibunya Desi sangat peduli dengan Desi. Setiap kita main ke rumahnya Desi, ibunya selalu memasak makanan yang banyak sekali buat kita berempat. Selalu menyuruh kita bermain ke rumah. Ibunya Desi, ibu yang diinginkan oleh kita semua berempat.

Setelah lulus SMA, aku melanjutkan untuk kuliah. Aku kuliah di sini saja di dalam negeri tidak seperti kakak. Supaya aku bisa bersama Bu mar terus. Karena Bu mar sudah aku anggap keluarga sendiri.

Aku kuliah di dekat rumah tapi beda kota sama Desi, jadi kita tidak pernah bertemu. Masa perkuliahan ku biasa saja karena aku belum dapat teman. Teman seperti dulu waktu sekolah SMA.

Aku ambil jurusan bisnis di suruh orang tua. Belajar bisnis buat nerusin bisnis keluarga. Di dunia perkuliahan aku tidak punya teman. Kalau shoping aku shoping sendirian buat menghilangkan stres dan menghilangkan rasa kesedihan ku.

Hidup memang butuh uang. Tapi uang tidak menjamin kebahagiaan. Karena itu yang aku rasakan sekarang. Dengan uang yang diberikan oleh orang tuaku aku bisa membeli semua yang aku inginkan. Tapi aku tidak bisa membeli waktu, waktu kebersamaan bersama keluarga. Bercanda, ngobrol, dan jalan-jalan bersama keluarga tidak bisa aku beli.

Dengan kesendirian ku, semakin dewasa aku bisa berfikir bahwa meskipun aku tidak bisa membeli kebersamaan bersama keluarga. Tapi aku masih mempunyai Bu mar dan pak Yanto yang sayang sama aku.

Aku berfikir dari pada uang di buat shoping yang tidak perlu. Aku sisihkan uang jajanku setiap bulan. Kalau sudah terkumpul lumayan banyak, aku belikan mainan dan kubawa ke panti asuhan anak-anak. Aku ingin berbagi dengan mereka. Senyuman mereka membuat aku menyadari meskipun mereka tidak mempunyai orang tua tapi mereka bisa survive dan bahagia. Sedangkan aku sudah mempunyai orang tua yang utuh dan berlimpah materi. Tapi aku tidak pernah bersyukur dengan yang aku miliki. Setelah merasakan kenyamanan dan kesenangan berkunjung ke panti asuhan, aku membuat jadwal rutin bersama keluarga.

Alhamdulillahnya orang tuaku ada jadwal yang bisa di kondisikan meskipun setahun sekali. Tapi aku bahagia dan sekarang lebih bersyukur dengan apa yang aku miliki.


******


Kisah Dara


Aku dara, nama panjangku Dara Dhawiyah yang artinya mutiara yang cemerlang dan bercahaya. Setelah lulus sekolah SMA aku melanjutkan untuk bekerja di sebuah perusahaan swasta di bagian marketing. Pekerjaan ku memasarkan produk dari perusahaan itu dengan cara online maupun door to door.

Aku tidak melanjutkan kuliah karena aku ingin menghasilkan uang sendiri. Aku tidak ingin membebani orang tua. Meskipun katanya uang pendidikan sudah mereka sediakan. Aku juga masih punya adik yang masih sekolah jadi uangnya aku suruh gunakan untuk keperluan adik sekolah saja.

Keseringan promosi produk perusahaan secara online. Aku jadi terkenal di dunia maya. Aku jadi artis selebgram dadakan, yang follow semakin banyak dan yang mau bekerja sama denganku juga semakin banyak. Jadi aku memutuskan untuk berhenti bekerja, supaya bisa bekerja sama dengan brand mana saja.

Bila keluar jalan-jalan selalu ada yang menyapa dan kenal aku. Aku masih bingung dan kaget dengan kehidupan ku yang berubah drastis. Dari yang bukan siapa-siapa sekarang malah dikenal banyak orang.

Pertama terkenal aku sangat sombong dan selalu ngatur-ngatur serta pilih-pilih produk yang mau bekerja sama aku. Tapi semakin lama gara-gara kelakuan ku, tidak ada yang mau bekerja sama dengan aku. Jadi sekarang aku lebih sederhana dan tidak banyak memilih-milih produk. Selama itu menguntungkan dan tidak membuat nama jelek, aku terima kerja samanya.

Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Alhamdulillah aku sudah mampu membelikan ayah sebuah mobil supaya berangkat kerja tidak naik motor terus. Kasihan ayah kepanasan dan kehujanan dijalan.

Aku mulai terkenal di dunia online dan dunia nyata juga. Sampai ke empat sahabat ku semua menghubungi dan mengajak ketemuan buat reunian. Mereka semua sudah kangen dengan momen-momen kebersamaan sewaktu di sekolah SMA dahulu.

Akhirnya hari reunian datang juga. Setelah lima tahun kita tidak pernah bertemu. Kita ketemuan di rumahnya Desi, rumah yang penuh kenangan. Setelah itu kita berlima berangkat untuk makan bersama di warung pinggir jalan penuh kenangan.


******


Kita berlima makan di pinggir jalan. Kita mengenang momen kebersamaan kita dulu. Kita masih pesan menu makanan yang sama yaitu nasi Rawon dan es teh. Makanan dan minuman kesukaan kita berlima.

Kita bercanda tawa dan berfoto bersama. Kita tidak akan melupakan kenangan ini. Meskipun kita terlahir dari kondisi keluarga yang berbeda-beda, tapi kita tidak pernah saling bertengkar atau mengejek sesama teman.

Kita berlima dengan perjalanan kehidupan yang berbeda-beda ada yang jalannya naik, turun berbelok dan ada juga yang lurus-lurus saja. Kita berlima adalah sahabat, sahabat yang selalu saling mengisi dan saling menolong teman yang membutuhkan bantuan.

Inilah kisah kita berlima. Kisah perjalanan yang setiap jalannya kadang ada yang mudah dan tidak mudah. Tapi kita harus terus menjalaninya dengan sabar, ikhlas dan bersyukur kepada Tuhan. Hidup itu tidak mudah. Tapi yang membuat mudah adalah cara berfikir kita ketika menjalaninya dan masih ada tuhan disamping kita.





























Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)