Flash
Disukai
3
Dilihat
6,493
IMAJINASI
Drama

Dua pekan lalu, seorang redaktur media massa menghubungi Anwar via e-mail. Redaktur itu memintanya menulis beberapa puisi tentang Jepang. Nampaknya ini ada hubungannya dengan kedatangan seorang CEO perusahaan otomotif Jepang ke tanah air. Anwar tahu perusahaan itu adalah salah satu pemasang iklan terbesar di media itu. Konon, akan ada honor istimewa untuk puisi-puisinya.

Anwar pun segera menyanggupi. Mengingat, media massa itu tak terhitung telah memuat tulisannya, baik cerpen, esai, apalagi puisi. Beberapa kali, media massa itu juga memuat tulisan resensi buku-buku karyanya. Sebagai penulis penuh waktu, kesanggupannya merupakan bagian dari simbiosis mutualis demi keberlangsungan hubungan di masa mendatang.

Lima hari kemudian, sembilan puisi pun terkirim dari e-mail Anwar.

Sialnya, beberapa jam kemudian ada e-mail balasan dari si redaktur yang menyatakan kekecewaan. Menurutnya, sembilan puisi Anwar belumlah lengkap memotret Jepang. Memang ada puisi yang bertema bunga Sakura, Gunung Fuji, Ninja, Anime, etos kerja orang Jepang, hingga sejarah maupun industri Jepang. Tapi, satu yang kurang. Tak ada satupun puisi karya Anwar yang bertema Samurai. “Jepang bukanlah Jepang tanpa Samurai”, tutup si redaktur di akhir e-mail-nya.

Meski tercenung, Anwar membenarkan. Kisah tentang Jepang memang tidak akan lengkap tanpa Samurai. Dengan semangat bushido khas Samurai, Jepang di masa lalu mampu menaklukkan banyak wilayah, dan menyerang Pearl Harbour-nya Amerika di Hawaii. Bahkan, seorang Rendra yang sukses menterjemahkan naskah-naskah drama Yunani dan Eropa ke dalam bahasa Indonesia, yang pernah menyandang predikat Penyair Termahal karena honor satu kali manggung membacakan dua-tiga puisinya bisa senilai ponsel terbaru keluaran pabrikan berlogo apel krowak, itu juga pernah menulis puisi berjudul Ronin.

Sembilan puisi karya Anwar tidak ada yang bertema Samurai semata karena ia merasa tak ada sesuatu yang baru dari Samurai yang mampu dipuisikannya. Ia merasa hanya menjadi epigon. Anwar tak mau menulis sesuatu yang pernah ditulis penyair lain sebelumnya.

Jarum jam telah melewati angka satu dinihari saat istri Anwar mengetuk kamar kerjanya. Ia membawa secangkir kopi hangat. Dengan cekatan pula, ia mengambil gelas kopi yang tinggal kerak hitam di meja. Anwar menoleh ke arahnya, ia mengangguk tanda terima kasih.

Lantas, diraihnya tangan istrinya lalu diletakannya di pundaknya. Istrinya paham, tangan itu segera memijat pundak dan bahu Anwar. Pada situasi seperti ini, Anwar bersyukur sekali, tidak semua teman seniman-penyair-pengarang seberuntung dirinya yang memiliki istri begitu (mau dan mampu) memahami serta menerima resiko menjadi istri seorang  penulis penuh waktu.

Sekilas ia ingat istri Oishi, samurai yang kehilangan tuannya dalam film 47 Ronin. Istri Oishi begitu merasa terhormat dapat membantu apa yang menjadi tujuan suaminya. Ia relakan anak mereka yang masih belia ikut berjuang bersama ayahnya. Bahkan, ia dengan tabah menerima harus kehilangan suaminya karena dijatuhi hukuman oleh Shogun.

Ah, andai semua istri seniman seperti istri Samurai, Anwar berimajinasi.

Ini...... Ini..... Ini..... Anwar mendapat ide. Ia merasa mendapat sesuatu yang sedikit berbeda tentang Samurai yang layak dipuisikan. Jari-jari tangannya dengan beringas segera meloncat ke sana kemari di keyboard komputer tuanya. Ia merasa mendapatkan tambahan energi. Berlarik baris puisi meluncur deras dari bait ke bait.

Hingga ketika tiba di baris ke dua puluh sekian, Anwar berhenti sejenak. Ia segera metaih rokok di meja dan menyalakannya. Kepulan asap merambat keluar dari bibirnya. Ia menghisapnya sekali lagi. Kepulan asap rokok menjadi pemandangan yang memenuhi ruang kamar kerjanya.

Ketika tangan Anwar meraih gelas kopi. Ia terkesiap. Gelas kopi itu begitu dingin. Hanya ada kerak kopi di dasar gelas terbaring membujur ditikam sepi. Anwar menghela napas panjang lalu menunduk. Anwar baru sadar, istrinya telah pergi untuk selama-lamanya setelah berjuang melawan kanker rahim yang dideritanya. Anwar baru menyadari bahwa semua hanya tentang imajinasi.

 

----- oo0oo ----

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)