Cerpen
Disukai
0
Dilihat
1,398
Di Atas Reruntuhan yang Membangun Dunia
Thriller

Prolog

Jejak yang Tertinggal di Antara Waktu


Dunia ini pernah runtuh.

Bukan sekali, tapi dua kali.

Pertama, oleh langit yang menyala merah dan bebatuan yang jatuh tanpa ampun.

Kedua, oleh tangan manusia itu sendiri—yang menciptakan mesin, lalu hancur oleh ciptaannya.


Tapi tak ada yang benar-benar mati.

Dari abu zaman dinosaurus, dan kabel-kabel hangus milik manusia,

dunia kembali bernafas...

dengan makhluk yang tak seharusnya ada dalam satu waktu.


Seekor anak dino…

Sebuah robot tua…

Dan seekor cacing, yang tak pernah disangka punya peran penting bagi peradaban.


Di atas reruntuhan itu, mereka tidak hanya bertahan.

Mereka membangun kembali.

Dan di sanalah cerita ini dimulai...



Kelahiran dari Debu dan Baja


Mark adalah robot tempur kelas berat.

Diciptakan manusia untuk melindungi negaranya—dan jika perlu, menghancurkan ancaman dengan kekuatan penuh.


Ia terbangun di bawah tanah, di antara reruntuhan gelap yang sunyi.

Dunia di atas telah hancur karena perang global... dan tak ada lagi perintah dari siapa pun.


Energinya nyaris habis. Tubuhnya rusak parah—kaki kanannya hilang, bagian perutnya sobek, kabel-kabel tergantung lepas.

Tapi… inti kehidupannya masih menyala.


Dengan satu kaki dan tekad aneh yang tak pernah diprogram,

Mark menyeret tubuhnya menuju permukaan.

Ketika ia menembus cahaya... dunia yang ia lihat tak lagi seperti bumi yang ia kenal.


Pohon-pohon raksasa tumbuh liar, langit dipenuhi kabut asing, dan...

makhluk-makhluk buas berkeliaran.

Mereka bukan dinosaurus biasa—mereka lebih besar, lebih cepat, dan... sebagian tubuh mereka mengkilap seperti logam.


Ada yang bersayap seperti helikopter tua, ada yang berkaki empat dengan kuku tajam dari baja.

Makhluk-makhluk itu adalah hasil uji coba genetik yang dulu ditinggalkan dalam laboratorium bawah tanah.

Setelah dunia hancur, mereka berkembang tanpa pengawasan—menciptakan ras baru antara daging dan mesin.


Mark, meski dirancang sebagai mesin perang, tidak menyerang.

Ia hanya mengamati, memproses… dan perlahan bergerak.


Saat itu, ia melihat satu makhluk kecil—mungkin baru lahir.

Seekor dinosaurus mini, tubuhnya setengah logam, setengah daging.

Matanya memancarkan rasa penasaran... bukan ancaman.


Tanpa tahu kenapa, Mark mengaktifkan protokol sapaan.

Suaranya serak, rusak... tapi berhasil keluar:

“Identifikasi makhluk. Protokol interaksi aktif.”


Tapi makhluk itu hanya mendekat... dan menyentuh kaki logam Mark.

Tak takut. Tak menyerang.


Mark menatapnya… dan menyebutkan sebuah nama yang entah dari mana datangnya: “Rio.”



Persahabatan yang Tak Direncanakan


Pertemuan Mark dan Rio terasa canggung.

Satu adalah robot tempur dengan tubuh penuh luka perang, sisa dari masa yang hilang.

Yang satu lagi... makhluk kecil, campuran daging dan logam, dengan mata bulat penuh rasa ingin tahu.


Mark sempat mengarahkan sistem tembak laser ke Rio. Protokol pertahanan otomatis menyala.

Namun sebelum serangan diluncurkan, suara lembut memecah suasana:


“Ibu… ibu… kamu ibuku!”




Rio kecil berlari mengitari Mark dengan riang, mengendus kakinya yang penuh goresan dan debu.

Mark terdiam.

Sistemnya mendeteksi anomali: Gelombang suara penuh kelekatan. Sinyal emosi mentah.

Tapi bukan itu yang membuatnya ragu…


Rio tertawa kecil.

Matanya berbinar.

Air mata bahagia turun perlahan dari wajah campuran logam dan daging itu.


“Aku… bukan ibumu,” kata Mark dengan suara berat khas robot.

“Aku… bukan ibumu.”

Ia mengulanginya dua kali. Mungkin untuk meyakinkan Rio.

Mungkin juga… untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Rio menatapnya dengan polos.

“Tapi kamu hangat... kamu ada. Kamu... ibuku.”

Mark mendekat. Tangannya yang kasar dan berat menyentuh kepala Rio perlahan—entah kenapa.

Ia tidak dirancang untuk merawat. Tapi sesuatu dalam sistemnya... membiarkan sentuhan itu terjadi.


Mereka diam sejenak.


Tiba-tiba tanah di dekat mereka bergerak.

Gemetar kecil… lalu retakan halus.


Dari balik tumpukan rumput basah, muncullah seekor makhluk kecil, memanjang seperti cacing.

Ukurannya sebesar telur ayam, panjangnya dua jengkal tangan manusia.

Namun tubuhnya bercahaya samar dan dilapisi logam tipis.

Dia menatap mereka dan berkata:


“Aku Alpha 08. Unit perbaikan mikro untuk sistem robot manusia. Tapi... karena paparan sinyal bio-elektrik dari makhluk aneh itu…” —sambil menunjuk Rio—

“...aku sekarang bisa berbicara.”


Mark segera bertanya, “Bisakah kau memperbaiki sistemku?”


“Tentu,” jawab Alpha 08. “Tapi dengan satu syarat.

Beri aku tempat tinggal. Aku... ingin tinggal dalam tubuhmu.”



Mark terdiam. Rio tertawa, mengangkat Alpha 08 ke atas kepalanya lalu menaruhnya ke tangan Mark.

Namun sebelum kesepakatan selesai…

langit menggelap.


Petir mengguncang langit seperti naga marah.

Suara gemuruh datang dari balik pegunungan.

Angin puting beliung terlihat dari kejauhan, membentuk pusaran gelap menyapu pepohonan.


Hewan-hewan buas berlarian panik. Suara auman, dentuman, dan derak pohon terdengar bersahut-sahutan.

Mark, Rio, dan Alpha 08 segera mencari tempat perlindungan.

Tanah mulai goyang.

Langit menyala merah.


Hari itu… mereka sadar, bahwa persahabatan tak bisa ditunda. Karena dunia tak lagi menunggu.


Pengkhianatan yang Tak Terduga


Ketika badai mulai mendekat dan langit menghitam,

Mark, Rio, dan Alpha 08 mencari tempat berlindung.


Dari balik pepohonan tinggi, muncullah sosok besar:

seekor makhluk mirip Raptor, tubuhnya berotot, matanya tajam berkilat, dan tinggi—bahkan lebih tinggi dari Mark.


“Hei kalian! Tempat ini gak aman. Ayo ikut aku! Aku tahu tempat perlindungan yang bagus!”

Suaranya berat, seperti retakan batu yang berbicara.




Mark mengaktifkan sistem deteksinya,

tapi tidak mendeteksi ancaman yang berarti.

Sementara Rio bersembunyi di balik tubuh Mark,

dan Alpha 08 mencuri-curi pandang penuh curiga.


Makhluk itu memperkenalkan diri:


“Nama gue Rick. Jenis Raptor, dari kelompok Selatan.”

“Kami biasa ngumpul di tempat itu kalau ada bencana. Aman. Gue janji.”




Mark masih ragu. Tapi melihat langit semakin gelap dan Rio mulai gemetar,

dia mengangguk.


“Oke. Pimpin jalan.”


Mereka berlari.

Mark masih pincang, tapi roda daruratnya aktif.

Di sebelahnya, Rio lari sambil sesekali melirik Rick.

Alpha 08 mencicit dari dalam tubuh Mark:


“Bro... lu yakin ama Raptor ini? Gaya jalannya aja kayak maling ayam.”

Mark menjawab santai:

“Tenang, bro. Sistem di kepala gue udah dilatih deteksi niat jahat. Gue ini robot tempur, bukan pembaca puisi.”


Tapi Rio tidak setenang itu.

Dinosaurus kecil itu mencium aroma mencurigakan.

Bukan aroma ayam goreng, tentu…

Lebih mirip sesuatu yang pernah ia kenali dari lab—aroma niat jahat yang matang.


"ibu… hati-hati," bisik Rio lewat gelombang radio pribadi mereka.

Tapi Mark mengabaikannya. Ia yakin bisa mengendalikan situasi.


💥 Tempat Perlindungan… atau Perangkap?


Sesampainya di tempat yang dimaksud Rick,

mereka disambut oleh beberapa Raptor lain.

Semuanya bertubuh baja dan daging—gagah dan mengintimidasi.


Rick menepuk dada:


“Ini tempat kami. Tapi ada satu hal yang bisa bikin tempat ini makin mantap...”

Rick mencoba mendekati Mark dan berkata “Bro, pinjem dulu seratus.. Ekh. Bukan, bukan,. Maksudnya gue pinjem inti data lu bentar., Mark.”


Mark mengernyit.

“Untuk apa?”


“Tenang aja, bro. Buat nyalain sistem di tempat ini. Gue cuma mau akses bagian biar lebih... nyaman.”

Rick senyum. Agak miring. Agak... sinis.


Mark menatap Rio. Lalu Alpha 08.

Tapi semua terasa cepat.

Akhirnya…

Mark memberikan salinan inti data militernya—

tanpa tahu bahwa data itu adalah kunci untuk mengakses reaktor nuklir tercanggih warisan manusia.


⚠️ Kesalahan Fatal


Begitu data terhubung ke panel reaktor…

tempat itu bergejolak hebat.

Lantai bergetar. Lampu kuning berkedip.

Suara alarm bergema seperti lolongan kematian.


“BRO!!!”

Alpha 08 panik di dalam sistem Mark.

“GUE BELUM MAU MATI! GUE BELUM NAIK BALOON UDARA, GUE BELUM NYICIL RUMAH!!”



Mark tercengang.

Rio menunduk... kecewa.


“Kamu nggak percaya aku…”

“Aku sudah tahu dari awal… dia gak beres.”


Tempat perlindungan berubah menjadi bom waktu.

Rick tertawa…

Sementara para Raptor mulai menutup pintu-pintu keluar.


Dan untuk pertama kalinya sejak bangkit dari reruntuhan...

Mark merasa takut.

Bukan karena musuh.

Tapi karena kepercayaannya telah disalahgunakan.



Retakan di Tanah, Retakan di Hati


Getaran dari reaktor nuklir semakin menjadi.

Dinding-dinding retak. Kabel-kabel berasap. Lantai bergoyang seperti tanah akan pecah.

Makhluk-makhluk buas panik, tapi tidak Rick dan kelompoknya.

Mereka hanya berdiri… diam… menunggu sesuatu.


Mereka bisa saja menghancurkan Mark, Rio, dan Alpha 08 saat itu juga.

Tapi mereka punya rencana yang lebih besar.



Di sudut ruangan, Rio berdiri diam.

Matanya terlihat satu.

Ia kecewa.

“Kau ibuku,” pikirnya. “Tapi... kenapa kau mudah percaya?”


Namun Rio tetap di sisi Mark.

Ia masih punya harapan. Meski rapuh.


Tiba-tiba, gempa besar menghantam dari luar.

Gelombangnya begitu kuat hingga dinding tempat itu berderak.


Mark menatap Rick.


“Apa tujuanmu sebenarnya?”


Rick hanya tersenyum... sinis.


“Tenang, bro. Aman kok.”

“Kami cuma mau aktifkan kembali reaktor ini. Manusia dulu bikin senjata pemusnah massal…

sekarang giliran kami.”


Mata Mark bersinar merah. Sistem tempurnya aktif.

Senjatanya diarahkan ke Rick…

Tapi Rio langsung disandera.


Salah satu Raptor mencengkeram Rio dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Siap menghancurkannya seperti kerupuk remuk di toples lebaran. 😭


Mark terdiam.

Ia sadar...

Semua ini adalah kesalahannya.


Di dalam tubuh Mark, Alpha 08 berbisik:


“Bro… kayaknya udah telat.

Tapi gue yakin… selalu ada jalan lain.

Ya… mungkin bukan ke Roma sih, tapi setidaknya ke pintu darurat.


Tegangan makin tinggi. Semua saling menodong.

Rio menatap Mark dengan mata basah.

“Kau… benar-benar kuanggap sebagai ibuku? Tapi kenapa tak percaya padaku?”



Mark ingin menjawab…

Tapi sebelum itu,

langit meledak.


💥 KEMUNCULAN SANG NAGA


Dari atas permukaan…

Langit terbuka oleh naga raksasa berkepala empat.


Setiap kepala memiliki kekuatan:


Api


Laser


Petir


Dan... Badai



Makhluk itu menghancurkan segalanya.

Hewan buas beterbangan. Hutan dilalap api. Tanah berguncang.

Suara aumannya memecah bumi.



---


Di dalam ruangan reaktor,

Alpha 08 menggeliat panik:


“Bro, kayaknya di luar ada kang cilok deh…

Ehh—enggak, maksudnya… ADA SESUATU YANG GILA BANGET DI LUAR!!!”


Mark mengaktifkan sensornya, lalu memproyeksikan visual ke udara.

Semua makhluk di ruangan terdiam.


Mereka melihat saudara-saudara mereka hangus terbakar.

Yang terbang jatuh.

Yang lari… lenyap disapu badai.



Saat itulah... semua ego runtuh.


Rick menatap Mark.


“Kita… harus kerja sama.

Untuk kali ini saja.”



Mark menatap Rio.


Rio ragu. Masih takut. Masih marah.

Tapi Mark membuka transmisi pribadi...

dan hanya mengirim satu kalimat sederhana lewat gelombang mereka:


“Maafkan aku.”



Rio diam.

Menunduk.


Lalu… mengangguk.


Alpha 08 mewek dari dalam tubuh Mark:


“Bro... jangan kecewain dia lagi ya. Kasih dia permen kalo perang udah selesai.

Lollipop kek, atau minimal teh anget. Kasian bocahnya.”


Rick dan rekan-rekan Raptor berkumpul.


“Untuk sekarang... kita bersatu.”

“Tapi setelah ini… dunia hanya untuk jenis kita.”

“Tidak ada tempat untuk makhluk lain…”



Dan pertempuran untuk dunia pun… akan segera dimulai.



Sisa-sisa yang Masih Bernyawa


Setelah perdebatan panjang,

mereka semua akhirnya sepakat untuk bekerja sama—setidaknya sekali ini saja.


Alpha 08 bekerja cepat.

Ia membongkar beberapa komponen tubuh Mark, menyambung ulang sirkuit, dan menyuntikkan nano-teknologi cadangan yang tersimpan dalam sistemnya sendiri.


Mark perlahan kembali pulih.

Kesadarannya meningkat… tapi kaki kanannya masih belum sempurna.


Sementara itu...

ada rahasia yang tak disangka.

Ternyata… Rick dan kawan-kawan bukan hanya cyborg dinosaurus biasa.

Mereka adalah bagian dari sebuah unit robot transformasi purba.


Rick adalah kepala.

Teman-temannya membentuk lengan, tubuh, kaki, dan sistem utama.

Dalam satu gerakan megah—mereka menyatu.



Sebuah robot kolosal terbentuk.

Gema mekanik mengguncang tanah.



Mark terdiam…

Matanya memantulkan cahaya transformasi itu.

Ia merasa seperti bola golf di tengah turnamen bola basket.

Rio hanya bisa menganga.

Sementara dari dalam tubuh Mark, Alpha 08 berseru:


“Bro… ini... ini kan Megazord yang dulu sering gue tonton pas kecil!!”

“Gue nggak salah channel nih?”


---


Mereka keluar dari reaktor.

Menuju medan tempur yang sebenarnya.

Sang naga raksasa berkepala empat masih meluluhlantakkan segalanya dengan:


Api


Laser


Petir


Badai



Mark menoleh ke Rio.


“Kau tak boleh ikut. Ini terlalu berbahaya.”

“Tapi... aku janji akan hidup. Dan akan jadi ibumu… selamanya.”




Rio diam.

Tapi hatinya retak.


Alpha 08 di dalam Mark...

menangis.

Entah dari mana datangnya air mata itu.




⚔️ PERANG DUNIA BARU


Pertempuran dimulai.


Rick dalam bentuk robot raksasa menyerang lebih dulu.

Pukulan, rudal, sayatan baja diluncurkan.


Mark mendukung dari belakang:

menembakkan laser, rudal mini…

dan bahkan melakukan jurus silat Indonesia.

(Yang dia pelajari entah dari mana—mungkin tayangan TVRI zaman dulu.)


Tapi naga itu...

Terlalu kuat.

Terlalu besar.

Terlalu liar.


Alpha 08?

Diam seperti manekin mall.

Saking takutnya, dia tak bisa berkata apa-apa.

Robot juga bisa beku.



Dari kejauhan, Rio menonton.

Cemas. Takut. Berharap.


Tiba-tiba...

Tanah di sekitarnya pecah.

Tikus-tikus cyborg muncul dari bawah tanah!


Mereka besar, seperti anjing—bertulang logam, bermata merah.


“Mereka bukan hanya satu atau dua pilih aku atau dia yang engkau cinta.”


Mereka RATUSAN.

Dan…

Mereka juga bisa menyatu.

Membentuk unit robot raksasa kedua.



Pertempuran pun berubah.

Sekarang naga itu dikepung oleh:


Mark (dengan semangat jiwa ksatria)


Rick (robot raptor raksasa)


Para tikus cyborg (robot komunitas)


Dan... kejutan terakhir...



💪 GORILA RAKSASA CYBORG


Dari balik hutan gelap...

Gorila raksasa muncul.

Ia menghantam tanah dan ikut melawan sang naga.


Mark tahu… ini saatnya.


“Alpha… mungkin ini waktuku.”

“Kau jaga Rio untukku.”


Alpha 08 panik.


“Bro... jangan gitu. GUE BELUM PUNYA SERTIFIKAT PENGASUHAN!!!”



Mark menatap langit.


“Aku diciptakan untuk bertempur.

Bukan... jadi babysitter.”




Dengan suara berat dan datar, Mark mengaktifkan roket pendorongnya.

Ia melesat ke udara—menuju naga.


Alpha 08 menangis.

“Kalau kamu selamat… kembalilah.

Tapi kalau tidak…

aku janji. Rio akan aku jaga.”




Alpha 08 lalu keluar dari tubuh Mark…

dan menyelinap masuk ke tanah, menuju Rio.




Dan di langit...

Mark menembus badai.

Mendekati naga itu.


Tapi naas...

Di tengah udara, naga menyerang balik.



Semburan laser. Petir.

Tubuh Mark meledak.

Bagian-bagiannya terbakar, hancur, menghilang di balik awan merah.


Rio melihat semuanya.

Dengan mata terbuka… dan hati yang hancur.


Di Atas Runtuhan yang Membangun Dunia


Rio hanya bisa berdiri.

Diam.

Matanya berkaca-kaca.


Di hadapannya…

Tubuh Mark meledak menjadi debu di udara.

Potongan-potongan logam melayang dan hilang ditelan cahaya.


Air mata jatuh.

Tak ada jeritan.

Hanya hening... dan kehilangan.




Beberapa saat kemudian, Alpha 08 tiba.

Ia mencoba tersenyum, meski tak punya bibir.


“Kamu tenang aja ya… Mark pasti kembali.”

“Dia janji mau bawain lolipop buat kamu.”




Rio mengangkat kepala.

Matanya sayu.

Lalu dia memproyeksikan rekaman visual:

Mark, dihancurkan oleh naga... tanpa sisa.


Alpha diam.

Lalu berbisik...


“Rio… aku janji. Akan jaga kamu.

Sampai kapan pun.”





💥 Sisa-Sisa Pertempuran


Sementara itu...

Di medan tempur, semuanya runtuh.


Rick kelelahan


Gorila raksasa hancur


Robot tikus kehilangan sinkronisasi—karena salah satu unitnya hilang



Sang naga?

Masih berdiri. Masih menyerang. Masih mengaum.


Tak ada yang bisa menandinginya.


Sebuah Harapan dari Masa Lalu


Rick teringat…

Inti data milik Mark masih terhubung ke reaktor nuklir.

Ia menghubungi Alpha 08 lewat gelombang rahasia.


“Cacing... kau masih hidup?”

“Ada satu senjata terakhir. Aktifkan.”



Alpha 08 bersiap.

Tapi sebelum itu…

Ia melihat salinan data Mark.

Seketika, muncul ide:


“Kalau aku bisa sambungkan ini…

Mungkin… Mark bisa kembali.” Alpha 08 pun Mengangtifkan senjata nuklir itu lalu mencabut salinan inti data milik Mark.


Setelah itu Alpha 08 dan Rio pergi secepatnya menuju bawah tanah sebagai antisipasi.


Serangan Terakhir


Rick, dengan sisa tenaga, meluncur kembali ke reaktor.

Mengambil senjata nuklir super—satu-satunya warisan kehancuran manusia.


Ia terhubung ke seluruh anggota timnya, dan berkata:


“Mungkin… impian kita untuk menguasai dunia harus berhenti di sini.

Biarkan dunia berikutnya dimulai… tanpa kebencian.”


Mereka semua setuju.

Dan menyerang titik inti sang naga. Mereka kembali dengan kecepatan penuh kearah titik vital sang naga. Walaupun tidak mudah. Tapi mereka berhasil dan Bbooommmmmmmmm.


Terdengar ledakan maha dahsyat.

Gempa bumi.

Langit pecah.

Tanah bergetar seperti ingin meledak dari dalam.




Lalu sunyi.




Dunia Setelah Ledakan


Radius 50 km berubah jadi tanah kosong.

Tak ada hutan. Tak ada hewan.

Hanya abu dan debu…

seperti bekas meteor purba.


Tapi jauh di bawah tanah,

Alpha dan Rio selamat.


Mereka berlindung di terowongan tua milik para tikus cyborg.


Di sana… mereka menemukan tikus-tikus yang mati, tapi tubuhnya utuh.

Rio menatap Alpha:

“Apa… bisa kita sambungkan data Mark ke sini?”




Alpha 08 tak menjawab.

Ia langsung bekerja.

Menyambung kabel.

Mengisi daya.

Menghubungkan sistem.

Dan memasukkan inti data Mark ke dalam tubuh baru.


Kebangkitan

Beberapa jam berlalu…

Dan akhirnya…


Sebuah suara berat terdengar:


"Sistem aktif. Protokol tempur… dinonaktifkan."

"Rio... Alpha... aku kembali."




MARK HIDUP KEMBALI.

Dengan tubuh baru.

Lebih kecil.

Lebih ringan.


Tapi...

Penuh kesadaran.



---


✨ Penutup


Dunia telah hancur.

Tapi dari reruntuhan…


Seekor dinosaurus kecil.

Sekor cacing dengan semangat superhero

Dan sebuah robot tempur yang telah mengenal hati...



Membangun harapan baru.


“Kami tak berasal dari zaman yang sama.

Tapi kami percaya… dunia ini cukup luas untuk siapa pun yang ingin hidup bersama.”


TAMAT



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)