Cerpen
Disukai
1
Dilihat
841
Tumbal
Horor

Andri meletakkan tasnya di atas meja belajar. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang seprainya wangi bunga melati. Aroma itu tidak mengganggu sama sekali bagi Andri. Wewangian apapun disukainya selama itu gratis. Bahkan peringatan sahabat karibnya, Doni, tentang biaya sewa kos yang terlalu murah dengan kos yang cukup bagus menimbulkan kecurigaan yang besar pun tidak membuatnya khawatir sama sekali. Justru biaya sewa kamar kos yang murah itulah yang selalu dicarinya.

Kata orang kos-kosan yang terlalu murah mungkin saja ada tempat pesugihan di dalamnya. Dan Andri harus berhati-hati karena bisa saja menjadi tumbal. Peringatan Doni membuat Andri tertawa kecil. Baginya yang tidak percaya dengan hal-hal berbau mistis, Doni adalah orang yang sangat lucu. Terkungkung oleh doktrin hal-hal ghaib yang bahkan tidak pernah bisa dibuktikan. Selama hidupnya, Andri sangat penasaran dengan adanya setan. Ia bahkan sering menantang para setan untuk muncul, namun tidak pernah ada setan yang berani menampakkan diri.

Orang-orang hanya berhalusinasi, pikirnya. Sesuatu yang tidak terlihat memanglah menakutkan. Tapi, takut akan sesuatu yang tidak pernah ada atau tidak bisa dibuktikan itu menunjukkan kebodohan. Contohnya, Doni yang selalu bercerita tentang penampakan hantu dan juga tumbal pesugihan. Doni bahkan merasa dirinya ditindih setan hanya karena sering mengalami kaku tubuh di waktu subuh.

Sambil makan Pop mie yang diseduhnya di dapur, Andri bergerak menuju kamar dengan pelan. Lampu lorong kos memang tidak cukup terang. Mungkin saja si ibu pemilik kos-kosan adalah orang yang pelit sehingga mengeluarkan sedikit uang untuk penerangan. Kalau dilihat-lihat, kos yang Andri tempati memang mirip dengan suasana rumah hantu di film horor. Apalagi kamar mandinya yang berada di luar kamar, gelap dan dingin. Di siang hari hanya mengandalkan cahaya matahari dari ventilasi kecil di dinding lembab.

Andri berani bertaruh, Doni tidak akan betah berlama-lama berada di kos sewaannya. Si penakut itu tidak bisa diajak berpikir jernih. Segala sesuatunya disangkut-pautkan ke hal-hal mistis. Andri pun berpikir, jika ia ingin mengerjai Doni, cukup dengan mengurungnya di kamar mandi saja sudah bisa membuat sahabatnya itu terkencing di celana. Ide jahil itu disimpannya untuk dipertimbangkan menjadi eksekusi.

Beberapa hari telah dilalui Andri dengan damai di kos sewaannya. Tidak ada tanda-tanda setan ataupun ritual pesugihan. Ibu kos yang tinggal di bangunan belakang sering mengawasi para penghuni kos. Namun, si ibu tidak pernah usil atau komentar apa-apa. Hanya sekadar basa-basi saja jika berpapasan. Sedangkan para penghuni kos jarang Andri temui karena sama-sama sibuk kuliah dan bekerja. Hampir semua penghuni kos baru pulang malam hari, sama seperti Andri.

Setelah beberapa minggu tinggal dan betah di kamar kos murah itu, Andri baru memerhatikan keberadaan sebuah kamar di lorong yang paling gelap dan berada cukup jauh dari tangga menuju ke lantai atas. Ruangan itu selalu tertutup dan disangka gudang oleh orang-orang. Namun, Andri seperti merasakan ada kehidupan di dalamnya. Kadang-kadang, saat Andri menaiki tangga menuju kamarnya, ia mendengar ada bunyi-bunyian samar dari ruangan itu.

Awalnya, Andri mengira itu perbuatan tikus yang sedang beraksi di gudang. Namun, lama-kelamaan ia sering mendengar helaan napas dan juga bunyi kecapan dari dalam sana. Andri jadi terpikir dengan dugaan Doni yang sangat yakin kalau ruangan itu pastilah kamar pesugihan yang biasanya harus disediakan si pemilik usaha. Doni dengan mantap menjelaskan kalau di kamar itu pasti banyak sesajen yang disiapkan sebagai makanan untuk para demit.

Andri menggeleng-gelengkan kepalanya. Keyakinannya masih sama kalau setan, demit dan lain sebagainya itu tidak ada. Doni hanya terlalu yakin dengan cerita-cerita dongeng yang didengarnya sejak kecil. Mungkin saja Andri sedang kelelahan dengan kegiatan di kampus hingga ia juga berhalusinasi. Ditambah lagi dengan seringnya mendengar bualan mistis yang menjadi kepercayaan Doni. Otaknya pasti merekam ketakutan yang Doni pancarkan dan sedikit memengaruhi cara berpikirnya.

Daripada percaya kalau di ruangan yang seperti gudang terkunci ada sesajen untuk pesugihan, Andri malah berpikir kalau lebih masuk diakal kos sewaannya hampir mirip dengan suasana di Strangers From Hell. Para penghuninya cukup misterius karena Andri jarang berpapasan dengan mereka. Penjaga sekaligus yang bertanggung jawab membersihkan kos pun tidak begitu ramah dan hanya tersenyum kecil setiap kali bertemu. Si ibu kos pun sering tiba-tiba muncul di dekat ruangan terkunci nan horor yang entah apa yang sedang dilakukan wanita paruh baya itu di sana.

“Kamu ini nggak pernah percaya kalau dibilangin!” sungut Doni pada Andri saat sedang makan di kantin kampus.

“Aku ini sudah sering dapat cerita tentang tumbal pesugihan, Dri. Melihat setan pun juga sering sejak kecil. Sumpah deh, nggak bohong!” racau Doni tanpa henti.

“Kamu belum aja kena sama omonganku. Nanti kalau kamu beneran ketemu setan barulah kamu tahu rasa.”

"Mending kamu ke psikolog untuk tes kejiwaan. Kabarnya, bisa melihat setan itu adalah gejala sakit jiwa. Bukan kelebihan.”

Andri mengunyah bakso dengan santai setelah membalas ocehan Doni. Doni pun murka disuruh mendatangi psikolog.

“Orang seperti kamu ini harus diruqyah. Pasti ada jin yang bersarang di tubuhmu. Makanya susah dibilangin kalau makhluk halus seperti hantu atau setan itu ada. Termasuk pesugihan yang makan tumbal!”.

Andri menahan tawa sambil menyeruput kuah bakso. Mereka sebenarnya sama-sama keras kepala dengan keyakinan masing-masing. “Aku serius, Don. Melihat makhluk halus itu bisa jadi tanda kamu ada gangguan mental yang tidak kamu ketahui. Mendingan segera berobat deh,” canda Andri pada Doni yang sebenarnya bicara serius.

Doni menatap Andri gusar. Lalu tanpa menjawab ia makan bakso dengan cepat. “Mmmm… kalau aku nggak waras, aku yakin kamu juga sama saja,” celetuk Doni sambil mengunyah.

Andri tahu kalau perdebatannya dengan Doni tidak akan ada akhirnya. Tidak ada yang akan mengalah. Jadi, dibiarkannya Doni tanpa balasan komentar lagi. Karena Andri akan tetap pada prinsipnya bahwa makhluk halus yang ditakuti banyak orang itu tidak pernah ada. Semua ada penjelasan ilmiahnya. Hanya saja Andri tidak bisa menjelaskannya secara rinci pada sahabatnya yang maniak mistis itu.

Sepulang kuliah Andri membeli nasi bungkus dan berencana akan makan di kamar kosnya. Saat melewati tangga seperti biasanya, Andri melihat ruangan di lorong gelap itu terbuka pintunya. Bau tidak sedap menyebar keluar dari sana. lalu sesosok ibu kos keluar dan menutup pintu ruangan itu sambil membawa plastik hitam besar. Menoleh pada Andri, mata mereka bertatapan lama. Andri lalu mengangguk kecil dan berjalan menaiki tangga tanpa bertanya apapun pada ibu kosnya. Andri terus bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan si ibu kos di ruangan itu sambil makan nasi bungkus dengan lahap.

Lain waktu Andri kembali melihat ibu kos keluar dari ruangan tak berlampu itu. Si ibu mengunci pintunya dengan memastikan berkali-kali sudah terkunci. Sedangkan Andri mengendap-endap menaiki tangga sambil mengintip kegiatan si ibu kos.

Karena kecurigaannya pada ibu kos, Andri pun merasa takut saat si ibu kos berbaik hati berbagi lauk dengan mengantarkan makanan ke kamarnya. Daging masak kecap itu terlihat lezat dan membuat liur menetes. Namun, Andri tidak bisa memakannya. Pikirannya terus saja dihantui dengan ancaman manjadi tumbal atau malah daging yang dimasak si ibu kosnya adalah daging manusia. Andri memarahi dirinya sendiri yang berpikiran macam-macam. Namun, ia tetap mengikuti instingnya untuk tidak mengonsumsi daging kecap itu dan diam-diam membuang lauk pemberian ibu kosnya ke tempat sampah di dekat kampus.

Andri mulai tidak betah tinggal di kos murah sewaannya. Ibu kos terlalu mencurigakan baginya. Info yang beredar, ibu kos menjadikan anak-anaknya sebagai tumbal pesugihan sehingga tiga orang anaknya meninggal sewaktu balita. Kos-kosan itupun semakin menyeramkan saja baginya. Padahal, Andri tidak pernah merasakan takut pada apapun sebelumnya.

Lalu suatu hari, Andri meninggalkan kos tanpa pernah bercerita pada siapapun. Doni jadinya hanya bisa menebak-nebak penyebab kepindahan Andri. Sahabatnya itu sangat suka dengan hal-hal yang murah tapi bagus. Lalu mengapa kamar kos yang murah dan bagus itu ditinggalkannya? Pasti ada hubungannya dengan tumbal! Pikirnya. Meskipun Andri bungkam seribu bahasa, Doni tahu kalau Andri malu untuk mengakui semua ucapan Doni tentang pesugihan tempo hari ternyata benar.

Desas-desus tentang kos-kosan Andri yang lama seperti rumah hantu dan menimbulkan kecurigaan karena terlalu murah ternyata menyebar dengan cepat. Andri tidak tahu siapa yang menyebarkan info menyesatkan itu. Bahkan kabar Andri keluar dari kos lamanya karena hampir menjadi tumbal pun dipercayai orang-orang. Ditambah lagi memang banyak yang tidak betah menyewa kos di sana. Sehingga banyak kamar yang kosong dan kos itu sepi penyewa.

Akhirnya, karena muak dengan banyaknya dugaan tidak berdasar membuat Andri terpancing untuk klarifikasi. Terbayang olehnya saat ia memergoki si ibu kos yang sedang membersihkan tubuh seorang pemuda dengan handuk basah di dalam ruangan yang disangkanya gudang. Tumpukan kotoran membuat hidung Andri mengembang pucat. Isi perutnya seakan hendak keluar dengan kuat. Andri mengintip sejenak sebelum beranjak menuju kamarnya dengan berlari. Terlihat olehnya rantai yang mengikat kaki si lelaki. Andri mengira ibu kos memperbudak seorang anak yang entah siapa. Namun, belakangan ia tahu mengapa ibu pemilik kos melakukan hal yang selama ini telah disembunyikannya rapat-rapat.

“Aku keluar dari kos lama bukan karena takut jadi tumbal pesugihan, Don. Tapi takut dengan gerak-gerik si ibu kos yang suka tiba-tiba muncul di dekat ruangan yang kusangka gudang itu. Aku menduga tadinya beliau psikopat. Efek menonton film dan terus mendengar ocehanmu tentang tumbal. Ternyata si ibu mengurung anaknya yang cacat mental parah di ruangan itu dan aku yang tidak tega tidak mau berlama-lama tinggal di sana. Lalu, soal anak-anak ibu kos yang selalu meninggal saat balita, itu dikarenakan genetik si ibu yang membawa penyakit bawaan hingga menyebabkan anak-anaknya tidak bisa bertahan. Bukan karena jadi tumbal. Aku juga tidak betah karena di kos itu airnya kurang bersih. Paham kamu, Don?”

Doni mencibir saja mendengar penjelasan sahabatnya. Karena baginya, anak-anak ibu kos sudah pasti menjadi tumbal pesugihan. Sedangkan Andri tidak peduli pada penilaian orang lain tentang kepindahannya termasuk juga pada gosip-gosip yang tersebar. Hanya saja, ia merasa lega telah pindah dari kos lama sekaligus merasa kasihan pada ibu pemilik kos dan juga anaknya yang terpaksa dipasung. Dan Andri merasa tidak bisa berbuat apa-apa.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)