Masukan nama pengguna
Alya menatap layar ponselnya yang menyala, menunggu pesan dari Reza, pacarnya selama beberapa bulan terakhir. Mereka bertemu secara tak terduga di sebuah kafe kecil dekat kantornya. Reza, dengan senyum menawan dan cara bicaranya yang memikat, berhasil membuat Alya tertarik sejak pertama kali mereka bertemu. Alya selalu berpikir pertemuan mereka adalah takdir. Namun, semakin lama, Alya merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Reza.
Setiap kali Alya menanyakan ke mana Reza pergi ketika ia menghilang selama beberapa hari, Reza selalu punya alasan. Dia selalu mengatakan bahwa dia sibuk dengan proyek di tempat kerjanya. Namun, Alya merasakan ada yang tidak beres. Kecurigaannya semakin menguat ketika suatu hari ia menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal.
“Kamu tahu dengan siapa kamu berurusan?” begitu isi pesannya.
Alya mencoba mengabaikan pesan itu, menganggapnya sebagai lelucon, tapi pesan-pesan itu terus datang. “Reza bukan orang yang kamu kira. Dia sudah menghancurkan banyak hati, dan kamu akan menjadi korban berikutnya.”
Kekhawatiran mulai menguasai pikirannya. Ia mulai menyelidiki lebih lanjut tentang Reza. Dengan sedikit bantuan dari sahabatnya, Lina, Alya menemukan bahwa Reza memiliki masa lalu yang kelam. Ternyata, Reza pernah menikah, dan istrinya meninggal dalam kecelakaan mobil yang misterius beberapa tahun yang lalu. Alya juga menemukan banyak wanita yang mengaku pernah menjadi korban manipulasi Reza.
“Aku harus tahu kebenarannya,” Alya memutuskan sambil menatap wajahnya di cermin, mencoba memberanikan diri untuk menghadapi Reza.
Ketika mereka bertemu lagi di apartemen Reza, Alya langsung menanyakan semua yang telah ditemukannya. Awalnya, Reza mencoba menyangkal. Namun, setelah Alya menunjukkan bukti yang ia temukan, Reza akhirnya mengakui semuanya. Dia mengakui bahwa dia memang telah menipu banyak wanita, termasuk mantan istrinya. Dia mengatakan bahwa dia adalah pria yang berbeda sekarang dan meminta Alya untuk memberinya kesempatan lagi.
“Kamu tahu aku tidak bisa melakukan itu, Reza,” Alya berkata dengan suara gemetar. “Aku tidak bisa bersama seseorang yang hidupnya penuh dengan kebohongan.”
Reza tampak marah. Ia mencoba mendekati Alya, tetapi Alya mundur. “Alya, kamu harus mengerti. Aku tidak punya pilihan lain.”
Namun, sebelum Reza bisa melanjutkan, pintu apartemennya diketuk dengan keras. Seorang pria paruh baya dengan wajah penuh amarah muncul. Alya mengenalinya dari foto yang ia temukan saat menyelidiki Reza. Pria itu adalah Rendy, saudara dari salah satu wanita yang menjadi korban Reza. Dengan nada yang penuh kebencian, Rendy menuduh Reza melakukan berbagai kejahatan dan menuntut pertanggungjawaban.
Alya merasa cemas. “Rendy, apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya dengan suara bergetar.
Rendy mengabaikan pertanyaan Alya dan melanjutkan tuduhannya terhadap Reza. “Dia bukan hanya menipu wanita, tapi juga melakukan kejahatan finansial. Dia mencuri uang dari para korban untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah.”
Alya merasa dunianya runtuh. Semua hal yang ia curigai ternyata benar. Reza mencoba membela diri, tapi Alya sudah tidak ingin mendengar lagi. Dengan cepat, Reza melarikan diri keluar dari apartemen, meninggalkan Alya dan Rendy dalam keheningan yang canggung.
Setelah kejadian itu, Alya memutuskan untuk tidak terlibat lagi dengan Reza. Ia mengganti nomor teleponnya dan pindah ke kota lain, berusaha memulai hidup baru. Perlahan, ia mulai melupakan Reza dan semua yang telah terjadi.
Namun, enam bulan kemudian, ketika hidupnya sudah mulai stabil, Alya bertemu dengan seorang pria baru bernama Andi. Andi sangat berbeda dari Reza. Dia tenang, sabar, dan selalu menghargai Alya. Mereka mulai menjalin hubungan, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Alya merasa bahagia.
Tetapi, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama di sebuah restoran, Alya menerima sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. “Kamu pikir kamu bisa lari dariku, Alya?”
Alya merasakan ketakutan yang sama seperti enam bulan yang lalu. Andi melihat ekspresi Alya yang berubah dan menanyakan apa yang terjadi. Alya menjelaskan semuanya kepada Andi, tentang Reza dan masa lalunya yang penuh kegelapan.
Andi menggenggam tangan Alya dengan lembut, memberikan dukungan. “Kita akan hadapi ini bersama,” katanya dengan suara tenang.
Namun, saat mereka bersiap untuk pergi, pintu restoran terbuka, dan di sana berdiri Reza. Senyumnya yang licik membuat Alya merasa mual. Dia tidak percaya bahwa Reza benar-benar menemukannya lagi.
Reza mendekati mereka dengan tenang. “Alya, aku datang untuk menebus kesalahanku,” katanya dengan nada yang seolah-olah dia benar-benar tulus.
Andi segera berdiri di antara Alya dan Reza. “Apa yang kamu inginkan, Reza?”
“Aku hanya ingin kembali ke hidupnya. Lagi pula, kita semua layak mendapatkan kesempatan kedua, bukan?”
Alya merasakan amarah dan ketakutan bercampur dalam dirinya. Ia berdiri dan, dengan suara tegas, berkata, “Tidak, Reza. Aku tidak akan jatuh ke dalam permainanmu lagi. Hidupku bukan untuk kamu permainkan.”
Reza terdiam, tidak menyangka Alya akan sekuat itu. Sebelum Reza bisa berkata apa-apa lagi, Alya menarik tangan Andi dan berjalan pergi dari restoran.
Di luar restoran, udara malam terasa dingin. Alya dan Andi berjalan cepat, berusaha menjauh dari bayang-bayang Reza. Namun, perasaan takut masih menggelayuti pikiran Alya.
“Aku tidak bisa percaya dia menemukanku lagi,” gumam Alya, suaranya bergetar.
Andi merangkul Alya erat. “Kamu aman bersamaku. Aku tidak akan membiarkan dia menyakitimu lagi.”
Tapi malam itu, Alya tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi oleh kenangan masa lalu dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Ia terjaga sampai pagi, mencoba mencari cara untuk mengakhiri semua ini.
Beberapa hari kemudian, Alya menerima pesan lain dari nomor tak dikenal. Tapi kali ini, pesan itu bukan dari Reza. “Andi tidak seperti yang kamu kira. Berhati-hatilah,” begitu bunyi pesan itu.
Alya terkejut. Siapa yang mengirim pesan ini? Dan kenapa Andi yang sekarang dipertanyakan? Alya merasa dunia ini semakin kacau. Dia mulai merasa tidak aman bahkan di dekat Andi, pria yang baru ia kenal dan percayai.
Alya memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh. Dia mulai mencari informasi tentang Andi di internet, mencoba menemukan apa pun yang bisa membuktikan atau menyangkal kekhawatirannya. Yang mengejutkan, ia menemukan sebuah artikel lama tentang penipuan finansial yang melibatkan seorang pria bernama Andi dengan ciri-ciri yang sangat mirip dengan Andi, pacarnya.
“Apa ini benar?” Alya bertanya pada dirinya sendiri. “Apakah aku jatuh ke dalam perangkap yang sama lagi?”
Dengan hati yang penuh kekhawatiran, Alya memutuskan untuk bertanya langsung pada Andi. Ketika mereka bertemu di sebuah kafe sore itu, Alya langsung menatap Andi dengan tatapan penuh kecurigaan.
“Ada apa, Alya?” tanya Andi, terlihat bingung.
“Aku ingin tahu yang sebenarnya, Andi. Apakah kamu pernah terlibat dalam kasus penipuan?” tanyanya, suaranya tegas tapi gemetar.
Andi tampak terkejut. “Dari mana kamu mendengar itu?”
“Aku menemukan artikel lama. Dan setelah apa yang terjadi dengan Reza, aku tidak bisa begitu saja percaya pada siapa pun,” jawab Alya.
Andi menghela napas panjang. “Baiklah, aku akan jujur padamu. Aku memang pernah terlibat dalam kasus penipuan beberapa tahun lalu, tapi aku sudah menebus kesalahanku. Aku bukan orang yang sama lagi.”
Alya merasa dunia berputar di sekelilingnya. “Kenapa kamu tidak bilang dari awal?”
Andi menundukkan kepala. “Karena aku takut kamu akan meninggalkanku. Aku benar-benar peduli padamu, Alya. Aku ingin memulai hidup baru bersamamu.”
Namun, sebelum Alya bisa merespons, ponselnya berdering. Kali ini, nomor yang muncul adalah nomor Reza. Dengan ragu, Alya mengangkatnya.
“Hei, Alya. Aku tahu kamu mungkin tidak percaya padaku lagi, tapi aku harus memperingatkanmu,” suara Reza terdengar serius. “Andi berbahaya. Dia lebih buruk dari aku. Dia menargetkanmu karena dia tahu aku pernah dekat denganmu. Dia pikir dia bisa mendapatkanku melalui kamu.”
Alya merasa tubuhnya menggigil. “Apa maksudmu?”
“Aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Tapi percayalah padaku, Alya. Kamu harus menjauh dari Andi,” kata Reza sebelum menutup telepon.
Alya menatap Andi dengan pandangan penuh ketakutan dan kebingungan. “Apa maksud semua ini, Andi? Apa yang kamu inginkan dariku?”
Andi mencoba mendekatinya, tapi Alya mundur. “Jangan dekati aku!” teriaknya.
“Andi, apa yang sebenarnya terjadi?” tuntut Alya, hatinya dipenuhi kecurigaan.
Andi tampak gelisah. “Alya, aku bisa jelaskan. Tapi kita harus pergi dari sini dulu. Aku akan memberitahumu semuanya di tempat yang lebih aman.”
“Aku tidak akan pergi ke mana-mana sampai kamu jelaskan sekarang!” bentak Alya.
Namun, sebelum Andi bisa menjawab, seorang pria tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Ternyata, Rendy telah mengikuti Alya sejak dia menerima pesan pertama dari Reza.
“Andi, aku tahu apa yang kamu lakukan,” kata Rendy dengan nada penuh kemarahan. “Kamu dan Reza adalah tim. Kalian berdua telah menargetkan Alya sejak awal.”
Alya merasa seakan-akan tidak bisa bernapas. “Apa? Kalian berdua… bekerja sama?”
Reza tiba-tiba muncul dari bayangan, matanya memandang tajam ke arah Andi. “Kamu kira kamu bisa memainkanku, Andi? Alya bukan permainan yang bisa kita permainkan. Aku sudah berubah, dan aku ingin memperingatkannya tentang kamu!”
Alya merasa tubuhnya melemas. “Jadi ini semua hanya permainan untuk kalian berdua?”
Andi dan Reza saling menatap dengan kebencian yang membara. “Alya, dengarkan aku,” Reza memohon. “Aku benar-benar peduli padamu. Aku tahu aku telah melakukan kesalahan di masa lalu, tapi aku tidak ingin kamu menjadi korban lagi.”
Andi tertawa sinis. “Jangan dengarkan dia, Alya. Dia hanya ingin kamu kembali ke dalam permainannya. Aku satu-satunya yang bisa kamu percayai.”
Alya, merasa bingung dan terjebak, mengambil napas dalam-dalam. “Tidak, aku tidak bisa mempercayai salah satu dari kalian!” Ia berbalik dan mulai berlari menjauh, meninggalkan Andi, Reza, dan Rendy berdiri dalam kebingungan.
Malam itu, Alya menyadari satu hal: bahwa terkadang, takdir dan karma bekerja dengan cara yang misterius. Mungkin ini adalah cara alam semesta untuk mengajarinya tentang kepercayaan dan cinta sejati. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi menjadi korban tipu daya orang lain. Dia akan belajar mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mencari cinta dari orang lain.
Saat Alya berjalan pulang, dia merasakan angin malam yang dingin menyapu wajahnya, seolah mengingatkan bahwa hari esok adalah kesempatan baru, bebas dari bayang-bayang masa lalu.
–Tamat–