Masukan nama pengguna
Sora menjalani hubungan dengan teman semasa waktu sekolah, pria itu bernama Dimas. Mereka di pertemukan pada medsos, awalnya Sora mengabaikan pesan-pesan dari Dimas, saat itu Sora sedang menjalani dengan seorang pemuda bernama Riki, namun Sora di khianati oleh Riki dan sahabatnya mereka menjalani hubungan di belakang Sora, hatinya hancur berkeping-keping oleh orang-orang yang dia sayangi, akhirnya Sora meminta putus dengan Riki. Sora merelakan Riki dengan sahabatnya.
Sejak putus dengan Riki, Sora tidak ingin menjalani hubungan dengan pemuda manapun. Selama 6 bulan Sora tidak menjalani hubungan dengan pemuda. Kedua orang tua Sora selalu menanyakan hubungannya dengan Riki, mereka berharap anaknya menikah dengan Riki, akhirnya Sora bercerita kepada kedua orang tuanya kalau mereka telah putus sejak 6 bulan yang lalu, kedua orang tua Sora menerima Keputusan Sora dengan mengakhiri hubungannya dengan Riki dan mengatakan kepada anaknya mereka tidak berjodoh.
Hari demi hari … Bulan demi bulan …. Sora menjalani kehidupannya dengan lancar. Suatu ketika Sora sedang membuka medsos, lalu melihat ada pemberitahuan.
“Siapa yang mengirimku pesan?”Sora berkata sendiri sambil membuka pemberitahuan pada medsosnya.
“Hallo, kamu Sora Camelia?”pesan dari seseorang.
Sora membaca pesan tersebut, namun dia tidak tertarik dengan membalasnya. Dia mengabaikan pesan tersebut.
Selama dua bulan Sora tidak membuka medsos kesibukannya dalam bekerja sangat menyita waktunya, dia bekerja di sebuah salon yang di penuhi banyak pelanggan.
Saat ini Sora sedang libur, karena dia sebelumnya telah menggantikan jam kerja temannya yang sedang sakit. Sora membuka medsosnya, lalu melihat ada pemberitahuan kembali.
Lagi dan lagi seseorang mengirimkan pesan kepada Sora bahkan jumlahnya lebih banyak dari 2 bulan yang lalu. Sora sangat penasaran yang selalu mengirimkan pesan di medsosnya, dia melihat medsos seseorang tersebut.
“Dia?seperti ku kenal.”Sora berkata sendiri.
Sora ingin memastikan apa yang di pikirkannya bahwa mengenal sosok yang selama ini mengiriminya pesan.
“Saya seperti mengenalmu setelah melihat foto pada medsosmu.”balasan pesan Sora.
“Iya, benar sekali, kamu mengenalku.”balasan pesan seseorang.
“Saya akan mengingatkanmu Sora, aku adalah Dimas. Kamu ingat?”balasan pesan Dimas.
“Apaa ! kamu Dimas.”balasan pesan Sora terkejut. “Iya, sepertinya kamu kaget, kenapa?”balasan pesan Dimas. “Kamu berbeda sekali.”balasan pesan Sora. “Sama sepertimu juga berbeda.”balasan pesan Dimas.
Mereka menghabiskan waktu saling berbalas pesan di medsos tersebut, Sora dan Dimas bernostalgia semasa waktu sekolah.
Hari berganti Minggu …. Minggu berganti Bulan …. Bulan berganti Tahun …. Sora dan Dimas telah menjalani hubungan selama 2 tahun lamanya, suatu ketika Dimas memiliki niat baik kepada Sora yang akan mengakhiri hubungannya dengan pernikahan, dia sudah berbicara dengan Bapak Sora meminta izin untuk menikahi anaknya dalam waktu dekat, namun dia membutuhkan Kerjasama dengan Bapak Sora untuk memberikan kejutan kepada Sora pada acara lamaran, Bapak Sora menyetujui dengan ide Dimas, sementara Ibunya Sora dan Sora sedang menyiapkan hidangan untuk Dimas, mereka tidak mengetahuinya.
Bapak kepikiran dengan acara kejutan Dimas untuk melamar Sora, akhirnya dia memberitahukan kepada Ibu Sora tentang lamaran Dimas kepada Sora. Bapak Sora tidak sampai hati melihat anaknya terlihat jelek di depan Dimas dan kedua orang tuanya karena acara lamaran dadakan tersebut, maka dia mengatur rencana dengan Ibu Sora.
Dimas mendatangi rumah Sora dengan membawa kedua orang tuanya, dia ingin memberikan kejutan kepada Sora di pagi hari untuk melamarnya, selama perjalanan ke rumah Sora, Dima hantinya berbunga-bunga tak sabar dirinya melamar pujaan hati. Sementara situasi di rumah Sora, kedua orang tuanya sudah sibuk menyiapkan hidangan untuk menyambut pertemuannya dengan Dimas dan kedua orang tuanya.
Tap … Tap .. suara langkah kaki menaiki satu per satu anak tangga …
“Soraaaaa …. Bangun …. “Panggi Ibu Sora sambil mengetuk pintu kamar Sora.
Sora terbangun dengan terkejut, dia mendengar panggilan Ibunya sangat kencang.
Kreek … Suara pintu terbuka …
“Ada apa Ibu ?”tanya Sora. “Cepat kamu bersiap, hari ini aka nada tamu.”Ibu Sora berkata. “Tamu? Siapa?”tanya Sora. “Sudah jangan banyak tanya.”jawab Ibu Sora. “Baiklah, aku akan bersiap.”ucap Sora. “Ibu turun duluan, kamu jangan lupa dandan yang cantik.”ucap Ibu pamit.
“Baiklah.”Sora memilih untuk menurut kepada Ibunya. Sora menutup pintu kamarnya kembali, lalu dia segera bersiap. “Tamu pagi-pagi yang mengganggu waktu istirahatku.”gerutu Sora.
Sora baru pulang malam hari, karena salon sedang ramai pelanggan berdatangan tidak ada hentinya, sehingga karyawan di haruskan lembur.
Tiga puluh menit kemudian ….
Sora menghabiskan waktu untuk bersiap selama tiga puluh menit, dia menuruti ucapan Ibunya berdandan cantik dengan menggunakan riasan makeup dan gaun. Sora bercermin, lalu memutarkan badannya ke kanan, lalu ke kiri bagaikan Cinderella yang ingin menemui sang pangeran.
“Kenapa aku sangat senang sekali di suruh Ibu untuk berdandan cantik seperti ini?”Sora bertanya dalam hati.
Dimas dan kedua orang tuanya sudah sampai di rumah Sora. Sementara Ayah dan Ibu Sora sudah berada di depan teras rumah untuk menyambut kedatangan tamu spesialnya.
“Mari … Mari masuk …”ucap Bapak Sora.
Dimas dan kedua orang tuannya memasuki rumah Sora.
“Bu, Sora sudah siap belum?”tanya Bapak Sora dengan nada berbisik. “Ibu lihat dulu ke kamarnya, Bapak tolong temani tamu.”ucap Ibu Sora. “Iya.”ucap Bapak Sora.
Ibu Sora pun pergi meninggalkan tamu, dia segera menaiki anak tangga bertujuan untuk ke kamar sang anak.
Tok … Tok … suara ketuka pintu …
Sora mendengar suara ketukan pintu kamar, dia segera membukanya.
“Kamu sudah siap?”tanya Ibu Sora. “Lihatlah, Bu.”ucap Sora. “Wah. Kamu sangat cantik.”ucap Ibu Sora mengagumi anaknya.
“lho, memangnya sebelumnya Sora tidak cantik.”ucap Sora dengan biibir mengerucut.
“Sudah … Sudah itu bibir jangan cemberut begitu, nanti jadi hilang cantiknya.”ucap Ibu Sora.
Sora tersenyum kecut….
“Memangnya hari ini siapa yang bertamu, sehingga aku harus berdandan seperti ini?”tanya Sora kepada Ibunya.
“Nanti kamu juga akan tahu sendiri.”ucap Ibu Sora. “Ayo, kita turun sekarang.”ajak Ibu Sora. “Baiklah.”ucap Sora keluar dari kamar dengan menutup pintu.
Tap … Tap … suara langkah kaki menuruni satu per satu anak tangga …
Ibu Sora menuruni anak tangga dengan cepat, sementara Sora menuruni anak tangga tersebut dengan menganyunkan kaki secara anggun, dia sedang memakai gaun agar tidak terjatuh dari tangga tersebut.
Dimas yang melihat ada seorang perempuan yang muncul dari sebuah tangga, sosok itu semakin jelas di lihat, tiba -tiba Dimas berdiri mengagumi kecantikan seorang perempuan yang bernama Sora yaitu pujaan hatinya.
Sora telah tiba di lantai bawah kedua telinganya mendengar adanya keramaian pada ruang tamu, dia mendekat ke ruangan tersebut.
“Lho kok ada Dimas di sini, lalu di sampingnya itu mereka siapa?”tanya Sora dalam hati.
“Sora sini , sayang.”panggil Bapak Sora. “Ada apa ini, Pak?”tanya Sora dengan nada pelan. “Ayo, kamu duduk dulu di samping Ibumu.”ucap Bapak Sora.
Sora menuruti ucapan Bapaknya, dia segera duduk di samping Ibunya.
“Sayang, Dimas hari ini datang bersama kedua orang tuanya ingin bersilahturahmi.”ucap Bapak Sora.
“Berarti tamu yang di maksud Ibu adalah Dimas dan kedua orang tuanya?”tanya Sora sambil melirik Bapak dan Ibunya.
“Iya, Dimas sengaja ingin memberikan kejutan kepada anak Bapak yang cantik ini.”ucap Bapak Sora.
“Kamu kok tidak bilang dulu sama aku, Dim.”ucap Sora. “Jika aku bilang dulu, maka bukan kejutan namanya.”ucap Dimas.
“Baiklah, kita mulai acaranya, karena anak saya sudah mengetahui acara hari ini.”ucap Bapak Sora.
“Silahkan, Nak Dimas perkenalkan diri dan kedua orang tuanya kepada kami dengan maksud dan tujuannya datang kemari.”ucap Bapak Sora.
“Assalamualaikum..”Salam Dimas. “Waalaikum salam.”Bapak Sora membalas salam dari Dimas.
“Saya Dimas Suratan dan kedua orang tua datang ke rumah Bapak dan Ibu Sora maksud dan tujuan kami ingin bersilahturahmi untuk mempererat hubungan keluarga saya dan Sora, selain bersilahturahmi saya memiliki niat baik kepada Sora pada hari ini ingin melamarnya. Terima kasih”ucap Dimas.
“Apaa? Melamar?Aku tidak salah mendengarkan?”Sora bertanya dalam hati.
“Terima kasih atas kejujurannya yang telah di sampaikan oleh Nak Dimas.”ucap Bapak Sora.
“Semua keputusan Bapak akan serahkan kepada Sora, jadi bagaimana kamu menerima lamaran Dimas?”tanya Bapak Sora kepada sang Anak.
Sora yang di tanya seperti itu melirik ke arah Bapak dan Ibunya seakan ingin meminta pendapatnya.
“Sora, apakah kamu masih meragukan cintaku?”Dimas bertanya kepada Sora.
Sora terdiam sejenak, lalu berkata “Ini terlalu dadakan.”
“Nak, apakah kamu membutuhkan waktu untuk memberikan jawaban atas lamaran ini?”tanya Bapak Sora.
“Bolehkah, saya meminta waktu dalam satu bulan untuk menjawabnya.”ucap Sora melihat ke arah Dimas.
“Huft, baiklah jika kamu membutuhkan waktu, saya kasih waktu kurang dari satu bulan, gimana?”tanya Dimas sambil menghela napas.
“Oke.”ucap Sora menyetujuinya.
“Baiklah, acara lamaran ini masih menunggu keputusan dari Sora. Mari kita makan untuk menghilangkan ketegangan.”ucap Bapak Sora.
Ibu Sora paham dengan maksud pembicaraan suaminya, dia segera beranjak dari sofa kemudian mengajak kedua orang tua Dimas.
“Ayo, Bapak dan Ibu Dimas, Mari cicipi hidangannya.”ajak Ibu Sora.
Kedua orang tua Dimas beranjak dari sofa, lalu mengikuti Ibu Sora ke ruang makan.
“Nak, kamu juga cicipi hidangan kami.”ajak Bapak Sora kepada Dinas.
“Baik, Pak.”ucap Dimas beranjak dari Sofa.
Sementara Sora duduk terdiam, dia sedang berpikir untuk menerima lamar Dimas atau menolaknya, hatinya antara senang, namun memiliki keraguan.
Puk … “Ayo, temani keluarga Dimas, jangan melamun di sini.”ucap Ibu Sora sambil menepuk bahu Sora.
“Baik, Bu.”ucap Sora.
“Nanti kita bicarakan hal ini, sekarang kita hormati dulu keluarga Dimas yang sudah datang ke rumah.”ucap Ibu Sora dengan nada berbisik di telinga Sora.
Sora menjawabnya dengan menganggukan kepala.
Ibu Sora berjalan duluan, sementara Sora mengikuti Ibunya dari belakang menuju ruang makan.
Bapak melihat anaknya telah datang, lalu berkata “Ayo, sini, Nak.”ajak Bapak Sora.
Sora pun duduk disamping kanan Ibunya, sedangkan Ibu Sora duduk di samping kiri Bapak Sora.
Keluarga Dimas dan Sora memulai makan bersama dalam ruang makan tersebut terdapat rasa canggung kepada keldua keluarga tersebut, namun berbeda hal yang di pikirkan oleh Dimas, dia merasa cemas jika pujaan hatinya menolak lamaran tersebut.
Bapak Dimas berkata dengan nada pelan kepada Dimas”Sudah jangan di pikirkan, wanita memang selalu butuh waktu untuk menjawab hal tersebut, tak usah terburu-buru.”
“Baiklah.”ucap Dimas dengan nada pelan kepada Bapaknya.
Pagi menjadi Siang … Siang menjadi Sore … tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Dimas dan kedua orang tuanya pamit pulang kepada keluarga Sora.
“Terima kasih atas hidangannya, Bapak dan Ibu Sora.”ucap Bapak Dimas.
“Tak perlu sungkan, memang seharusnya kami menyiapkan hidangan untuk tamu yang datang ke rumah.”ucap Bapak Sora.
“Semoga kita dapat menyatukan Sora dan Dimas.”ucap Bapak Dimas.
“Saya serahkan keputusan semua kepada Sora, jika mereka berjodoh maka akan di satukan dalam pernikahan.”ucap Bapak Sora.
“Benar, Pak. Baiklah kami pamit.”ucap Bapak Dimas pamit kepada keluarga Sora.
Keluarga Dimas pergi meninggalkan wilayah perumahan keluarga Sora.
***
Satu Minggu kemudian ….
Bapak dan Ibu Sora sedang berada di ruang keluarga, lalu Sora datang menghampiri kedua orang tuanya.
“Ada apa, Nak?”tanya Ibu Sora kepada anaknya. “Bu, Pak, Sora ingin menjawab lamaran Dimas.”jawab Sora.
“Kamu sudah yakin dengan Dimas?”tanya Bapak Sora. “Iya, aku yakin dengan Dimas bisa menjadi imam untukku kelak.”ucap Sora.
“Baiklah, jika kamu sudah yakin, silahkan kamu undang Dimas ke rumah untuk memberikan jawabanmu itu.”ucap Bapak Sora.
Sora segera beranjak dari ruang keluarga, dia ingin mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada Dimas.
Ting …. Notifikasi pesan dari Sora ….
“Assalamualaikum, Dim.”salam dari Sora.
“Waalaikum salam, ada apa Sora?”balasan pesan dari Dimas.
“Bisakah kamu main ke rumah, aku ingin menberikan jawaban dari pertanyaanmu satu minggu yang lalu.”pesan dari Sora.
“Baik, sehabis pulang kerja, aku akan ke rumahmu.”balasan dari pesan Dimas.
Matahari sudah tak nampakan cahaya , malam pun akan tiba …
Dimas baru menyelesaikan pekerjaan kantornya, dia melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 7 malam segera bergegas meninggalkan ruang kerja, karena ada janji akan datang ke rumah Sora pujaan hatinya, saat ini sudah berada di parkiran, lalu melajukkan motor meninggalkan kawasan kantor. Dimas menghabiskan waktu dalam perjalanan selama tiga puluh menit menuju Kawasan rumah Sora.
Tok .. Tok .. Tok .. suara ketukan pintu di rumah Sora …
Keluarga Sora berada di ruang televisi sedang menonton bersama.
“Pak, sepertinya ada yang mengetuk pintu.”ucap Ibu Sora.
“Biar Bapak yang membuka pintunya.”ucap Bapak Sora.
Bapak Sora beranjak dari sofa ruang televisi, lalu datang menghampiri ruang tamu, kemudian dia membuka pintu tersebut.
“Dimas …”panggil Bapak Sora.
Dimas membalikkan badan, sebelumnya dia akan menghubungi Sora bahwa sudah berada di depan rumahnya.
“Assalamualaikum, Pak.”salam Dimas.
“Waalaikum salam, mari masuk.”jawab Bapak Sora.
Dimas segera melepaskan sepatunya, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah Sora.
“Pasti ingin bertemu Sora.”ucap Bapak Sora.
“Benar, Pak.”jawab Dimas.
“Baik,Bapak panggilkan terlebih dahulu ya.”ucap Bapak Sora.
“Hampir saja lupa, silahkan duduk, Nak.”ucap Bapak Sora.
Dimas duduk pada sofa ruang tamu, sementara Bapak Sora memanggilkan Sora.
“Nak, di ruang tamu sedang ada Dimas, temui sana.”ucap Bapak Sora.
“Baik, Pak. Aku ganti baju dulu ya.”ucap Sora.
“Bu, tolong buatkan minuman dan bawa makanan ringan ke ruang tamu ya.”ucap Bapak Sora.
“Iya, Pak.”ucap Ibu Sora.
“Baoak temani Dimas dulu ya.”ucap Bapak pamit.
Ibu Sora segera ke dapur membuatkan minuman untuk Bapak Sora dan Dimas beserta menyiapkan makanan ringan.
Sora segera berlari ke lantai atas untuk berganti baju agar Dimas tidak lama menunggu.
Ibu Sora sudah selesai membuat minuman, lalu dia datang menghampiri Bapak Sora dan Dimas dengan membawa nampan yang berisi makanan ringan dan minuman.
“Silahkan Nak di minum dulu.”ucap Ibu Sora sambil memberikan minuman kepada Dimas.
“Terima kasih, Bu.”ucap Dimas.
“Bu, Sora sudah siap?”tanya Bapak Sora.
“Sebentar lagi, Pak.”ucap Ibu Sora.
“Maklum ya Nak, namanya juga perempuan jika bersiap agak sedikit lama.”ucap Ibu Sora.
“Iya, Bu.”ucap Dimas.
Sora menuruni anak tangga dengan melangkahkan kaki dengan cepat, dia segera ke ruang tamu.
“Assalamualaikum, Dimas.”salam Sora.
Kepala Dimas mendongak ke atas, lalu menjawab salam dari Sora “Waalaikum salam.”
“Sini, Nak, sampin Ibu.”ucap Ibu Sora.
Sora melangkah menuju sofa samping Ibunya.
“Apa kabar kamu?”tanya Dimas melihat ke arah Sora.
“Alhamdullilah Baik.”jawab Sora.
“Kita langsung saja ya, Dim, waktu sudah semakin larut, nanti kamu pulang kemalaman.”ucap Sora.
“Baiklah.”ucap Dimas.
“Maksud aku mengundang kamu datang ke rumah, aku ingin memberikan jawaban perihal lamaran kamu itu.”ucap Sora.
“Kamu sudah ingin menjawab sekarang, bukankah waktunya satu bukan?”tanya Dimas.
“Aku siap untuk menjawabnya sekarang.”jawab Sora.
“Baik, jadi apa jawabanmu itu, aku ingin mendengarnya.”ucap Dimas.
Sora menarik napas dengan panjang untuk menjawab jawaban dari pertanyyan Dimas, lalu berkata “Bismillah, aku terima lamaranmu.”
“Kamu Serius?”tanya Dimas.
“Serius.”jawab Sora.
“Terima kasih, Sora.”ucap Dimas dengan senyum mengembang.
“Aku akan memberitahukan Bapak dan Ibu perihal jawabanmu ini.”ucap Dimas.
“Sora sudah menjawabnya, kamu nanti datang kembali dengan kedua orang tuamu untuk menntukan tanggal pernikahan kamu dan Sora.”ucap Bapak Sora.
“Baik, Pak.”ucap Dimas.
“Nak, sekarang minum dan cicipi makanan ringannya, kamu butuh perjalanan yang lama untuk ke rumah kami.”ucap Ibu Sora.
“Baik, Bu.”ucap Dimas.
Dimas di rumah Sora telah menghabiskan waktu sekitar satu jam lamanya, dia melihat jam di tangannya jarum jam telah menunjukkan pukul 10 malam.
“Pak, Bu, Sora, Saya pami pulang sudah malam.”Dimas pamit.
“Baik, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk ke rumah.”ucap Bapak Sora.
“Saya tidak keberatan datang kemari untuk mendengar jawaban dari Sora. Saya pamit dulu, Assalamualikum.”ucap Dimas sambil melangkah keluar dari rumah Sora.
“Waalaikum salam.”jawab Bapak Sora.
Dimas pun pergi dengan melajukkan motor meninggalkan Kawasan rumah Sora.
Sepanjang perjalanan Dimas hatinya berbunga – bunga telah di terima oleh Sora pujaan hatinya.
Satu jam perjalanan Dimas menghabiskan waktunya di jalan menuju rumah. Saat ini Dimas sudah berada di halaman rumahnya, dia memakirkan motornya, lalu masuk ke dalam rumah.
“Assalamualaikum.”salam Dimas.
Dimas melihat ke sekeliling dalam rumahnya tidak ada orang, namun pintu tidak terkunci, dia segera mengunci pintu rumahnya.
Dimas segera menaiki anak tangga rumah, karena letak kamarnya berada di lantai dua, dia membuka pintu kamarnya, lalu menutupnya kembali bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri tubuhnya sudah terasa lengket seharian terkena debu.
Lima belas menit kemudian Dimas membuka pintu kamar mandi dengan pakaian lengkap tidurnya, dia melewatkan hari yang lelah namun menyenangkan dengan mendengar jawaban dari Sora. Dimas mengantuk segera pergi tidur untuk bermimpi indah.
“Pak, sudah mengunci pintu rumah?”tanya Ibu Dimas.
“Saya cek dulu, Dimas sudah pulang atau belum.”jawab Bapak Dimas beranjak dari tempat tidur.
Bapak Dimas berjalan menuju pintu rumah, lalu mengecek pintunya sudah terkunci.
“Dimas sudah pulang toh.”Bapak Dimas berkata sendirian. Lalu berjalan kembali ke kamar.
“Gimana, Pak?”tanya Ibu Dimas.
“Sudah di kunci, tenang saja.”jawab Bapak Dimas.
“Sekarang kita tidur.”ucap Ibu Dimas.
Bapak dan Ibu Dimas pun beristirahat.
***
Cahaya matahari menyelinap di sela – sela jendela, Sora membuka tira jendela kamar agar udara masuk memenuhi seluruh ruangan.
Sora melamun sejenak di depan jendela yang telah di bukanya, lalu berkata di dalam hati “Semoga aku benar dengan keputusan semalam.” Menghela napas panjang.
Tok .. Tok .. Tok .. suara ketukan pintu kamar Sora.
“Ra, kamu sudah bangun?”tanya Ibu Sora sambil mengetuk pintu.
“Sudah, masuk saja, Bu.”jawab Sora.
Ibu Sora pun masuk ke dalam kamar.
“kamu tidak bekerja hari ini?”tanya Ibu Sora.
“Aku sedang ambil jatah libur, Bu.”jawab Sora.
“Oh .. begitu.”ucap Ibu Sora.
“Ada apa, Bu?”tanya Sora.
“Ibu Kira kamu bolos kerja.”ucap Ibu Sora.
“Imana ada akau bolos kerja, nanti aku tidak gajian.”ucap Sora.
“Kalau begitu kita sarapan bersama Bapak.”ucap Ibu Sora.
“Baik, Ibu duluan saja, aku mau cuci wajah dulu.”ucap Sora.
“Oke, Ibu tunggu di meja makan, jangan lama-lama lho ada Bapak tidak enaka terlalu lama menunggu.”ucap Ibu Sora.
“Iya, Ibuku sayang.”ucap Sora.
Ibu Sora segera pergi dari kamar Sora, lalu menutup pintunya. Sementara Sora bergegas ke kamar mandi hanya untuk mencuci wajah dan menggosok gigi, tidak membutuhkan waktu lama Sora segera keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah untuk makan bersama dengan kedua orang tuanya.
“Selamat pagi, Bapak.”ucap Sora.
“Pagi, Nak.”ucap Bapak Sora.
“Selamat pagi, Bu.”ucap Sora.
“Pagi, Anak Ibu yang cantik.”ucap Ibu Sora.
“Ah, Ibu bisa saja pagi – pagi sudah memuji Sora.”ucap Sora dengan pipi merona.
“Ini sarapanmu.”ucap Ibu Sora memberikan satu piring berisi nasi goreng ati ayam.
“Terima kasih, Bu.”ucap Sora menerima piring tersebut dari Ibunya.
“Ayo, kita mulai berdoa sebelum makan atas nikmat pagi hari ini.”ucap Bapak Sora.
Suasana pada ruang makan hening hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang mengadu, Sora dan keluarganya menikmati masakan buatan Ibu Sora.
Sepuluh menit kemudian, orang pertama yang selesai makan yaitu Sora, lalu berkata”Pak, Bu, Sora duluan.”
“Iya, Nak.”ucap Ibu Sora.
Sora berlalu sambil membawa piring kotornya ke dapur, kemudian di cucinya, setelah itu dia menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Kring … Kring … Kring … ponsel berdering, Sora langsung menggeser tombol hijau dan mengangkat telepon tersebut.
“Halo, Ra, kamu libur hari ini ?”tanya Erika selaku teman Sora.
“Libur, Er.”jawab Sora.
“Kita jalan-jalan, Yuk !” ajak Erika.
“Kemana?”tanya Sora.
“Heemm nonton, makan atau perawatan diri, kemana aja yang penting jalan.”jawab Erika.
“Kamu jemput aku ya, Er.”ucap Sora.
“Iya, sekitar jam 10 ya, jika siang perginya pasti matahari sudah terik banget.”ucap Erika.
“Oke, kalau begitu aku bersiap.”ucap Sora.
“Ra, masih ada waktu dua jam lagi, kamu mau luluran dulu begitu?”tanya Erika.
“Ide bagus tuh, he .. he.”jawab Sora tertawa kecil.
“Terserah kamu deh, aku nanti jemput jam 10, oke.”ucap Erika.
“Oke.”ucap Sora.
“Baiklah, aku tutup dulu ya, sampai ketemu nanti.”ucap Erika.
“Iya.”ucap Sora.
Tut … !
Telepon antara Sora dan Erika berakhir.
Sora melihat jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi,
“Lebih baih sekarang aku membersihkan diri lumayan untuk luluran dulu.”ucap Sora.
***
Dimas di pagi hari tergesa- gesa menuruni anak tangga, di karenakan dia bangun kesiangan untuk berangkat ke kantor.
“Selamat pagi, Pak, Bu.”ucap Dimas menyapa kedua orang tuanya.
“Pagi, Nak.”ucap Bapak Dimas.
“Kamu tidak sarapan?”tanya Ibu Dimas.
“Tidak, Bu, aku sudah kesiangan buat berangkat ke kantor.”ucap Dimas.
Ibu Dimas berlalu mengambil kotak bekal makanan untuk di bawa oleh anaknya.
Dimas sedang memakai sepatunya di ruang tamu.
“Ini bekal makanan, jangan sampai kamu tidak sarapan.”ucap Ibu Dimas memberikan kotak makan.
“Terima kasih, Bu, aku berangkat kerja dulu.”ucap Dimas sambil mencium punggung tangan Ibunya.
“Assalamualaikum”Dimas berlalu dari ruang tamu.
“Waalaikum salam.”jawab Ibu Dimas.
Dimas segera menyalakan motornya, lalu pergi meninggalkan wilayah rumah.
Dimas membutuhkan waktu dalam perjalanan selama tiga puluh menit, biasanya dia membutuhkan waktu menuju kantornya selama satu jam disebabkan adanya kemacetan.
Dimas membelokkan motor ke dalam parkiran gedung perkantoran, setelah dia memakirkan motor segera menaiki lift menuju ruangannya.
Dimas berjalan menyusuri koridor kantor menuju ruangannya. Dimas sebelum masuk ruangan tidak lupa untuk absen masuk terlebih dulu. Dimas duduk di ruangannya dengan menaruh tas di atas meja, lalu membuka komputer untuk memulai bekerja.
Roki menghampiri meja Dimas, lalu berkata “Dim, lima menit lagi kita rapat dengan tim.” Dimas, berkata “Baiklah, aku selesaikan dulu laporannya.” Roki menjawabnya dengan menganggukan kepalanya, kemudian berlalu dari tempat Dimas.
Dimas segera menyelesaikan laporannya yang akan di bahas pada rapat nanti. Dimas adalah staf pemasaran di kantornya.
Sebuah suara menggema pada ruangan “Ayo teman – teman sudah waktunya kita rapat in sudah lewat dari lima menit ya.”itulah suara Roki.
Tim Roki segera beranjak dar bangkunya masing – masing, lalu berjalan menuju ruang rapat, kemudian mereka tidak lupa membawa buku kecil pada masing – masing agar dapat mencatat hasil rapat tersebut, begitupula dengan Dimas yang beranjak dari bangku, dia membawa laporan di tangannya.
Setelah memastikan semua tim sudah masuk pada ruang rapat, maka rapat pun bisa di mulai segera. Dua jam lamanya rapat pun selesai, para staf yang megikuti rapat satu per satu keluar dari ruangan tersebut. Dimas kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Satu jam Dimas masih fokus dengan pekerjaannya, sementara pegawai yang lain sudah ada yang beranjak dari tempat untuk makan siang bersama.
“Dimas … “panggil Roni teman satu kantor.
Dimas melirik ke arah Roni, lalu berkata “Ada apa ?” , Roni berkata “Kamu tidak makan siang ?” , Dimas mengingat pada pagi hari Ibunya memberikan bekal seharusnya untuk sarapan, namun tidak sempat di makan, maka dia berniat akan memakannya di siang hari. Dimas berkata “Aku makan siang di pantry saja.” , “Ya sudah ayo, kamu berhenti dulu kerjanya, nanti tidak sempat makan siang.”ajak Roni. Dimas pun mengunci komputernya, lalu membawa goodie bag yang di berikan Ibunya pada pagi hari, kemudian Roni dan Dimas berjalan beriringan menuju pantri.
Mereka memilih tempat yang tidak terlalu ramai. Dimas membuka goodie bag tersebut, kemudian mengeluarkan kotak makan tersebut, lalu di buka dengan perlahan. Roni melihat Dimas membuka kotak makan, lalu berkata“Kamu tidak menghangatkan makanannya.”, Dimas memegang kotak makan tersebut, lalu berkata “Tidak perlu, ternyata ini masih hangat.” Roni, berkata “Baiklah.” Mereka hening sejenak tidak ada obrolan, karena sudah memulai makan.
Dua puluh menit berlalu, mereka telah selesai makan. Roni, berkata “Aku duluan ya, biasa mau merokok dulu.”, “Baiklah.”ucap Dimas. Roni berlalu meninggalkan Dimas sendirian di ruang pantry. Sementara Dimas membereskan kotak makan, lalu kembali ke ruang kerja. Dimas mengirimkan pesan ke pujaan hatinya berupa perhatian kecil darinya, lalu dia menaruh kembali ponsel tersebut di atas meja.
***
Erika benar – benar menjemput Sora pada pukul 10 di rumah, saat ini Sora dan Erika sudah berada di sebuah Mall. Mereka menikmati waktu bersama di kala sedang libur kerja.
“Enak ya, jika ke Mall di hari kerja sepert ini tidak ramai.”ucap Erika.
“Iya, lebih leluasa.”ucap Sora.
“Kamu memangnya ingin menonton film yang bagaimana?”tanya Sora kepada Erika.
“Heemm film komedi aja yuk.”ajak Erika.
“Kamu sudah tahu jadwal filmnya?”tanya Sora.
“Tentu.”ucap Erika.
Sora dan Erika menaiki eskalator Mall menuju lantai bioskop. Mereka pun sudah berada di lantai bioskop, lalu Erika memesankan dua tiket untuk film komedi, sementara Sora menunggu Erika di luar antrian. Erika telah mendapatkan dua tiket nonton, lalu segera datang menghampiri Sora yang sedang menunggunya.
“Ini tiket buat kamu.”ucap Erika memberikan tiket kepada Sora.
“ini aku yang pegang kedua tiket ini?”tanya Sora.
“Iya, aku takut lupa.”ucap Erika terkekeh.
“Oke, aku taruh di dalam tas kecil ya, Er.”ucap Sora.
“Heemm.”Erika hanya berdehem.
“Kita sambil menunggu pintu teater di buka beli minum dulu yuk, aku haus.”ucap Erika.
“Ide bagus tuh, aku daritadi haus.”ucap Sora.
“Kenapa tidak bilang jika kamu haus.”ucap Erika.
“Aku kira sudah mulai masuk ke pintu teater.”ucap Sora.
“Ayo !”ucap Erika sambil menarik tangan Sora.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk ke tempat makan, saat ini Sora dan Erika sudah sampai, lalu melihat ke sekeliling.
“Gimana kalau kita beli boba saja?”tanya Erika.
“Boleh tuh, Yuk !”ucap Sora.
Sora dan Erika berjalan menyusuri booth – booth makanan dan minuman lainnya, lalu mereka pun sampai ke booth boba.
“Mas, pesan dua ya.”ucap Erika.
“Mau rasa apa, Ka?”tanya penjual boba.
“Kamu mau rasa apa, Ra?”tanya Erika kepada Sora.
“Mau rasa hazelnut topping pudding.”ucap Sora.
“Oke.”ucap Erika.
“Jadi gimana, Ka?”tanya penjual boba.
“Rasa sayang kamu sama aku ada?”tanya Erika bercanda kepada penjual boba.
“Waduh kakak bisa saja bercandanya.”jawab penjual boba sambil tersenyum.
“Nah ini serius, rasa hazelnut topping pudding satu, lalu rasa matcha topping kacang merah satu.”ucap Erika.
“Mau nambah, Ka?”tanya penjual boba.
“Senyummu terlalu manis, nanti akan mengalahkan rasa manis pada bobanya.”ucap Erika bercanda.
“Hus, kamu ini gombalin Mas nya saja.”ucap Sora menepuk bahu Erika.
“Kakaknya seru ya.”ucap penjual boba.
“Maaf ya, Mas, teman saya suka bercanda. Tapi jangan di bawa pulang teman saya langka.”ucap Sora terkekeh.
Penjual boba hanya tersenyum mendengar ucapan pembelinya.
“Berapa semua?”tanya Erika.
“Total jadi lima puluh ribu.”jawab penjual boba.
“ini Mas.”ucap Erika memberikan uang kepada penjual boba.
“Baik, tolong tunggu ya, Ka, minuman sedang di buatkan.”ucap penjual boba.
Sora dan Erika berlalu dari booth tersebut, mereka duduk tidak jauh dari booth tersebut. Suasana pada tempat makan belum ramai masih sepi, maka di dalamnya hanya ada beberapa pembeli.
“Atas nama Erika …”panggil penjual boba.
“Er, sepertinya boba pesanan kita sudah jadi.”ucap Sora.
Erika beranjak dari kursinya, lalu datang menghampiri booth penjual boba.
“Iya,Mas.”ucap Erika.
“Ini, Ka pesanannya dan silahkan ambil sedotan di sebelah kanan. Terima kasih.”ucap penjual boba.
“Baik, terima kasih.”ucap Erika mengambil pesanannya.
Erika pun kembali ke tempat semula, lalu memberikan pesanan Sora.
“Ini punya kamu.”ucap Erika memberikan satu gelas besar boba pesanan Sora.
“Terima kasih.”ucap Sora menerima dari Erika.
“Sama – sama.”ucap Erika.
Tuk … Tuk … Sora dan Erika menusukkan sedotan kepada minumannya masing – masing.
“Slurp .. Slurp … Slurp .. segarnya.”ucap Erika.
“Kamu sangat haus ya?”tanya Sora melihat Erika menyeruput minumannya dengan cepat.
“Bagaimana tidak haus di cuaca yang sangat terik ini.”jawab Erika.
“Aku tadi di rumahmu tidak sempat minum.”ucap Erika.
“Slurp .. Slurp … Slurp … rasa ini ternyata enak, lalu pas dengan topping puddingnya.”ucap Sora sambil menyeruput minumannya.
“Aku kira rasa minuman ini akan pahit, ternyata tidak. Perpaduan topping kacang merah dengan matcha adanya rasa gurih dan manis.”ucap Erika sambil mengunyah topping minumannya.
“Sehabis minuman ini habis, kita sudah masuk kembali ke bioskop lho.”ucap Erika.
“Heemm.”deheman Sora.
“Eh, tapi pelan – pelan saja minumnya tidak perlu terburu – buru, nanti tersedak.”ucap Erika takut Sora minumnya tergesa-gesa.
“Lihat minuman punyaku sudah setengahnya.”ucap Sora mengangkat gelas minumannya ke arah Erika.
“Aku sudah bilang pelan – pelan saja minumnya, Ra.”ucap Erika.
“Ini sudah pelan minumnya, wlee.”ucap Sora sambil menjulurkan lidahnya.
“Slurp .. Slurp … Sluuurrrp .. “Erika menyeruput minumannya dengan semangat agar cepat habis.
“Kalau tidak bisa sampai habis, gimana?”tanya Sora.
“Yah minumannya harus di tinggalkan, karena tidak bisa di bawa ke dalam.”ucap Erika.
“Yah sayang sekali jika sisanya masih banyak.”ucap Sora.
“Ayo habiskan minumannya.”ucap Erika.
“Sluuurp … Slurrrp … Slurrrrp …”Sora mengikuti Erika menyeruput minumannya dengan semangat.
“Perut menjadi kenyang setelah meminum boba ini.”ucap Sora.
“Benar katamu, ini sekaligus dapat menunda lapar.”ucap Erika.
“Akhirnya habis juga minuman ini.”ucap Sora senang, lalu menunjukkan kepada Erika.
“Mantap.”ucap Erika memberikan jempol kepada Sora.
Erika pun tak mau kalah dengan Sora segera menghabiskan minuman yang berukuran besar tersebut.
“Ayo, kita kembali ke bioskop.”ucap Erika.
“Ayo.”ucap Sora.
Sora dan Erika beranjak dari tempat makan, lalu berjalan menuju bioskop.
“Ra, kita ada di pintu teater berapa?”tanya Erika.
Sora mengambil tiket yang berada dalam tas kecilnya, lalu dia melihat di tiketnya tersebut.
“Pintu teater dua.”ucap Sora.
“Oke, ayo kita cari pintu teater dua.”ucap Erika sambil menggandeng tangan Sora.
“Di sana.”ucap Sora menunjuk pintu teater dua kepada Erika.
Erika dan Sora segera mengantri untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Erika dan Sora sudah masuk ke dalam, lalu menaiki anak tangga, karena kursi yang Erika pilih posisinya berada di baris tengah atas.
“Sini, Ra.”ajak Erika yang telah menemukan kursinya.
Sora mengikuti Erika dari belakang, lalu mereka pun duduk dengan tenang sebelum film di putar.
Lima belas menit kemudian film akan di putar, maka lampu akan di matikan.
***
Kembali ke kantor Dimas sedang mengerjakan laporan yang menumpuk yang harus segera selesai pada hari itu juga. Roni datang menghampiri tempat Dimas, lalu berkata “Dim, lembur?”tanya Roni. “Iya.”jawab Dimas. “Asik aku ada temannya.”ucap Roni. Roni kembali ke tempatnya, lalu melanjutkan pekerjaannya.
“Sepertinya aku ingin mengopi dulu.”ucap Dimas dalam hati, lalu mengunci komputer dan beranjak dari kursinya.
Roni yang melihat beranjak dari tempat, lalu memanggil Dimas “Dimas.” . Dimas yang di panggil menoleh “Ada apa?”tanya Dimas. “Mau kemana?”tanya Roni. “Mau bikin kopi.”jawab Dimas. “Aku ikut.”ucap Roni segera mengunci komputer dan beranjak dari kursinya. Roni dan Dimas berjalan beriringan menuju pantri, mereka membuat kopi bersama.
“Ron, aku duluan ke ruangan ya.”Dimas pamit. “Iya, Dim.”ucap Roni.
Dimas membawa kopi ke ruangannya agar dapat menikmatinya sambil bekerja, dia memiliki gelas yang di tutup, maka kopinya tidak akan tumpah mengenai meja kerja. Sementara Roni menikmati kopinya di ruangan pantri. Dimas melanjutkan kembali bekerja akan menyelesaikannya dengan cepat agar di rumah dapat berbicara kepada kedua orang tuanya perihal lamaran Sora.
Tak terasa waktu berlalu, Dimas melihat jam di tangan sudah jam 7 malam, lalu dia menyimpan semua pekerjaan denga aman, agar besok pagi sudah di serahkan kepada atasan. Dimas membereskan meja kerja yang berserakan kertas-kertas, lalu bersiao untuk pulang ke rumah. Roni menghampiri Dimas, lalu berkata “Dim, lembur sampai jam berapa?”tanya Roni. “Aku sampai jam 7 saja.”jawab Dimas. “Aku juga sudah bersiap ingin pulang.”ucap Roni. “Heemm.”Dimas hanya berdehem. Roni melihat Dimas sedang membereskan meja kerja, maka dia juga segera bersiap-siap dengan mematikan komputernya. “Tungguin, ya, Dim.”ucap Roni. “Iya.”ucap Dimas. Tidak membutuhkan waktu lama, Dimas sudah selesai, lalu dia menghampiri Roni, lalu berkata”Apa kamu sudah selesai?”tanya Dimas. “Oh … sudah.”ucap Roni. “Ayo, sekarang kita pulang.”ajak Dimas. “Yok !”ucap Roni.
Dimas dan Roni sudah berada di tempat parkiran kantor, lalu berpisah dengan arah yang berbeda, Dimas melajukkan motornya keluar dair perkiran kantor. Sepanjang perjalanan Dimas memikirkan mahar yang ingin dikasihkan ke pujaan hatinya. “Dim, nanti saja di pikirkan hal itu, sekarang loe ada di jalan, Fokus .. Fokus.”itulah kata hati Dimas. Dimas tidak sabar ingin memeberitahukan kedua orang tuanya tentang hal ini.
Tiga puluh menit kemudian, Dimas sudah sampai ke rumah, lalu segera masuk ke dalam rumah, perjalanan sangat lancar tidak ada drama kemacetan.
“Assalamualaikum.”salam dari Dimas.
Dimas melihat ke sekeliling rumah tidak ada orang, salamnya pun tidak ada yang menjawab, lalu menaiki anak tangga dengan langkah tergesa-gesa agar bisa masuk ke kamar secepatnya, dia sangat lelah dalam perjalanannya. Dimas diam sejenak mengambil ponselnya untuk memberi kabar kepada Sora bahwa sudah pulang kerja dengan selamat agar pujaan hatinya tidak khawatir, dia meninggalkan ponselnya di atas meja, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dari aktifitas seharian.
Sepuluh menit kemudian, Dimas keluar dari kamar mandi dengan pakaian tidur yang lengkap, dia segera keluar dari kamar, lalu menuruni anak tangga denga langkah cepat menuju meja makan untuk mengisi perutnya yang sudah lapar, namun pada saat membuka tudung saji di meja makan tidak terdapat makanan, kemudian dia pergi ke dapur untuk membuat makanan instan.
Selama dua puluh menit Dimas menghabiskan makanan tersebut sendirian. Tiba – tiba terdengar suara ramai di luar rumahnya, Dimas berjalan cepat ke arah ruang tamu inigin melihat siapa yang datang.
“Dimas …”panggil Ayu selaku kakak Dimas.
“Lho, Mbak Ayu.”ucap Dimas.
“Dim, kamu tidak kangen dengan kakakmu?”tanya Ibu Dimas.
Dimas langsung menghampiri Ayu ke ruang tamu, dia melihat keponakannya sedang memakan cokelat, lalu langsung menggendongnya.
“Kayla, apa kabar ?”tanya Dimas.
“Baik, om Dimas.”jawab Kayla.
“Aduh ini mulut kamu belepotan cokelat deh.”ucap Dimas sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Mbak mala mini menginap?”tanya Dimas.
“Rencananya seperti itu.”jawab Ayu.
“Kayla, turun dulu ya, om ingin bicara dengan kakek sama nenek.”ucap Dimas.
“Iya.”ucap Kayla sambil mengunyah cokelat.
Dimas menurunkan Kayla.
“Pak, Bu, ada yang Dimas ingin bicara.”ucap Dimas melirik kedua orang tuanya.
“Ada apa, Dim?”tanya Bapak Dimas.
“Ayo, kita duduk dulu, Ibu mau ke dapur dulu, kamu bicara dengan Bapak saja. Yu, Ayu, tolong bantu Ibu menyiapkan minuman dan makan malam.”ucap Ibu Dimas.
“Baik, Bu.”ucap Ayu.
Ayu dan Ibu Dimas berrlalu meninggalkan Dimas dan Bapak Dimas.
“Ayo bicara, pasti ada sesuatu yang penting.”ucap Bapak Dimas.
Dimas menganggukan kepala, lalu berkata “Jadi begini pak, Dimas ingin menyampaikan bahwa Sora sudah menjawab lamaran waktu itu.”ucap Dimas.
“Apa jawaban Sora, Dim?”tanya Bapak Dimas.
“Sora menerima aku, Pak.”jawab Dimas.
“Alhamdullilah.”ucap Bapak Dimas.
“Bapak Sora meminta kita untuk menentukan tanggal baiknya untuk pernikahan.”ucap Dimas.
“Kapan, kamu bisa libur?”tanya Bapak Dimas.
“Bapak Sora meminta untuk ke rumahnya minggu depan, Pak.”jawab Dimas.
“Baik, akan di usahakan.”ucap Bapak Dimas.
“Kamu yakin dengan Sora?”yang bertanya bukan Bapak Dimas melainkan Ayu.
“Aku yakin sama dia.”ucap Dimas.
“Minggu ini Dimas bisa, Pak.”ucap Dimas.
“Baiklah, rencana baik harus di segerakan.”ucap Bapak Dimas.
“Dimas duluan ke kamar sudah mengantuk, mari mbak Ayu, Pak.”ucap Dimas berlalu pergi meninggalkan Bapaknya dan Ayu.
“Lho, kemana Dimas, Pak?”tanya Ibu Dimas yang baru bergabung dengan Ayu dan Bapak Dimas di ruang tamu.
“Tadi pamit mau tidur.”ucap Bapak Dimas.
“Memangnya sudah makan malam?”tanya Ibu Dimas.
“Bapak tidak tahu.”ucap Bapak Dimas mengangkat kedua bahu.
“Ibu coba tanya Dimas sudah makan malam atau belum?”tanya Ibu Dimas beranjak dari ruang tamu.
“OIya, Bapak sama Ayu makan malam sudah siap, makan duluan saja nanti Ibu menyusul.”ucap Ibu Dimas.
“Ayo, kita makan malam dulu.”ucap Bapak Dimas mengajak Ayu yang sudah beranjak dari ruang tamu.
Ayu segera beranjak dari ruang tamu mengikuti Bapaknya dari belakang.
Tok .. Tok .. Tok .. “Dimas.”panggil Ibu Dimas sambil mengetuk pintu.
Kreek … suara pintu terbuka “Ada apa, Bu?”tanya Dimas membuka pintu kamar.
“Kamu sudah makan malam?”tanya Ibu Dimas.
“Dimas sudah makan malam sewaktu pulang kerja.”ucap Dimas.
“Oh … Begitu, Ibu kira kamu belum makan malam.”ucap Ibu Dimas.
“Maaf, Dimas tidak makan malam bersama keluarga, aku mengantuk.”ucap Dimas.
“Baiklah, kamu istirahat saja.”ucap Ibu berlalu meninggalkan Dimas.
Dimas menutup kembali pintu kamarnya, dia ingin beristirahat dengan tenang.
Sebelum tidur Dimas mengirimkan pesan kepada Sora bahwa minggu ini akan datang dengan kedua orang tuanya untuk membicarakan tanggal pernikahan.
***
Sora dan Erika sudah kembali dari acara menonton dan jalan-jalan bersama, mereka berpisah kembali ke rumah masing-masing. Sebelumnya Erika mengantarkan Sora ke rumahnya, lalu pergi meninggalkan rumah Sora.
Sora memasuki rumah dengan mengucapkan salam”Assalamualaikum.”
“Waalaikum salam.”ucap Ibu Sora. Sora mencium tangan Ibunya.
“Sudah sana, kamu bersih-bersih dulu habis dari luar.”ucap Ibu Sora.
“Baik.”ucap Sora pergi meninggalkan Ibu Sora.
Sementara Ibu Sora mengunci pintu rumah, karena anggota keluarganya sudah lengkap.
Sora yang sudah berada di dalam kamar mengecek ponselnya sambil mengkerutkan dahinya ada banyak pesan dari Dimas, lalu membaca yang paling penting saja tentang Dimas akan datang dengan kedua orang tuanya untuk membahas tanggal pernikahan.
“Aku akan beritahu Bapak dan Ibu, Dim.”balas pesan Sora.
Setelah membalas pesan dari Dimas, Sora meletakkan ponselnya di tempat tidur, kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya seharian habis bermain dengan temannya. Dua puluh menit kemudian Sora keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap, lalu dia keluar dari kamar melangkah ke ruang keluarga untuk memberitahu perihal Dimas yang akan datang kepada kedua orang tuanya.
“Pak, Bu, Dimas memberitahu minggu ini akan datang dengan kedua orang tuanya untuk membahas tanggal pernikahan.”ucap Sora.
“Cepat sekali.”ucap Ibu Sora.
“Bu, jika ada rencana baik harus di segerakan, tidak baik di tunda-tunda.”ucap Bapa Sora.
“Untuk hidangan buat mereka, apakah Ibu akan memasak atau kita pesan makanan saja?”tanya Sora.
“Lebih baik memasak.”jawab Ibu Sora.
“Ibu tidak capek?”tanya Bapak Sora.
‘Iya, apa tidak sebaiknya kita pesan makanan saja.”ucap Sora.
“Benar itu kata Sora, Bu.”ucap Bapak Sora.
“Ibu ikut aja menurut Bapak dan Sora terbaik.”ucap Ibu Sora.
“Kira-kira pesan berapa porsi?”tanya Sora.
“Belum tahu, kamu atur dulu yang ingin di undang.”ucap Ibu Sora.
“Pihak keluarga saja, Bu.”ucap Bapak Sora.
“Tidak usah banyak sekitar tiga puluh saja.”ucap Ibu Sora.
“Pesan masakan Ibu Lela teman Ibu?”tanya Sora.
“Oh, kalau begitu biar Ibu saja yang pesan.”jawab Ibu Sora.
“Oke.”ucap Sora.
“Ibu dan Bapak sudah makan malam?”tanya Sora.
“Sebelum kamu pulang, kami sudah makan, di meja makan ada martabak manis untukmu, makan sana.”ucap Ibu Sora.
“Muaah, Ibu tahu saja aku ingin martabak manis.”ucap Sora mencium pipi Ibunya kemudian pergi ke meja makan.
“Dasar anak itu.”ucap Ibu sambil menggelengkan kepala.
“Semoga Dimas sayang sama anak kita ya, Bu.”ucap Bapak Sora.
***
Sora merentangkan kedua tangannya, kedua matanya terbuka sudah bangun dengan kesadaran penuh, dia segera mengambil wudhu untuk melaksanakan salat.
Tok … Tok ... Tok … suara ketukan pintu …
Sora baru selesai salat segera membereskan perlengkapannya, lalu membuka pintu kamarnya.
Ketika Ibu Sora ingin mengetuk pintu kamar kembali, namun tangannya menggantung di udara.
Kreek … suara pintu terbuka, Sora menongolkan kepalanya di pintu.
“Astagfirullah.”ucap Ibu Sora mengusap dada hanya melihat kepala Sora.
“Kenapa, bu?”tanya Sora mendengar Ibu mengucapkan istighfar.
“Kamu ini ada saja kelakuannya, nanti mau olahraga pagi, tidak?”tanya Ibu Sora.
“Ibu dan Sora saja?”tanya Sora.
“Iya, memangnya kamu ingin mengajak satu RT ?”tanya Ibu Sora mengkerutkan dahinya.
“heheh, nggak.”ucap Sora terkekeh.
“Ibu tunggu jam 6 ya, kamu sudah siap.”ucap Ibu Sora.
“Siap.”ucap Sora sambil memberi hormat.
Ibu Sora segera pergi meninggalkan anaknya sendiri, Sementara Sora menutup kamar kembali, lalu segera ke kamar mandi dengan membawa handuk dan pakaian untuk olahraganya.
Dua puluh menit kemudian, Sora keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap segera bersiap untuk olahraga pada pagi hari.
“Soraaa …”Ibu Sora memanggil.
“Kenapa Ibu memanggil Sora pagi-pagi?”tanya Bapak Sora.
“Bapak mau ikut Ibu dan Sora olahraga?”tanya Ibu Sora.
“hehehe, Bapak ingin di rumah saja, kalian saja para perempuan yang berolahraga.”ucap Bapak Sora terkekeh.
“Huuuu.”Ibu Sora menyoraki.
“Bapak ini harus jaga kesehatan, ayo kita olahrag, Pak.”ucap Ibu Sora.
“Bapak lagi malas, apalagi nanti siang kita ada acara.”ucap Bapak Sora.
“Ayo, Bu, aku sudah siap.”ucap Sora yang sudah berada di belakang Bapaknya.
“Eh, sejak kapan kamu ada di belakang Bapak.”ucap Bapak Sora terkejut.
“Sora ada sejak Bapak dan Ibu berdebat di pagi hari.”ucap Sora tersenyum kecut.
“Ayo, kita berangkat sekarang, nanti keburu siang.”ucap Ibu Sora.
“Yuk .. !”ajak Sora.
“Assalamualaikum.”pamit Ibu dan Sora bersama.
“Waalaikum salam.”Bapak membalas salam.
Ibu dan Sora keluar dari rumah, lalu berjalan secara perlahan sambil menikmati udara nan segar di pagi hari.
“Segaar sekali udara di pagi hari.”ucap Sora sambil menghirup dalam-dalam udara tersebut.
Ibu Sora hanya tersenyum melihat kelakukan anaknya.
“Nak, kamu benar sudah yakin dengan Dimas?”tanya Ibu Sora.
“Apa Ibu meragukan Dimas?”tanya Sora menoleh ke samping.
“Semoga feeling Ibu salah, ini hanya ke khawatiran Ibu saja akan di tinggal kamu.”ucap Ibu Sora.
“Sora tidak akan meninggalkan Ibu dan Bapak.”ucap Sora.
“Lho, kamu nanti pasti akan tinggal dengan Dimas, bukan sama Ibu dan Bapak lagi, Nak.”ucap Ibu Sora.
“Semoga mertuamu itu benaran baik dan kakak iparmu juga.”ucap Ibu Sora.
“Aku belum pernah ketemu dengan kakak Dimas, semoga saja mereka benaran menerima Sora dengan baik.”ucap Sora.
“Heemm, bagaimana jika Sora batalkan saja ya, sebelum melangkah lebih lanjut.”ucap Sora.
“Lho? Kamu jika sudah mantap dengan Dimas, abaikan tentang ke khawatiran Ibu ini.”ucap Ibu Sora.
Sora hanya mengangguk.
Sora dan Ibu terdiam, tidak ada obrolan. Mereka menyusuri setiap jalan menuju Alun-Alun Kota.
Setelah lima belas menit berjalan, akhirnya sampai di Alun-Alun Kota. Suasana Alun- Alun kota sangat ramai berbagai macam kegiatan di lakukan, ada yang melakukan jogging, senam, main bulu tangkis, basket, dll. Di luar Alun-Alun Kota terdapat berbagai macam makanan dan minuman yang di jual.
Sora dan Ibunya saat ini sedang mengikuti senam bersama peserta lainnya.
Setelah melakukan senam selama tiga puluh menit, wajah Sora nampak bercahaya di soroti oleh sinar matahari. Ibu dan Sora meluruskan kedua kakinya untuk merenggangkan otot-otot setelah senam. Sora melihat sekeliling sekita Alun-Alun Kota, tiba-tiba memegangi perutnya yang terasa lapar.
“Bu, Ibu sehabis ini kita cari jajanan di sini, Yuk.”ajak Sora.
“Sarapan?”tanya Ibu Sora.
“Iya, kita sarapan di sini saja.”jawab Sora.
“Lalu Bapakmu, gimana?”tanya Ibu Sora.
“Bapak kita belikan saja sarapan.”ucap Sora.
“Bagus.”ucap Ibu Sora mengacungkan jempol.
“Ibu libur memasak deh.”ucap Sora terkekeh.
“Kamu bisa saja menyenangkan Ibu.”ucap Ibu Sora sambil mengusap punggung anaknya.
“Ayo, Bu, sekarang kita bangun, lalu kulineran, deh.”ucap Sora segera beranjak dari rumput buatan yang di duduki sebelumnya.
“Bantu, Ibu bangun.”ucap Ibu Sora sambil merenggangkan kedua tangannya.
“Hap.”Sora menarik kedua tangan Ibunya untuk membantu bangun dari tempat yang di dudukinya.
“Ibu, apa perlu kita pisah untuk menetukan pilihan pada makanan dan minuman yang berada di Alun-Alun?”tanya Sora.
“Tidak perlu, Ibu akan mengikutimu jika sudah memilih yang kamu suka.”jawab Ibu Sora.
“Baiklah.”ucap Sora.
Sora dan Ibunya sudah keluar dari Alun-Alun, mereka menyebrang jalan menuju tempat kulineran berada.
“Ternyata ada berbagai macam kue juga disini, Bu.”ucap Sora.
“Kamu mau membeli untuk hidangan siang nanti.”ucap Ibu Sora.
“Ah iya, kue-kue basah dan kering, kenapa tidak kepikiran dengan ku.”ucap Sora.
“Belilah buat Bapakmu juga untuk menemani kopi pagi hari.”ucap Ibu Sora.
“Siap.”ucap Sora melakukan hormat kepada Ibunya.
Sora segera menghampiri penjual berbagai macam kue tersebut, dia mengambil banyak jenis kue disana, sebelumnya di coba terlebih dulu, karena di depan penjual kue tersebut ada tester. Setelah puas dengan membeli banyak jenis kue, Sora dan Ibu melanjutkan menyusuri tempat tersebut untuk sarapan.
Ibu dan Sora menghabiskan waktu di tempat kuliner, saatnya mereka pulang sudah puas dengan kegiatannya di Minggu pagi nan cerah. Masing-masing tangan Sora dan Ibu membawa bungkusan yang berisi makanan dan minuman.
“Ibu senang?”tanya Sora.
“Ibu sangat senang sekali menghabiskan waktu denganmu, kita jarang seperti ini.”ucap Ibu Sora.
“Ayo, Bu, nanti Bapak ngambek di tinggal lama sama Ibu.”ucap Sora menggoda Ibunya.
“Ayo, Bapakmu belum sarapan takut pingsan.”ucap Ibu Sora mempercepat langkahnya.
“Hachi .., kenapa tiba-tiba aku bersin seperti ada yang ngomongin.”Bapak berkata sendiri.
Sora dan Ibu sudah sampai di depan rumah dengan melangkahkan kaki memasuki ruang tamu.
“Assalamualaikum.”salam Ibu dan Sora bersama.
“Waalaikum salam.”jawab Bapak yang sedang membaca koran.
“Bawa apa itu?”tanya Bapak yang melihat tangan Ibu Sora sedang membawa bungkusan.
“Itu sarapan untuk Bapak dan teman kopi di pagi hari.”jawab Sora.
“Benarkah?”tanya Bapak dengan mata yang berbinar-binar.
“Iya, Maaf kami kelamaan pasti Bapak sudah lapar.”jawab Ibu Sora.
“Ayo, Bu, Sora bantu menyiapkan di piring.”ucap Sora sambil berjalan ke ruang makan.
***
Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepatnya, saat ini suasana di rumah Dimas keluarganya beserta dirinya sedang bersiap untuk ke rumah Sora yang akan membicarakan tanggal pernikahan Dirinya dan pujaan hatinya.
Sepanjang perjalanan Dimas fokus menyetir mobil, suasana dalam mobil hening tidak ada suara, keponakannya pun tertidur dalam pelukan Bapak Dimas. Perjalanan cukup lama sampai ke rumah Sora, dikarenakan adanya drama kemacetan di jalan raya. Dimas beserta keluarga telah di sambut oleh keluarga Sora.
“Silahkan masuk.”ucap Bapak Sora menyambut calon besan di teras rumah.
Bapak Dimas tersenyum kepada calon besannya tersebut.
“Silahkan duduk,”ucap Bapak Sora.
Di dalam rumah Sora sudah ramai dengan keluarga dari Bapak dan Ibunya, karena mereka ingin mengetahui tanggal pernikahan Sora dan Dimas di tetapkan.
Selama dua jam berlangsung perbincangan tentang menetapkan tanggal pernikahan Dimas dan Sora sempat adanya perdebatan alot akhirnya menemukan tanggal yang baik untuk mereka berdua.
Setelah selesai menetapkan tanggal pernikahan keluarga Dimas di jamu oleh keluarga Sora untuk mencicipi hidangan yang sudah di sediakan oleh Ibu Sora.
***
Waktu terus berjalan dengan cepat, hari-hari yang di lalui Dimas dan Sora begitu cepat, tak terasa mereka akan sah menjadi sepasang suami-istri. Tepat dimana saat ini Sora sedang di rias oleh seorang MUA. Ibu Sora berjalan mengecek ke ruangan pengantin wanita.
“Ra, ini kamu?”Ibu Sora sambil memutarkan tubuh sang putri tercinta. “Aduh, Ibu aku pusing kalau di putar-putar seperti itu.”keluh Sora. “Maaf, Ibu terlalu senang lihat anak semata wayang cantik seperti ini.”ucap Ibu Sora. “Bagaimana dengan Dimas sudah datang, Bu?”tanya Sora. “Dimas masih dalam perjalanan sebentar lagi sampai.”jawab Ibu Sora. “Duduklah dengan tenang jangan terlalu gugup, Ok.”ucap Ibu Sora. “Ibu keluar dulu melihat kondisi di luar.’ucap Ibu Sora berlalu.
Tidak lama kemudian Dimas beserta keluarga datang, lalu segera dilaksanakan acara akad nikah dengan disaksikan para saksi dan wali nikah. Dimas menjabat tangan Bapak Sora lalu mengucapkan ijab kabul, sehingga para saksi mengucapkan kata SAH.
***
Masa-masa indah di lewati Dimas dan Sora selama dua tahun pernikahan telah di karunia seorang anak laki-laki, namun tak ada yang mulus dalam kehidupan ini, mereka tengah di landa cobaan dalam pernikahannya, Dimas termasuk daftar karyawan yang terkena PHK dari perusahaannya.
“Dim, kamu sudah beberapa bulan ini tidak mengirimkan uang bulanan pada Ibu.”ucap Ibu Dimas.
“Maaf, Bu, aku terkena PHK dari perusahaan.”ucap Dimas dengan nada lesu.
“Apa?Phk?Tidak mungkin, kamu sudah lama bekerja di tempat itu.”ucap Ibu Dimas.
“Apa ini ada hubungannya semenjak kamu menikahi Sora, dia istri yang kurang membawa keberuntungan buat mu.”ucap Ibu Dimas.
“Ini tidak ada hubungannya dengan Sora, Bu.”ucap Dimas membela sang istri.
“Ah, sudahlah jika kamu tidak ada uang.”ucap Ibu Dimas berlalu.
Sora yang baru pulang kerja, dia mendengar percakapan antara Ibu Dimas dan Dimas. “Kok sakit ya, rasanya di tuduh seperti itu.”ucap Sora sambil mengusap dadanya yang terasa sesak menahan emosi.
“Assalamualaikum”salam Sora. “Waalaikum salam.”balas salam dari Dimas.
“Mas, Ibnu sedang apa?”tanya Sora kepada Dimas.” Dimas menoleh ke arah Sora,”Ibnu sedang tertidur di kamarnya.” Sora menjawabnya dengan mengangguk. “Sudah kamu bersihkan diri kamu, pasti lengket itu badannya.”ucap Dimas. Sora pun meninggalkan Dimas di ruang tamu.
Setelah selesai membersihkan badan, saat ini Sora sudah berpakaian rumah segera menghampiri kamar anaknya yang tertidur nyenyak, dia ingin membangunkan anaknya untuk makan siang, namun tak tega membangunkannya.
Kreek … suara pintu terbuka, Dimas menghampiri Sora ke kamar sang putra, lalu berkata”Sudah jangan di bangunkan Ibnu sudah makan, kamu tidak perlu khawatir.”
“Mas, gimana jika kita pindah dari rumah Ibu kamu ini.”ucap Sora. Dimas merasa heran dengan permintaan Sora, lalu berkata”Kamu tidak betah tinggal bersama Ibu, Bapak dan kak Ayu?”tanya Dimas. “Tujuanku agar mandiri, maka hanya ada keluarga kita saja.”ucap Sora.
“Tapi kamu tahu kan, Mas sudah tidak memiliki pekerjaan.”ucap Dimas. “Pakai uangku saja, Mas.”ucap Sora. “Tidak bisa.”ucap Dimas gengsi. Dimas memiliki ide,”gimana sementara tinggal dengan Bapa dan Ibu kamu, aku akan mencari kerja di sini.”ucap Dimas. “Ibu dan Bapak sudah tidak satu kota dengan kita, Mas.”ucap Sora. “Ibnu akan senang jika bersama kakek dan neneknya di sana.”ucap Dimas. “Baiklah, aku menurut saja, jika menurutmu itu baik buat kita semua.”ucap Sora. “Besok kamu urus berhenti kerja.”ucap Dimas. “Baik.”Sora menurut.
Keesokan harinya Sora mengurus surat resign dari tempat kerjanya, setelah berpamitan dengan teman – teman kerjanya, dia segera bergegas pulang untuk menyiapkan baju keluarga kecilnya. Tiba-tiba sang kakak Ipar datang menghampiri Sora.
“Kamu mau kemana memasukkan baju ke dalam koper seperti itu?jangan-jangan kamu ingin minggat dari rumah ini, karena Dimas sudah tak memiliki uang.”ucap Ayu dengan ketus.
Sora diam seribu bahasa, dia tidak menjawab pertanyaan kakak iparnya itu selama tinggal bersama ternyata kakak iparnya itu tidak menyukainya, Sora selalu di jelek-jelekkan di hadapan mertuanya agar membencinya.
“Aiishh, jadi bisu kamu ! aku bilangin ke Ibu, kalau kamu ingin minggat.”ucap Ayu berlalu.
Benar saja yang di katakana Ayu, Ibu Dimas sudah datang menghampiri Sora dengan berkacak pinggang sudah siap memarahinya. “Sora, apa benar kamu ingin meninggalkan Dimas?”tanya Ibu Dimas. Tiba-tiba Dimas sudah berada di belakang Ibunya yang sedang memarahi istrinya, “Siapa yang ingin meninggalkan ku?”tanya Dimas dengan heran. Ibu Dimas membalikkan badannya ke hadapan Dimas. “Dia ingin meninggalkanmu, lihat sudah memasukkan baju ke dalam koper.”kata Ibu Dimas sembari menunjuk ke arah Sora. “Ibu salah paham, Sora akan pergi untuk tinggal di rumah Bapak dan Ibunya bersama Ibnu selama aku mencari kerja.”ucap Dimas. “Memangnya siapa yang mengatakan kepada Ibu jika Sora akan meninggalkanku?”tanya Dimas kepada Ibunya. Ibu Dimas tidak menjawab pergi begitu saja.
“Maafkan Ibu ya, Ra.”ucap Dimas. “Iya, tak masalah.”ucap Sora menunduk. “Mas, nanti kamu menginap?”tanya Sora. “Aku sepertinya langsung pulang saja setelah mengantarkan kalian.”ucap Dimas.
Keesokan harinya keluarga kecil Dimas berangkat ke sebuah kota kecil yang saat ini tempat tinggal kedua orang tua Sora, mereka pindah sejak Sora menikah dengan Dimas ingin menikmati waktu bersama di hari tua. Dalam perjalanan selama tiga jam keluarga kecil Dimas telah sampai.
“Ayo masuk, Nak.”ucap Ibu Sora menyambut kedatangan anak dan menantunya. Dimas, Sora beserta anaknya masuk ke dalam rumah. “Ra, Ibnu cepat baringkan ke tempat tidur kamarmu.”suruh Ibu Sora. “Baik, bu.”ucap Sora segera pergi ke kamar nya.
“Tunggu, Ibu akan membuatkan minuman untuk kalian.”ucap Ibu Sora berlalu.
Setelah membaringkan Ibnu di tempat tidur, Sora menghampiri Ibunya di dapur, lalu berkata”Bapak dimana, Bu?” “Oh, Bapakmu sedang pergi melayat bersama tetangga.”jawab Ibu Sora. Sora mengangguk sambil mengambil kue yang berada di piring, lalu memakannya.
Sora dan Ibunya kembali ke ruang tamu, di sana Dimas menunggu.
“Kalian menginap kan?”tanya Ibu Sora melirik kepada anaknya dan menantunya.
Dimas mulai menceritakan kepada Ibu mertuanya tentang kondisinya saat ini.
“Jadi, kamu akan meninggalkan Sora dan Ibnu di sini? Lalu kamu di rumah Ibu?”ucap Ibu Sora. Dimas hanya mengangguk.
“Baik, jika itu sudah keputusan kalian, tapi kamu jangan lepas dari tanggung jawab untuk anak dan istrimu.”ucap Ibu Sora memperingati.
Dimas hanya mengangguk, lalu berkata”Saya hari ini hanya mengantarkan Sora dan Ibnu kesini, lalu saya akan pulang kembali.”
“Kamu tidak ingin ketemu Bapak dulu?”tanya Ibu Sora.
“Sepertinya tidak keburu, tolong sampaikan salam saya sama Bapak.”ucap Dimas beranjak dari sofa.
“Mas, kamu hati-hati di jalan.”ucap Sora menyalami tangan suaminya dengan takzim.
Dimas mengangguk, lalu berkata”Assalamualaikum.” Ibu Sora dan Sora menjawab salam dari Dimas yang sudah pergi “Waalaikum salam.”
***
Tak terasa waktu terus berjalan dengan cepat, Hari berganti Bulan, Bulan berganti Tahun, waktu silih berganti.
Dimas tak kunjung datang semenjak mengantarkan Sora dan Ibnu kepada kedua orang tuanya Sora di sebuah Kota kecil tersebut, sebelumnya pasangan suami-istri ini hanya berkomunikasi melalui telepon, namun untuk beberapa bulan Sora tidak mendapatkan kabar kembali dari Dimas. Sora pun tidak mendapatkan biaya hidup dari suaminya selama ini kedua orang tuanya yang membiayai hidup dia dan sang putra. Sora mula mencari kerja kembali karena sang putra akan sekolah maka membutuhkan biaya yang sangat besar, dia tidak mungkin merepotkan kedua orang tuanya untuk membiayai sekolah sang putra.
Suatu ketika Sora mendapat kabar bahwa lolos dari tahap seleksi kerja, maka keesokan harinya sudah mulai bekerja.
Ibnu yang berumur tujuh tahun sudah memasuki sekolah, dia selalu di antar sang nenek terkadang bergantian oleh sang kakek. Sora harus bekerja keras untuk membiayai hidup keluarganya. Ibnu melihat teman-teman di sekolah terkadang suka di jemput oleh pria yang berusia sudah matang sebagai Ayah temannya.
Ibnu sedang berada di depan gerbang sekolah sedang menunggu sang nenek yang akan menjemput sekolah, lalu ada seorang teman Ibnu datang menghampirinya, “Hai, Ibnu kamu sedang menunggu jemputan?”tanya teman Ibnu. “Iya, aku sedang nenek menjemput.”jawab Ibnu. “Aku lihat kamu tidak pernah di jemput oleh Ayahmu?”tanya teman Ibnu. Ibnu tidak menjawab.
Tin…! Bunyi suara klakson mendekat ke arah Ibnu dan temannya.
“Ibnu, aku sudah di jemput sampai jumpa di hari senin.”ucap teman Ibnu melambaikan tangan, lalu masuk ke dalam mobil tersebut. Ibnu menatap pandangan lurus ke arah mobil temannya. Setelah kepergian mobil tersebut, tibalah sang nenek menjemputnya,”Cucu nenek sudah menunggu lama ya, ayo kita pulang sekarang.” Ibnu menjawabnya dengan mengangguk. Mereka akan menggunakan angkutan umum. Ibnu dan sang nenek sampai ke rumah, dia segera berlari ke arah kulkas untuk mengambil minuman dingin merasakan haus.
“Nek, apakah Ibnu tidak memiliki Ayah?”tanyanya kepada sang nenek.
“Tentu saja punya. Sayang.”jawab Ibu Sora.
“Lalu Ayah Ibnu sekarang dimana?”tanya Ibnu.
“Kenapa kamu menanyakan Ayahmu?”ucap Ibu Sora menaikkan alis.
“Aku hanya bertanya saja, ya sudah Ibnu ingin berganti baju dulu.”ucap Ibnu berlalu meninggalkan sang nenek.
***
Keesokan harinya adalah weekend Ibnu libur sekolah, namun tidak berlaku dengan Sora yang harus bekerja, karena dia berkerja secara shift. Ibnu memaklumi Ibunya tidak bisa mengajak jalan-jalan seperti ibu lainnya yang bisa mengajak anak-anaknya keluar bermain bersama. Ibnu sudah sangat senang dapat melalui hari-hari liburnya dengan kakek dan neneknya.
Suatu hari Ibnu mendapat undangan ulang tahun teman di lingkungan rumahnya, dia mendatangi dengan sang nenek, karena sang kakek tidak dapat mengantarnya sedang tidak enak badan. Acara ulang tahun tersebut berbagi dengan anak-anak yatim dari panti asuhan.
Ibnu bertanya kepada sang nenek,”Nek, anak yatim artinya apa?” Ibu Sora menjawab”Anak yatim itu yang tidak memiliki Ayah.” Ibnu berpikir dengan cepat,”Apakah aku seperti mereka yaitu anak yatim? Aku tidak memiliki Ayah.” Ibu Sora melihat ke wajah Ibnu menjadi sendu. “Apa yang sedang di pikirkan anak ini?”Ibu Sora bertanya dalam hati.
Pada saat acara pembagian hadiah kepada anak-anak yatim, Ibnu maju ke depan karena dia merasa sama seperti anak-anak yatim yang sedang berbaris. Ibu Sora melihat Ibnu berbaris bersama anak-anak yatim lainnya, lalu merasa heran dengan tingkah sang cucu.
Dua puluh menit kemudian acara ulang tahun selesai, para tamu undangan satu per satu pergi meninggalkan tempat acara tersebut begitu pula Ibu dan Ibu Sora.
“Cucu nenek tadi kenapa maju ke depan bersama anak-anak yatim dari panti asuhan?”tanya Ibu Sora.
“Bukankah Ibnu tidak memiliki Ayah, maka aku juga anak yatim.”jawab Ibnu.
Kedua matanya Ibu Sora membelalak, terkejut pastinya dengan jawaban sang cucu. Wajahnya seketika berubah menjadi sendu.
Ibnu dan Ibu Sora telah sampai, saat mereka membuka pintu rumah tidak terkunci, lalu muncullah Sora di hadapan mereka.
“Bunda, sudah pulang?”tanya Ibnu sambil memeluk Sora. “Sudah, kamu ganti baju sana, bau keringat.”jawab Sora. Ibnu segera berlari masuk ke dalam kamar segera berganti baju.
“Ra, Ibu ingin bicara denganmu.”ucap Ibu Sora. “Sebentar ya bu.” Ucap Sora. Sora menghampiri Ibnu, lalu berkata”Bunda sudah masakin kamu nugget, sosis dan kentang, kamu pastil apar, kan.”ucap Sora. “Baik, bunda.”jawab Ibnu.
Sora datang menghampiri Ibunya, lalu berkata “Ada apa, Bu?”tanya Sora duduk di sebelah Ibunya. Ibu Sora mulai bercerita tentang kejadian acara di ulang tahun temannya Ibnu tersebut.
“Sora harus bagaimana, bu?”tanya Sora. “Cepat ambil keputusan, jika kamu ingin menikah lagi, maka ceraikanlah Dimas, kamu jangan mau di gantung statusmu itu sudah delapan tahun kamu dan Ibnu tidak di beri biaya hidup.”ucap Ibu Sora. “Sora akan pikirkan kembali, bu.”jawab Sora.
Kedua mata Sora berkaca-kaca , kemudian jatuhlah air mata membasahi pipi mulusnya tersebut, dia tidak menyangka jika sang anak akan mengakui dirinya sebagai anak yatim. Hati Sora tersayat-sayat mendengar cerita sang Ibu.
Hari demi hari, waktu yang di lalui Sora sangat berat untuk mengambil keputusan ini, setelah berpikir selama berhari-hari, berminggu-minggu, Sora menguatkan hatinya bahwa sudah tidak ada cinta lagi.
Sebelum mengambil keputusannya, dia mendapatkan kabar dari teman terdekatnya bahwa Dimas telah menikah dengan wanita pilihan Ibu dan kakak iparnya. Bagaikan di sambar petir siang bolong, menatapi sebuah foto figura keluarga kecilnya sambil mengusapnya, lalu berkata,"Mas, kamu sudah melupakanku dan Ibnu begitu mudahnya kau berpaling dengan yang lain, saat ini aku yakin dengan keputusanku, jika suatu saat Ibnu menjadi orang sukses jangan kau sebut dia anakmu."
Maka semakin yakin Sora dengan keputusannya saat ini, dia segera menggugat cerai Dimas.
Hari berganti bulan, Sora dan Dimas pun resmi bercerai. Mereka akan memiliki kehidupannya masing-masing.
Sora akan membuka lembaran baru bersama Ibu, Bapak dan Ibnu sang Anak tanpa Dimas masih bisa bertahan hidup dan mendapatkan kebahagiaan.