Masukan nama pengguna
Matahari bersinar menghangatkan bumi di waktu pagi. Gadis keluar dari sebuah kosan berjalan dengan langkah ringan, matanya berbinar, sudut bibir melengkung ke atas, terpancar sinar kebahagiaan pada dirinya. Hari pertama Gadis bekerja di tempat baru, namun dia harus terpisah oleh keluarganya, dikarenakan tempat kerjanya berada di luar kota.
Sepuluh menit kemudian Gadis telah sampai kantor baru, dia memberikan senyuman kepada pegawai yang bekerja satu gedung dengannya, dia masuk ke dalam lift menekan nomor empat, dikarenakan ruangannya berada di lantai empat.
Ting.. suara lift terbuka, Gadis keluar dari lift kakinya melangkah menuju ruangannya. Tiba – tiba seorang pria menghampiri dan bertanya kepadanya.
“Selamat Pagi, apakah kamu karyawan baru?”tanya pria tersebut. “Selamat Pagi, saya Gadis.”jawab Gadis sembari memperkenalkan diri. “Salam kenal Gadis, kenalkan saya Rio.”ucap Rio sembari mengulurkan tangan berkenalan dengan Gadis. “Dia punya senyum manis.”ujar Rio mengagumi Gadis.
Sementara Gadis dan Rio sedang berkenalan, tiba – tiba adanya suara menggema memanggil seluruh tim.
“Ayo teman-teman kita berkumpul terlebih dahulu.”ucap Pak Gerald. Semua tim segera bergabung, Rio mengajak Gadis untuk ikut bergabung briefing pagi. “Selamat Pagi, tim.”sapa senior. “Selamat Pagi, Pak.”tim menyapa Gerald kembali. “Pagi ini, saya akan memperkenalkan teman baru kepada kalian, silahkan Gadis maju.”ucap Gerald.
Gadis melangkahkan kaki menuju ke arah Gerald, lalu dia membalikkan badan, dan mulai memperkenalkan diri.
“Selamat Pagi, perkenalkan saya Gadis Queen Aramor, hari ini merupakan pertama saya bekerja, mohon bimbingan dan arahan dalam pekerjaan, Terima kasih.”ujar Gadis.
“Terima kasih Gadis atas perkenalan, teman-teman ada yang ingin di tanyakan kepada Gadis?”tanya Gerald.
Setelah selesai perkenalan kepada tim, Gadis melangkah mundur perlahan untuk kembali ke tempatnya semula.
“Baiklah, jika tidak ada pertanyaan. Sebelum kita melakukan aktifitas pada pagi hari ini, mari kita berdoa terlebih dahulu.”ucap Gerald.
Dua puluh menit kemudian, Mereka telah selesai briefing pagi, semua tim satu per satu meninggalkan tempat tersebut, mereka kembali ke tempat masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sementara Gadis masih berdiri di tempat melihat ke sekeliling ruang kantor, dia belum memiliki meja kerja pada ruangan tersebut, dia merasakan hal yang sangat canggung untuk bertanya kepada seniornya. Tiba-tiba ada yang menarik tangannya, dia mendongak ke atas siapa yang menarik tangannya.
“Gadis, salam kenal aku Yuri, kamu pasti bingung meja kerja untukmu, ada dimana?”tanya Yuri. “Benar.”jawab Gadis. “Ayo ikut sama aku.”ucap Yuri sambil memegang tangan Gadis.
Mereka berjalan sambil berpegangan tangan, tiba - tiba Yuri melepaskan pegangannya, lalu dia menunjukkan meja kerja Gadis.
“Ini meja kerjamu di samping denganku.”ucap Yuri sambil tersenyum. “Terima kasih.”ucap Gadis. “Silahkan kamu duduk, kita bisa jadi teman kerja yang asik.”ucap Yuri. “Mohon kerjasamanya, Yuri.”ucap Gadis. “Kamu jangan terlalu kaku denganku, mulai saat ini kita teman.”ucap Yuri. Gadis menjawabnya dengan mengangguk. “Jika kamu ada kesulitan dalam pekerjaan, silahkan dapat bertanya kepadaku.”ucap Yuri. “Baik,”ucap Gadis sembari tersenyum.
Gadis pun duduk pada tempat kerja yang baru, dia belum bisa memulai bekerja, karena komputernya harus di persiapkan terlebih dahulu. Gadis di panggil oleh Pak Gerald selaku atasan Gadis, dia memberitahukan Gadis sementara belajar dengan Restu untuk memahami pekerjaan yang akan di lakukannya kelak. Saat ini Gadis masih dalam bimbingan Restu, maka Gadis sedang mempelajari pekerjaan yang akan menjadi tanggung jawabnya nanti.
“Oke, Kita belajarnya sampai disini dulu, Dis, nanti dilanjutkan kembali setelah jam istirahat.”ujar Restu sembari melihat jam pada tangannya. “Baik, Ka.”jawab Gadis.
Gadis segera beranjak dari tempat seniornya, dia kembali ke tempat semula. Tiba-tiba Yuri datang menghampirinya.
“Dis, Kita makan siang bareng, Yuk.”ujar Yuri kepada Gadis. “Ayo, tunggu sebentar, aku ingin menambil dompetku dulu.”ujar Gadis. Yuri menjawabnya dengan mengangguk.
Yuri dan Gadis pergi meninggalkan ruangan kantor, mereka berjalan beriringan akan keluar makan siang bersama. Di sela-sela perjalanan menuju tempat makan mereka hendak mengobrol agar dapat mengenal satu sama lain.
“Kamu masalah nggak, jika makan di sekitar kantor saja?”tanya Yuri kepada Gadis. “Tidak masalah bagiku, karena aku juga tidak mengetahui wilayah disini.”jawab Gadis. “Kamu berasal dari mana?”tanya Yuri kepada Gadis. “Aku berasal dari Bekasi, lalu aku di tempatkan disini.”jawab Gadis. “Oh..begitu.”ujar Yuri sembari mengangguk-anggukan kepala. “Akhirnya, kita sampai deh.”ujar Yuri.
Yuri dan Gadis masuk ke dalam tempat makan tersebut, mereka memilih menu sesuai seleranya masing-masing. Mereka menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk makan siang, setelah makan siang, mereka kembali ke kantornya.
Yuri dan Gadis saat ini telah berada dalam kantor, pada saat ingin kembali ke tempat masing-masing Yuri melihat ada bungkusan di meja Gadis, begitupula dengan Gadis.
“Cie..baru masuk sudah ada penggemar rahasia ya.”Yuri menggoda Gadis. “Ah, itu bukan buat ku.”jawab Gadis. “Aku lihat dulu isi bungkusnya apa.”ujar Yuri membuka bungkusan tersebut. “Dis, ini makanan. Kamu lihat di sini ada tulisannya selamat makan.”Yuri memperlihatkan kertas yang terdapat pada bungkusan tersebut kepada Gadis.
Gadis mengambil kertas tersebut dan membaca tulisan tersebut, dia mulai bertanya-tanya siapa yang mengiriminya makanan, dia membolak-balikkan kertas tersebut di sana tidak terdapat nama pengirim dan penerima.
“Salah meja mungkin, disini tidak ada namanya, lihat deh.”ujar Gadis memperlihatkan kertas tersebut pada Yuri. “Lho, iya. Berarti memang salah meja yang menaruhnya.”ujar Yuri. “Lalu?”tanya Gadis sembari memberi kode kepada Yuri bungkusannya di kemanakan. “Kamu tunggu saja dalam waktu 1 jam, jika tidak ada yang mengambilnya, kamu berikan saja pada OB dari pada terbuang.”ujar Yuri. Gadis menganggukkan kepalanya. “Ayo, kita mulai kerja lagi, jam istirahat sudah habis.”ujar Yuri.
Yuri segera pergi meninggalkan Gadis, karena dia akan mengambil dokumen. Sementara Gadis pergi ke tempat seniornya, dia masih tahap pembelajaran pada pekerjaan. Gadis memperhatikan materi-materi yang di berikan oleh Restu kepadanya, dia pun mencatatnya pada buku agar kelak tidak lupa, apa yang telah di ajarkan Restu kepadanya.
Matahari mulai terbenam, Gadis menghabiskan waktu di kantor dalam waktu 8 jam, dia melewati hari pertama bekerja dengan penuh semangat, maka tidak ada kata lelah dalam dirinya.
Waktu jam pulang kantor pun telah tiba, para karyawan pun bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing, begitupula dengan Yuri dan Gadis. Yuri menghampiri Gadis.
“Kamu kosannya dimana?”tanya Yuri kepada Gadis. “Kosan aku dekat dengan kantor.”jawab Gadis. “Jalan kaki?”tanya Yuri kepada Gadis. “Benar itu.”jawab Gadis. “Mau bareng denganku?”tanya Yuri kepada Gadis. “Memang kita searah?”tanya Gadis kepada Yuri.
“Bisa diatur itu.”jawab Yuri. “Terima kasih, Yuri.”ujar Gadis. “Kamu sudah selesai merapikan meja kerjamu?”tanya Yuri kepada Gadis. “Sudah.”jawab Gadis. “Ayo, kita pulang.”ajak Yuri. “Yuk!”jawab Gadis. Gadis dan Yuri pergi keluar kantor bersama.
Seorang pria yang meletakkan bungkusan pada meja kerja Gadis, dia menemukan bungkusan tersebut masih terletak di sana. Gadis lupa memberikan bungkusan tersebut kepada OB, karena dia tidak sempat memikirkan hal lain jika sedang serius.
Hati seorang pria tersebut sebenarnya sedikit kecewa, tetapi dia menyadari mereka belum saling mengenal satu sama lain. Pria tersebut pergi meninggalkan kantornya, dia pun akan pulang ke rumah.
Tiba-tiba OB yang sedang merapikan meja kantor, mereka melihat ada bungkusan.
“Eh, lihat deh ada bungkusan.”ujar Wati sembari menunjukkan bungkusan tersebut kepada Ijah. “Coba lihat isinya apa.”ujar Ijah kepada Wati. “Makanan mahal sepertinya.”ujar Wati melihat bungkusan tersebut. “Punya siapa ini?”tanya Wati.
“Biar aku tanyakan kepada yang masih ada di ruangan ini.”ujar Ijah sembari membawa bungkusan tersebut.
Dalam ruang kantor tersebut masih terdapat beberapa karyawan yang sedang lembur. Ijah pun bertanya tentang bungkusan tersebut, sementara Wati mengikuti Ijah dari belakang.
“Permisi, Mbak Resti. Saya menemukan bungkusan ini di meja sana, apakah ini punya Mbak?”tanya Ijah kepada Resti.
“Saya tidak memesan apapun, nanti saya konfirmasi kepada teman-teman saya.”ujar Resti mengumumkan tentang bungkusan tersebut, namun tidak ada yang memesannya.
“Mbak Ijah, bungkusan ini tidak ada pemiliknya, saya sudah konfirmasi.”ujar Resti. “Mbak bawa saja bungkusan ini, aku lihat isinya makanan, tapi jika makanan ini sudah tidak layak di makan jangan dilanjutkan ya.”ujar Resti kepada Ijah.
“Memang tidak masalah, jika dibawa pulang oleh kami?”tanya Ijah kepada Resti. “Tidak masalah daripada terbuang.”ujar Resti.
“Tapi ingat Mbak, jika sudah tidak layak di makan, jangan di makan. Saya lihat ini makanan belum tersentuh.”ujar Resti. “Terima kasih, Mbak Resti. Kami pamit.”ujar Ijah pamit “Sama-sama.”jawab Resti.
Ijah dan Wati segera keluar dari ruangan kantor tersebut, karena mereka telah selesai merapikan meja yang kosong.
“O iya ini bungkusan, mau kamu yang bawa atau aku?”tanya Ijah kepada Wati. “Gimana kita makan berdua saja di kosan?”tanya Wati kepada Ijah. “Ide bagus tuh, lumayan rezeki ya dapat makanan enak.”jawab Ijah.
Wati dan Ijah segera pergi meninggalkan kantor, mereka pulang bersama, dikarenakan satu kosan. Tibalah mereka sampai kosannya, mereka segera menaruh tas. Ijah membuka bungkusan tersebut, ketika Ijah hendak menyantap makanan tersebut tangannya di tahan oleh Wati.
“Jah, baca doa dulu agar berkah makanannya.”ujar Wati. “O iya, aku hampir saja lupa.”ujar Ijah.
Setelah selesai berdoa, Ijah mulai menyantap makanan tersebut, lalu Wati menanyakan tentang makanan tersebut.
“Gimana masih bisa di makan?”tanya Wati. “Nyum..Nyumm.. Masih.”ujar Ijah sembari mengunyah makanan tersebut.
Wati mulai memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. “Wah ini makanan enak, kasihan kamu tidak di makan dengan pemiliknya.”ujar Wati setelah menelan semua makanan tersebut.
Ijah mengangguk-anggukkan kepalanya sembari mengunyah makanan tersebut.
***
Tik .. Tok.. Tik.. suara jam welker berbunyi..
Gadis terbangun dari tidurnya, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.00. “Apa! Sudah jam 7.”Gadis terkejut.
Gadis kocar-kacir segera mengambil sebuah handuk dan menyiapkan setelan baju kerjanya, lalu dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia hanya memiliki waktu sedikit untuk menyiapkan dirinya.
Dua puluh lima menit kemudian, Gadis keluar dari kamar mandi sudah berpakaian lengkap, namun dia belum sempat memakai riasan wajahnya, lalu dia hanya memakai beberapa rangkaian skincare, namun untuk perlengkapan riasan di masukkan ke dalam tas, dia akan merias wajahnya di kantor.
Krek..Gadis membuka pintu kamar kosannya, dia keluar dari kamar tersebut, namun tidak lupa mengunci pintu kamarnya kembali. Gadis segera meninggalkan kamar kosan, ketika hendak keluar dari pintu utama kosan, dia melihat Yuri sudah berada di depan kosannya.
“Yuri, kamu kapan datang?”tanya Gadis kepada Yuri. “Aku telepon kamu daritadi.”jawab Yuri. “Maaf, aku tidak sempat melihat ponselku.”Gadis langsung mengecek ponselnya tersebut. “Ayo, kita ke kantor, kamu tidak perlu jalan kaki.”ajak Yuri. “Terima kasih.”ujar Gadis segera naik ke motor Yuri. “Dis, tidak ada yang tertinggal?”tanya Yuri kepada Gadis. “Tidak ada.”jawab Gadis. “Mungkin hatimu yang tertinggal.”canda Yuri.
“Kamu bisa saja, ayo kita berangkat, nanti terlambat.”ujar Gadis sembari menepuk punggung Yuri dari belakang. Yuri segera melajukkan motor menuju kantor.
Yuri dan Gadis telah sampai parkiran kantor, satu per satu mereka turun dari motor, lalu segera berjalan cepat menuju tempat absen, setelah absen mereka menuju lift, pada saat ingin menaiki lift Gadis bertemu pandang dengan Rio, sementara Yuri berada di antrian paling depan lift.
“Selamat pagi, Gadis.”sapa Rio. “Selamat Pagi, kak Rio.”Gadis membalas sapaan Rio.
“Ayo, Dis. Nanti liftnya penuh.”ajak Yuri sembari mengangguk kepada Rio yang baru saja terlihat olehnya. “Saya duluan,Ka.”ujar Gadis. “Silahkan.”ujar Rio tersenyum kepada Gadis.
Gadis pergi meninggalkan Rio seorang diri, dia menaiki lift bersama Yuri dan beberapa karyawan lainnya. Lift penuh sehingga Rio menunggu berikutnya.
Ting… pintu lift terbuka, Gadis dan Yuri telah sampai lantai ruang kerjanya, mereka segera ke tempat masing-masing, Gadis menaruh tasnya di meja, kemudian dia mengambil perlengkapan riasan segera berjalan cepat menuju kamar mandi untuk merias dirinya agar tidak terlihat pucat.
Selama lima belas menit Gadis merias dirinya, dia pun kembali ke meja kerja segera di masukkan ke dalam tas perlengkapan riasan miliknya. Ketika Gadis akan duduk di kursi kerjanya, Tiba-tiba ada seorang pria datang menghampiri Yuri dan Gadis, dia menawarkan oleh-oleh khas Cirebon.
“Hallo, Teh Yuri. Aku bawa oleh-oleh dari Cirebon, Cobain deh.”ujar Seorang pria itu memberikan oleh-olehnya.
Yuri yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, dia segera menoleh ke arah suara pria yang menawarkan makanan, dia mengetahui siapa yang menawarkan makanan tersebut.
“Gerry, Kamu habis dari Cirebon?’tanya Yuri yang menerima dari Gerry. “Iya, Teh.”jawab Gerry. “Makasih yah oleh-olehnya.”ujar Yuri. “Teh, oleh-olehnya taruh di meja teh Yuri aja ya.”ujar Gerry sembari melirik Gadis. “Lho, ini kebanyakan, Ger.”ujar Yuri.
“Bagi-bagi aja teh, oleh-olehnya.”ujar Gerry segera pergi dari Yuri, namun sebelum pergi dia melirik kembali Gadis. “Dis, ini oleh-oleh dari Gerry, Cobain.”ujar Yuri menawarkan Gadis. “Iya, Makasih. Aku masih kenyang.”ujar Gadis. “Nanti kalau kamu lapar, makan aja nih oleh-oleh Gerry, sayang kalau tidak di makan.”ujar Yuri. “Iya. Aku ke tempat senior dulu ya buat lanjut belajar.”Gadis pamit kepada Yuri. “Semangat, Gadis.”ujar Yuri memberikan semangat pada Gadis.
Gadis beranjak dari kursinya, lalu dia datang menghampiri tempat Restu untuk melanjutkan tahap pekerjaan selanjutnya. Sementara di ujung sana, ada seorang pria yang memperhatikan Gadis.
“Wah, gue jadi nggak fokus kerja, kenapa dia disitu.”Pria itu berkata dalam hati. Gadis merasakan hal yang aneh seperti ada yang memperhatikannya, sebelumnya dia tidak merasakan hawa seperti ini. Gadis melihat ke sekeliling area sekitar tempat seniornya, tetapi dia tidak menemukan yang aneh, semua yang ada di ruangan tersebut sedang fokus bekerja. Gadis mengangkat bahunya, kemudian dia melanjutkan memperhatikan arahan-arahan dari Restu tersebut sembari mencatat pada bukunya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 saatnya untuk makan siang. Gadis kembali ke meja kerjanya, di sana Yuri sedang menunggu Gadis.
“Sudah boleh istirahat sama Ka Restu?”tanya Yuri kepada Gadis. “Sudah, kenapa?”tanya Gadis. “Aku lagi malas untuk keluar makan siang, gimana pesan makanan saja?”tanya Yuri.
“Tentu boleh.”jawab Gadis. “Kamu lagi mau makan apa?”tanya Yuri. “Aku ikut kamu saja untuk menu.”jawab Gadis.
“Baiklah, kita lihat yang sedang promo ya, he.. he”ujar Yuri sembari tertawa kecil. “Iya.”ujar Gadis. “Kamu suka nasi pecel, nggak?”tanya Yuri. “Nasi pecel, seperti apa?”tanya Gadis sembari menoleh ke arah Yuri. “Seperti ini, Lho.”jawab Yuri sembari menunjukkan menu di aplikasi online.
“Oh..itu, aku suka.”ujar Gadis. “Oke, Kita pesan itu aja ya.”ujar Yuri. “Oke.”ujar Gadis memberikan jempolnya. “ini, uangnya.”ujar Gadis memberikan uangnya kepada Yuri.
“Wah, senang berbisnis dengan Anda, nona Gadis.”canda Yuri. “Sama-sama.”jawab Gadis.
Yuri dan Gadis sembari menunggu pesanannya, mereka meluangkan waktu istirahat dengan sebaik mungkin.
Yuri mengecek pesanannya sudah sampai mana, dia melihat sekitar sepuluh menit lagi akan sampai.
“Teh, nanti aku saja yang ambil pesanannya di bawah ya.”ujar Gadis. “Wah dengan senang hati jika begitu.”ujar Yuri. “Dis, ini di aplikasi driver sedang menuju tempatmu, berarti sebentar lagi akan sampai.”ujar Yuri. “Ya, sudah, aku pergi ke lantai bawah dulu ya.”Gadis pamit kepada Yuri. “Hati-hati, Dis.”ujar Yuri. Gadis menjawabnya dengan mengangguk-anggukan kepala.
Gadis sudah berada di depan lift, dia sedang menunggu. Pada saat lift terbuka, dia bertatapan dengan Gerry, lalu dia memberikan senyuman kepada Gerry, kemudian dia masuk ke dalam lift tersebut. Sementara hati Gerry cenat-cenut melihat senyuman Gadis.
Gadis yang mengambil pesanan di lantai bawah segera kembali ke ruang kerja, dia takut temannya sudah lapar, maka dia tidak berlama-lama di lantai bawah. Gadis berjalan menuju meja kerja dengan membawa dua bungkusan pesanan untuk dirinya dan Yuri, lalu dia menaruhnya di meja, dia segera berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan, begitupula dengan Yuri.
Gadis dan Yuri segera menyantap makan siangnya dengan tenang, setelah selesai makan siang, mereka beristirahat sejenak, Gadis merasakan kedua matanya mengantuk, dia mengeluarkan sebungkus kopi dan tumbler dari dalam tas, lalu dia berjalan menuju dispenser untuk menyeduh kopi dengan air panas. Aroma kopi yang baru di seduh memenuhi ruangan kantor.
Puuk”Kamu bikin kopi, Dis.”ujar Yuri sembari menepuk bahu Gadis. “Iya, Teh.”ujar Gadis. “Wanginya mengudara di seluruh ruangan kantor, Dis.”ujar Yuri. Gadis hanya tersenyum sembari mengaduk-aduk kopi. “Teh, aku duluan ya.”Gadis pamit kepada Yuri.
Gadis segera kembali ke meja kerjanya, dia menaruh tumbler pada mejanya sebelum belajar, dia meminum dulu kopinya tersebut, karena sudah hangat, tidak panas seperti sebelumnya. Saat ini Gadis sudah berada di tempat Restu kembali dengan membawa buku catatannya.
Tiga jam Gadis belajar dengan Restu.
“Dis, mungkin komputer kamu besok sudah dapat digunakan. “Berarti mulai besok sudah tidak belajar?”tanya Gadis kepada Restu. “Benar itu, jika kamu kesulitan dalam hal pekerjaan , kamu bisa tanyakan kepada saya langsung atau Teh Yuri yang berada di samping kamu.”ujar Restu. “Terima kasih, Ka.”ujar Gadis pamit.
Gadis melangkahkan kaki menuju meja kerjanya, di sana sudah terdapat komputer yang akan di pergunakan untunya bekerja.
“Dis, lihat komputernya sudah datang, kamu sudah bisa bekerja mulai besok.”ujar Yuri.
“Iya, baru saja aku diberitahukan oleh Ka Restu.”ujar Gadis. “Oh..begitu..”ujar Yuri. Gadis mulai perkenalan dengan komputer tersebut, dia sangat senang akan pekerjaan barunya. Tidak terasa waktu jam pulang kantor telah tiba, semua karyawan segera bergegas merapikan kertas-kertas agar tidak berserakan pada meja kerja, begitu pula dengan Yuri yang sedang merapikan kertas pada mejanya di taru dengan rapi agar kertas-kertas tersebut tidak tercecer. Sementara meja kerja Gadis selalu rapi. Yuri mengajak Gadis pulang bersama, Yuri akan mengantarkan Gadis ke kosan terlebih dahulu, setelah itu dia pulang ke rumah.
Saat ini Gadis sudah berada di dalam kamar kosannya, dia segera mengunci kamarnya tersebut lalu mengambil sebuah handuk menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Dua puluh menit kemudian, Gadis keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap, dia mulai merebahkan dirinya ke tempat tidurnya, rasa lelahnya seperti terbayarkan ketika merebahkan pada tempat tidur. Gadis pun mulai tertidur.
***
Hari demi hari Gadis menjalani aktifitasnya penuh dengan semangat tanpa ada rasa lelah sedikit pun, semua Gadis lakukan demi membantu perekonomian keluarganya, dia menjadi tulang punggung keluarga sejak kepergian sang Ayah dan sang Ibu, dia memiliki dua orang adik yang sedang membutuhkan biaya sekolah, Gadis meninggalkan kedua adiknya di rumah, karena dia percaya dengan kedua adiknya sudah bisa mandiri, setiap bulan dia akan mentransfer kebutuhan kedua adiknya.
Waktu terus berjalan, Hari berganti Minggu… Minggu berganti Bulan..tak terasa Gadis menjalani sebagai karyawan di kantor baru sudah berjalan tiga Bulan Yuri dan Gadis semakin dekat mengenal satu sama lain, mereka saat ini bersahabat, Yuri banyak bercerita dengan Gadis, sementara Gadis hanya bercerita tentang pekerjaan saja, dia sangat tertutup tentang pribadi dan keluarganya.
Gerry dan Rio semakin hari mengenal Gadis, mereka mengagumi sosoknya, menurut mereka dia adalah perempuan yang mandiri, pekerja keras, ceria, cerdas, tidak mengenal rasa lelah, ramah dan selalu tersenyum ke semua orang, baik. Dua pria ini terpesona oleh sosok Gadis. Sementara Gadis tidak mengetahui di sukai oleh dua pria tersebut. Suatu ketika Rio bersedih, dia harus pergi dari kantor tersebut, dikarenakan dia di tugaskan pada cabang lainnya, maka Rio tidak akan bertemu dengan Gadis dalam waktu yang lama.
Gerald sebagai seorang atasan mengadakan acara perpindahan Rio di kantor dengan semua tim. Gerald juga mengumumkan yang akan menggantikan posisi Rio yaitu Gerry di kantor, selama satu jam berlangsung acara perpindahan Rio diadakan, semua para karyawan sedih atas perpindahan Rio yang sudah tujuh tahun bersama. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam acara perpindahan Rio berakhir, semua karyawan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing, namun sebelum pulang mereka tidak lupa merapikan meja kerjanya terlebih dahulu dan mematikan komputernya.
“Dis, maaf, kali ini aku tidak bisa pulang bareng.”ujar Yuri dengan nada lembut. “Iya, tidak masalah.”ujar Gadis. “Aku duluan ya.”pamit Yuri. “Iya, hati-hati.”ujar Gadis.
Yuri meninggalkan Gadis sendiri di lobby kantor. Pada saat Gadis sedang berjalan keluar dari kantor, tiba-tiba terdengar suara bunyi klakson..
Tin.. Tin..!
Gadis mencari sumber suara klakson tersebut, dia melihat sebuah mobil berwarna hitam datang mendekat ke arahnya. Mobil hitam tersebut membuka kacanya.
“Dis.. Gadis…”Gerry memanggil. “Ada apa, Ka?”tanya Gadis kepada Gerry. “Kamu mau pulang barengku.”Gerry menawarkan pulang bersama. “Terima kasih, Ka. Aku pulang sendiri saja.”Gadis menolak. “Oh.. ya sudah, aku duluan ya.”ujar Gerry pergi meninggalkan Gadis.
Gadis melanjutkan jalan kaki menuju kosan.
Mobil Gerry ternyata berhenti di dekat warung, dia mengamati Gadis yang sedang berjalan kaki dari kantor.
“Apakah itu arah kosannya?”gumam Gerry.
“Ger.. Ger.. kenapa kau biarkan cewe pulang sendirian malam-malam.”Gerry berkata dalam hati.
Gerry mengikuti Gadis dengan mobilnya dari belakang, dia ingin memastikan Gadis aman sampai ke kosannya. Gerry sudah melihat Gadis masuk ke dalam kosannya dengan aman, dia pun pergi meninggalkan wilayah kosan tersebut. Selama perjalanan pulang Gerry selalu tersenyum tidak jelas.
“Wah, sepertinya aku jatuh cinta sama Gadis.”ujar Gerry sembari tersenyum.
“Haruskah ku kejar.”gumam Gerry di dalam mobil. “Fokus, Ger. kamu kan lagi nyetir.”gumam Gerry.
Satu Tahun Kemudian …
Waktu terus berjalan tidak terasa Gadis telah menjalani kehidupan merantau di kota orang, dia kangen dengan kedua adiknya, maka dia kembali ke kota asalnya dengan mengajukan cuti, sebelum pulang dia menyiapkan oleh-oleh untuk kedua adiknya. Setelah itu dia segera memesan travel untuk berangkat ke esokan harinya. Gadis segera memberitahukan kedua adiknya bahwa dia akan pulang esok hari.
Keesokan harinya Gadis berangkat ke kota asalnya, dia menggunakan travel untuk perjalanan pulangnya, dia sangat menikmati perjalanannya sendirian, duduk di dekat kaca sambil memandangi pemandangan area jalan Tol.
Sebenarnya Gadis bisa saja pulang satu bulan dua kali, namun dia mengingat kebutuhan kedua adiknya yang di utamakan olehnya, maka dia harus menghemat pengeluarannya.
Dua jam Gadis menempuh perjalanan, dia turun di pemberhentian terakhir, di sana sudah ada kedua adiknya yang sedang menunggunya. Raka dan Reza merupakan adiknya Gadis, mereka segera mendatangi Gadis untuk membawakan barang-barangnya, karena Kakaknya membawa barang yang lumayan banyak.
Raka dan Reza tidak mengetahui bahwa yang kebanyakan di bawa oleh Gadis yaitu oleh-oleh untuk mereka. Raka, Reza dan Gadis segera pergi dari tepat travel tersebut, mereka menggunakan taksi online, di karenakan sebelumnya Reza telah memesankan taksi online. Selama perjalanan Reza, Raka dan Gadis mengobrol.
“Kak Gadis, apa kabar?”tanya Reza. “Seharusnya itu pertanyaan kakak untukmu.”ujar Gadis kepada Reza. Reza meringis dengan jawaban Gadis, di karenakan dia jarang membalas pesan dari Gadis. “Ka, gimana suasana di sana?’tanya Raka mengalihkan pembicaraan antara Gadis dan Reza. “Kakak di sana memiliki teman yang baik.”jawab Gadis. “Kak Gadis di sana dapat pacar, nggak?”tanya Reza. “Kakak di sana kerja bukan mencari pacar, Za.”jawab Gadis. “Siapa tahu jodohnya ka Gadis ada di sana.”ujar Raka.
Tak terasa mereka mengobrol selama perjalanan, sehingga taksi online sudah berhenti tepat sesuai alamat yang di tuju.
“Permisi Ka, ini sudah benar alamatnya?”tanya driver taksi sembari membalikkan badan ke arah Raka, Reza dan Gadis. “Sudah Benar, Maaf Pak, kami ke asikkan mengobrol.”jawab Gadis sembari membuka kaca mobil. “Mari, saya bantu mengeluarkan barang-barang di bagasinya.”ujar driver taksi. “Terima kasih, Pak.”ujar Gadis.
Gadis, Reza dan Rio sudah berada di dalam rumah…
“Selamat datang kembali ke rumah, Ka Gadis..”ujar Raka. “Tak terasa satu tahun meninggalkan rumah ini, hidup di kota lain.”ujar Gadis. “Kalian semakin besar.”ujar Gadis. “Terima kasih, Ka Gadis telah berjuang untuk kami.”ujar Reza. “Aku mau istirahat, lelah rasanya.”ujar Gadis.
“Ka Gadis, masih hapal letak kamar miliknya, kan?’tanya Raka bercanda.“Tentu.”ujar Gadis sembari tersenyum, lalu pergi meninggalkan Raka dan Reza.
Dua jam kemudian, Gadis terbangun dari tidurnya, rasa lelah dalam perjalanan terasa terbayarkan dengan beristirahat di dalam kamar tidur miliknya. Gadis segera mencuci wajahnya, lalu keluar dari kamarnya, dia mencium aroma masakan mengudara di dalam rumah membuat perutnya menjadi lapar.
Gadis terhipnotis dengan aroma masakan yang tercium olehnya secara tidak sadar langkah kakinya mencari keberadaan masakan tersebut. Satu detik… dua detik…. Tiga detik… langkahnya berhenti Gadis melihat Raka dan Reza berada di dapur lalu mendekat ke arah kedua adiknya, dia pun tersenyum melihat kedua adiknya ternyata sedang memasak bersama.
“Jadi aroma masakan ini, kalian yang menciptakannya?”tanya Gadis.
Raka dan Reza seolah mendengar suara kakaknya, mereka segera membalikkan badan ke sumber suara tersebut. “Ka Gadis sudah bangun.”ujar Raka dan Reza. “Sudah.”jawab Gadis. “Ada yang bisa Kakak bantu, nggak?”tanya Gadis. “Tidak perlu, Ka Gadis duduk saja di ruang makan.”jawab Reza. “Serius?”Gadis bertanya kembali. “Serius, Ka.”ujar Raka. “Baiklah.”ujar Gadis pergi meninggalkan dapur.
Tap.. Tap… Tap… suara langkah kaki…
Gadis menaiki satu per satu anak tangga menuju lantai atas lalu segera masuk ke dalam kamar menyiapkan baju ganti, dia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan berganti baju.
Dua puluh lima menit kemudian, Gadis keluar dari kamar mandi sudah dengan berpakaian lengkap, dia sudah wangi dan segar.
Tok .. Tok … Tok … suara ketukan pintu kamar Gadis.
“Kak Gadis,,,”Raka memanggil Gadis sembari mengetuk pintu. “Iya..”Jawab Gadis dari dalam kamar sembari teriak.
Krek…suara pintu terbuka..
“Kamu turun duluan saja, nanti kakak menyusul.”ujar Gadis. “Baiklah, kita tunggu kakak di ruang makan yah.”ujar Raka pamit. “Iya.”Gadis langsung membalikkan badan kembali ke dalam kamarnya.
Gadis segera mengeringkan rambutnya, setelah selesai dia segera turun ke lantai bawah, karena tidak ingin kedua adiknya menunggu lama di ruang makan.
Raka dan Reza melihat Gadis turun dari lantai atas, mereka segera memanggilnya untuk bergabung di ruang makan.
“Kak Gadis, di sini.”ujar Raka sembari melambaikan tangan. Gadis segera menghampiri Raka, lalu duduk di kursi makan dengan tenang. Reza mengambilkan makanan sesuai selera Gadis.
“Ini, Ka.”Reza memberikan piring yang berisi makanan kepada Gadis. “Terima kasih.”ujar Gadis menerima makanan dari Reza. “Cicipi makanan buatan kita berdua, Ka.”ujar Raka. “Oke”ujar Gadis mulai mencicipi makanan buatan Raka dan Reza. “Rasanya pas di lidah.”ujar Gadis sembari mengunyah makanan tersebut. “Kenapa kalian melamun, cepat makan nanti keburu dingin.”ujar Gadis. “Baik.”ujar Raka dan Reza memberikan senyuman kepada Gadis.
Mereka pun makan bersama. Suasana ruang makan tidak adanya kegaduhan hanya ada suara dentingan sendok dan piring.
Dua puluh lima menit kemudian, Gadis, Raka dan Reza sudah selesai makan siang. Meja makan sudah rapi dan bersih seperti semula. Mereka pindah ke ruang televisi, dikarenakan barang yang di bawa Gadis belum di rapikan.
“Ayo, Za, Kita buka barang bawaan, Ka Gadis.”ujar Raka. “Ayo, bawa apa saja di dalamnya.”ujar Reza.
Raka dan Reza sudah tak sabar ingin membuka tas yang di bawa oleh Gadis tersebut, mereka penasara yang di bawa oleh Gadis dari luar kota.
“Wah, ternyata oleh-oleh berupa makanan dan baju dari sana ya, Kak.”ujar Reza melirik Gadis. “Iya, itu semua buat kalian.”ujar Gadis kepada Reza. “Terima kasih, ka.”ujar Raka dan Reza bersamaan. “Sama-sama.”ujar Gadis. “Ka, ambil cuti berapa hari?”tanya Raka. “Tiga hari.”jawab Gadis. “Memang, Kenapa?”tanya Gadis. “Kita jalan-jalan, Yuk.”ajak Raka. “Ide Bagus tuh.”ujar Reza. “Kakak ikut kalian saja, mulai besok?’tanya Gadis. “Iya dong, kapan lagi.”ujar Raka dengan semangat. “Kalian sekolah, bagaimana?”tanya Gadis. “Lancar, Kak.”jawab Raka. “Kalian tidak nakal di sekolah, Kan?”tanya Gadis. “Tidak.”ujar Reza. “Baiklah, kalian istirahat, pasti capek, sudah membuat makanan untuk kakak.”ujar Gadis segera beranjak dari sofa, lalu pamit kepada Raka dan Reza.
Gadis yang berada di dalam kamarnya, dia sedang membuka sebuah laptop yang berada di kamarnya yang sudah lama di tinggalkan, namun setelah dinyalakan masih berguna, lalu dia membawa laptop itu ke sofa, di karenakan dia akan mulai menulis pengalamanya selama merantau.
Tak terasa waktu yang di habiskan oleh Gadis sudah satu jam lamanya dia menulis di laptopnya itu, dia melihat jam di dinding kamar sudah menunjukan pukul 5 sore hari, dia segera menghentikan menulisnya, laptopnya di matikan di simpan pada tempat semula. Dia segera beranjak dari sofa lalu pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
***
Suasana pada sebuah tempat yang di jadikan tongkrongan anak muda yaitu sebuah Kafe dengan interior yang instragramble, adanya alunan musik yang di nyanyikan oleh band Lokal kafe tersebut.
Seorang pemuda sedang berkumpul bersama teman-temannya, dia merasa hampa walaupun berada di tempat keramaian, raganya memang bersama teman-temannya, namun hati dan pikirannya fokus dengan satu orang yang telah mengusik hari-harinya. Sehingga ada salah satu temannya yang sedang memperhatikan, dia datang menghampiri pemuda tersebut.
Puuk…”Kenapa, ada masalah?”tanya Diran sembari menepuk bahu Gerry. “Nggak ada.”ujar Gerry. “Jangan bohong, aku perhatikan kamu melamun.”ujar Diran sembari menggosok tangan ke dagu. “Serius.”ujar Gerry. “Jangan-Jangan Kamu sedang jatuh cinta.”ujar Diran menebak. “Apaa..! jatuh cinta.”ujar Gerry terkejut dengan tebakan Diran.
“Kalau di lihat ciri-cirinya ya seperti kamu.”ujar Diran sembari mengangguk-anggukkan kepala. “Tebakan Diran bisa benar begitu.”Gerry berkata dalam hati.
“Ya sudah, jika kamu belum siap untuk bercerita.”ujar Diran kembali ke tempat semula.
Dua puluh menit kemudian, Gerry pamit kepada teman-temannya, di karenakan suasana hatinya sedang tidak nyaman.
“Bro, aku pulang duluan.”ujar Gerry kepada teman-temannya. “Baiklah, kapan-kapan kita nongkrong lagi.”ujar Resha kepada Gerry.
Gerry hanya memberikan senyuman kepada teman-temannya, lalu dia segera pergi dari kafe tersebut.
Gerry berjalan menuju parkiran, lalu dia segera melajukkan mobilnya sehingga keluar dari wilayah Kafe tersebut. Sepanjang perjalanan Gerry tersenyum atas tebakan Diran kepadanya.
Tiga puluh menit kemudian, Mobil Gerry tepat di depan gerbang rumahnya, Pak Parjo segera membukakan pintu gerbang, dia mengetahui ada mobil Gerry di depan.
“Selamat Malam, Den Gerry.”sapa Pak Parjo kepada Gerry. “Selamat Malam, Pak.”Gerry membalas sapaan Pak Parjo.
Gerry segera memasukkan mobilnya ke halaman rumah, lalu dia keluar dari mobilnya langkah kakinya membawa ke sebuah rumah mewah di dalamnya terdapat banyak karyawan yang di pekerjakan oleh orang tuanya.
Di rumah mewah itu Gerry sendiri, di karenakan orang tuanya sedang berada di luar negeri mengurusi masalah bisnis.
Tap … Tap … Tap .. suara langkah kaki..
Gerry menaiki satu per satu anak tangga dengan cepat setelah sampai lantai tiga segera masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat, namun sebelum beristirahat, dia membersihkan dirinya, di karenakan merasa badannya sudah lengket dengan keringat.
Lima belas menit kemudian, Kreek… suara pintu terbuka ..
Gerry keluar dari kamar mandi, dia sudah wangi dan segar dengan berpakaian lengkap berjalan menuju sofa untuk mengambil ponselnya lalu mengecek pesan.
“Tidak ada yang Istimewa.”Gerry berkata sendiri.
Gerry menaruh kembali ponselnya pada sofa tersebut.
Tok … Tok … suara ketukan pada pintu kamar Gerry …
Gerry segera membuka pintu kamarnya.
“Ada apa, Bi?”tanya Gerry. “Den, makan malam sudah di siapkan.”jawab Bi Sarmi. “Nanti saya ke bawah.”ujar Gerry. “Baik.”ujar Bi Sarmi pergi meninggalkan Gerry.
Gerry menutup pintu kamarnya kembali, dia mengambil kembali ponselnya, lalu di pandangi foto seorang perempuang bernama Gadis, di sana Gadis terlihat cantik dari teman kerja perempuan lainnya. Dia senyum-senyum sendiri melihat foto pada ponsel tersebut.
“Aku Kangen Kamu, Dis.”ujar Gerry.
Gerry mengakui dirinya jika kangen dengan Gadis, namun hanya bisa mengutarakannya dalam diam.
***
Gadis, Raka dan Reza sudah berada di luar rumah untuk melakukan olahraga pada pagi hari dengan udara yang segar. Mereka memilih olahraga lari di taman dekat wilayah tempat tinggalnya.
Suatu ketika Gadis, Raka dan Reza sedang berlari mengitari taman, tiba-tiba ada yang memanggil Gadis.
“Dis… Gadis…”Rio memanggil.
Raka yang mendengar ada yang memanggil nama kakaknya, dia membalikkan badan ke sumber suara tersebut lalu memberitahukan Gadis dengan nada bisik-bisik.
“Ka Gadis, ada yang panggil.”ujar Raka dengan nada berbisik. “Siapa?”tanya Gadis. “Tidak kenal, teman ka Gadis, bukan.’jawab Raka.
Gadis penasaran dengan siapa yang memanggil namanya tersebut, lalu segera membalikkan badan.
Pemuda tersebut segera datang menghampiri Gadis.
Sosok tersebut semakin mendekat, sehingga Gadis pun mengenalinya.
“Hallo, Dis….”Sapa Rio. “Ka Rio…”balas Gadis. “Benar, ini aku Rio, senang bertemu denganmu di sini.”ujar Rio tersenyum. “Lho, Ka Rio bisa berada di sini?”tanya Gadis.
“Iya, keluargaku berada di sini.”ujar Rio.
Kring … Kring .. suara ponsel Gadis berdering ..
“Ka Rio … Maaf, aku harus segera pergi, sampai jumpa.”Gadis pamit kepada Rio.
“Baiklah, sampai jumpa.”ujar Rio.
Gadis dan Raka pergi meninggalkan Rio sendirian di taman.
Gadis menggeser tombol hijau pada ponselnya.
“Hallo, Za dimana?”tanya Gadis. “Aku ada di tempat penjual bubur, Ka.”ujar Reza.
“Kakak sama Raka kesana ya.”ujar Gadis. “Oke..!”ujar Reza. “Ayo, kita hampiri Reza.”ajak Gadis kepada Raka. “Dimana?”tanya Raka. “Dia berada di tempat penjual bubur.”jawab Gadis. “Oh..jadi dia cari sarapan bukan ingin berolahraga.”ujar Raka sembari menggelengkan kepala.
Lima menit kemudian, Gadis dan Raka sudah sampai di tempat penjual bubur, di sanalah Reza berada sedang menunggu pesanannya.
“Akhirnya, Kita menemukan tempatnya, ternyata berada di bawah pohon.”ujar Raka. “Ka Gadis, Ka Raka mau pesan bubur?”tanya Reza. “Ya sudah, tolong pesankan untuk kami berdua.”ujar Raka. “Oke.”ujar Reza segera beranjak dari bangku lalu menghampiri penjual bubur.
“Pak, pesan dua porsi bubur komplit, nanti di antar ke meja di sana ya.”ujar Reza menunjuk ke arah Gadis dan Raka.
“Baik, ini pesanan bubur sebelumnya.”ujar penjual bubur memberikan pesanan Reza. Reza langsung menerima pesanan buburnya tersebut lalu segera kembali ke tempatnya semula bergabung dengan Gadis dan Raka. “Sudah aku pesankan.”ujar Reza sembari menaruh satu mangkuk bubur di atas meja. “Terima kasih, Za.”ujar Gadis.
Reza tidak langsung memakan buburnya, dia ingin makan bersama Gadis dan Raka.
Lima belas menit kemudian, Penjual bubur datang ke tempat Gadis, Raka dan Reza berada dengan membawa dua porsi mangkuk bubur yang sebelumnya telah di pesankan oleh Reza.
“Permisi, ini pesanan dua porsi bubur komplit.”ujar penjual bubur sembari menaruh dua mangkuk bubur di meja. “Terima kasih, Pak.”ujar Gadis. Penjual bubur pergi meninggalkan tempat tersebut.
“Ayo, makan, bubur milik kamu nanti keburu dingin, Za.”ujar Gadis. “Mari Makan.”ujar Raka. “Iya, Ka.”ujar Reza segera memakan buburnya. Gadis, Raka dan Reza menikmati buburnya dengan suasana di alam terbuka.
***
Di suatu tempat yang berbeda …
“Aku senang bisa ketemu denganmu, Dis.”ujar Rio.
Tok … Tok …. Tok … suara ketukan pintu ..
“Rio, Kamu di dalam?”tanya Bunda Rio. “Sebentar, Bunda.”ujar Rio. “Ada apa, Bun?”tanya Rio sembari membuka pintu kamar. “Bunda, masuk ke kamarmu ya.”Bunda Rio meninta izin masuk ke dalam kamar. “Masuk saja, Bun.”ujar Rio. “Bunda, ada rencana ingin mengenalkan seorang perempuan, kamu bersedia untuk berkenalan?”tanya Bunda Rio. “Maksudnya Bunda ingin menjodohkanku?”tanya Rio. “Tidak ada rencana menjodohkan, namun hanya untuk berkenalan saja, jika kamu menyukainya, Bunda serahkan Keputusan ada di tangan kamu.”ujar Bunda Rio. “Dia anaknya baik.”ujar Bunda Rio. “Rio, pikirkan dulu.”ujar Rio. “Baiklah, nanti kamu turun untuk makan siang bersama Ayah dan Bunda.”ujar Bunda Rio. “Oke.”ujar Rio.
Bunda Rio pergi meninggalkan anaknya, dia segera turun dari lantai atas. Setelah Bunda Rio sudah berada di lantai bawah, di sana sudah ada Ayah Rio.
“Gimana, Bun, apa Rio setuju di kenalkan oleh anak teman Bunda itu?”tanya Ayah Rio.
“Masih dipikirkan oleh Rio, Yah.”jawab Bunda Rio. “Ya sudah, Ayah juga tidak bisa memaksa untuk urusan hati.”jawab Ayah Rio. “Benar, Yah.”ujar Bunda Rio.
Tap … Tap .. Tap … suara langkah kaki …
Rio turun dengan langkah cepat, dia takut sang Ayah dan Bunda menunggu terlalu lama.
“Siang, Ayah.”Rio menyapa sang Ayah. “Siang, Nak.”ujar Ayah Rio. “Ayah tidak ke kantor hari ini?”tanya Rio. “Ayah kembali pada saat makan siang, untuk makan bersama denganmu, karena sedang cuti.”ujar Bunda Rio. “Ayah, manis sekali.”canda Rio sembari tersenyum, kemudian dia menarik kursi makan. “Ayo, kita makan, Bunda sudah menyiapkan makanan, jadi kamu tinggal makan.”ujar Bunda Rio. “Baik, Ibu Peri.”ujar Ayah Rio dan Rio. Mereka mulai makan dengan suasana hening tanpa ada suara apapun.
***
Gadis, Raka dan Reza sedang berjalan pulang ke rumah, mereka menghirup udara segar di pagi hari sembari mengobrol.
“Kak, tadi siapa yang mengobrol dengan Kakak?”tanya Raka. “Oh yang kamu lihat itu senior Kakak di kantor, tapi dia di pindahkan ke tempat lain.”jawab Gadis. “Aku kira pacar kakak, he.. he..”ujar Raka sembari tertawa kecil. Reza hanya menyimak obrolan Gadis dan Raka.
“Hus, jangan gosip.”ujar Gadis.
Gadis, Raka dan Reza sudah sampai rumah.
“Ka Raka, Ka Gadis, akum au bikin es nih, kalian mau?”tanya Reza. “Es, apa?”tanya Gadis. “Aku mau bikin milktea, mau?”tanya Reza. “Aku mau.”jawab Gadis. “Ka, Raka, gimana?”tanya Reza kepada Raka. “Aku mau americano ya.”jawab Raka. “Oke.”ujar Reza.
Reza pergi meninggalkan kedua kakaknya, sementara Gadis dan Raka berada di halaman rumah sembari menikmati pemandangan luar rumah.
“Kalian baik-baik saja kan, selama di tinggal sama aku?”tanya Gadis kepada Raka. “Iya, semua aman terkendali.”jawab Raka. “Tolong jaga pergaulan kalian dan saling menjaga.”Gadis mengingatkan Raka. “Iya, Aku sama Reza tidak akan nakal.”jawab Raka. “Ka Gadis di sana sendirian tidak ada kami yang bisa melindungi.”ujar Raka. “Apa perlu kami pindah agar bisa melindungi Ka Gadis.”ujar Reza sudah bergabung dengan Raka dan Gadis sembari membawa nampan yang berisi tiga gelas es kopi. “Kalian sebentar lagi ujian, fokus saja, Kakak akan baik-baik saja di sana.”ujar Gadis. “Kalian bisa mengunjungi Kakak sehabis ujian saja.”ujar Gadis.
“Baiklah, jika itu keinginan Ka Gadis, kami akan berlibur di sana sehabis ujian.”ujar Reza.
“Ayo minum es kopi buatanku.”ujar Reza. “Eh iya, aku lupa.”ujar Reza pergi meninggalkan kedua kakaknya. “Kenapa si Reza?”tanya Gadis. “Tidak tahu.”ujar Raka.
Reza datang kembali dengan membawa cemilan kue kering untuk menemani es kopi.
“Nah, ini dia teman ngopi.”ujar Reza sembari menunjukkan kue kering yang di bawanya.
Gadis dan Raka segera mengambil kue kering tersebut. Gadis menikmati kue kering tersebut sembari di celupkan pada es kopinya agar menyatu rasa dengan kue kering. Sementara Raka dan Reza menikmati kue kering seperti pada umumnya.
***
Suasana pada tempat tinggal Gerry yaitu tepatnya berada di Kota Bandung.
Kring… Kring…Kring… suara ponsel berdering
Gerry mendengar ponselnya berdering, dia melihat pada laya ponsel nomor yang meneleponnya, lalu segera menggeser tombol hijau.
“Hallo…”ujar Gerry. “Ger, kamu tidak masuk kerja?”tanya Diran. “Aku tidak enak badan tadi sudah kirim pesan pada pak Gerald.”ujar Gerry. “Semoga cepat pulih kembali.”ujar Diran.
“Terima kasih, aku tutup dulu.”ujar Gerry mematikan ponsel.
Gerry meletakkan kembali ponselnya pada meja, dia keluar dari kamarnya lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan. Gerry memliki penyakit asam lambung yang tidak boleh telat makan, dia berjalan menuju ruang makan di meja sudah terdapat makanan dan minuman yang sudah di siapkan oleh para asisten rumah tangga.
Gerry segera menarik kursi makan, lalu duduk dengan tenang, dia menikmati makanan sendirian, badannya lemas, kepalanya pusing, namun tubuhnya harus di paksakan masuk makanan agar cepat pulih kembali.
Lima belas menit telah berlalu, Gerry memasukan makanan ke dalam mulutnya sekitar lima sendok makan, dia tidak nafsu makan, lalu pergi ke ruang televisi. Gerry merasakan kedua matanya mengantuk, dia pun memejamkannya untuk beristirahat sejenak. Akhirnya Gerry tertidur pada sofa ruang televisi.
Kring .. Kring …. Suara ponsel berdering …
Gerry yang tertidur di ruang televisi tidak mendengar ponselnya berdering, karena dia meletakkan ponsel tersebut pada meja di dalam kamar. Ponsel pun berhenti berdering.
Tiga jam kemudian, Gerry membuka kedua matanya secara perlahan lalu melihat ke sekeliling ruangan saat ini berada.
“Lho, aku berada di sofa ruangan ini.”Gerry berkata sendirian.
Bi Sarmi datang menghampiri Gerry.
“Den …” Bi Sarmi memanggil Gerry. “Ada apa, Bi?”tanya Gerry. “Ibu menelepon ke bibi menanyakan kondisi Den Gerry, Ibu berpesan jangan lupa minum obatnya”jawab Bi Sarmi. “Kenapa tidak menelepon langsung ke ponsel saya.”ujar Gerry. “Coba lihat ponsel den Gerry, pasti Ibu sudah menelepon.”ujar Bi Sarmi. “Terima kasih, Bi. Nanti saya hubungi kembali Bunda.”ujar Gerry. “Iya, yang penting bibi sudah menyampaikan pesan dari ibu. Kalau den Gerry perlu sesuatu panggil bibi ada di ruang belakang.”ujar bi Sarmi pamit. “Baik.”ujar Gerry.
Gerry melihat jam di dindingnya sudah menunjukkan jam 3 sore lalu mematikan televisinya kemudian beranjak dari sofa tersebut. Gerry pergi ke lantai atas menuju kamarnya teringat dengan ucapan bi Sarmi, dia segera melihat ponsel di sana terdapat lebih dari 20x panggilan dari sang Bunda. Gerry menghubungi sang Bunda.
***
Suasana di rumah Gadis ….
Reza dan Raka sudah pulang sekolah , mereka langsung menghampiri Gadis.
“Ka, hari ini terakhir cuti, kita jalan-jalan lagi, Yuk!”ajak Reza. “Kemana?”tanya Gadis.
“Kita ke Mall aja, gimana?”tanya Raka. “Aku ikut kalian saja ya.”ujar Gadis.
Cuaca yang semula cerah, tiba – tiba berubah menjadi gelap gulita, langit gemuruh di susul petir menyambar – nyambar di sertai hujan yang sangat deras.
“Yah … Ka, hujan …”ujar Reza dengan nada lemas. “Tunggu sampai reda saja, baru berangkat.”ujar Gadis.
“Semoga cepat berhenti hujannya, kapan lagi menghabiskan waktu dengan Ka Gadis.”ujar Raka.
“Ka Gadis sudah pesan tiket?”tanya Raka. “Belum.”jawab Gadis. “Rencana kakak berangkat jam berapa?”tanya Reza.
“Kenapa?”tanya Gadis. “Biar bisa anter kakak ke travel.”jawab Raka. “Lho, sekolah kalian?”tanya Gadis.
“Ka Gadis lupa ya.”jawab Reza. “Lupa?”tanya Gadis. “Iya, besok weekend ka, maka sekolah pun libur.”jawab Raka sembari tersenyum.
“Benar, begitu?”tanya Gadis berjalan menuju kalender. “Iya, kakakku yang cantik.”jawab Reza.
“Kok, aku bisa lupa.”ujar Gadis. “Entahlah.”ujar Reza sembari mengangkat bahunya. “Ka Gadis lagi banyak pikiran sehingga lupa esok hari apa?”tanya Raka.
“Tidak ada, aku sedang liburan bersama kalian, hatiku senang dong.”ujar Gadis. “Biasa Ka Raka, karena sudah faktor umur.”Reza menggoda Gadis.
“Kamu…!”ujar Gadis.
“Kabuuuuurr.”Reza segera melarikan diri.
Akhirnya terjadi kejar – kejaran antara Gadis dan Reza …
Sementara hujan pun tak kunjung reda.
“Ka, kalau hujannya redanya malam, gimana?”tanya Raka. “Hosh .. Hosh ..”Gadis mengatur napasnya sehabis mengejar Reza.
“Ini minum dulu, Ka.”Raka memberikan minum kepada Gadis. “Terima kasih.”ujar Gadis menerima minum dari Raka.
“Lho? Buat aku mana?”tanya Reza. “Kamu ambil saja sendiri.”jawab Raka. “Ish … curang …”ujar Reza sembari menghentakkan kakinya.
“Dasar manja.”ujar Gadis sembari menaruh gelas di meja. “Jika belum terlalu malam, ayo kita jalan sebelum mall tutup.”ujar Gadis kepada Raka.
“Serius?”tanya Reza yang sudah bergabung kembali. “Iya, besok tidak ada kaka.”ujar Gadis.
“Asik.”ujar Reza sangat senang sembari joget-joget.
Gadis dan Raka melihat tingkah Reza hanya bisa menggelengkan kepala, lalu mereka berkata “Dasar bocaaah …”
Gadis berjalan menuju jendela, dia ingin memastikan hujannya sudah berhenti atau belum.
“Aneh, ada apa ini?”Gadis bertanya dalam hati.
“Aku merasakan rindu kepada seseorang, tapi siapa?”Gadis lagi dan lagi bertanya dalam hati. Gadis segera pergi dari jendela.
“Kak Gadis …”panggil Raka.sambil mencari Gadis. “Ada apa kamu mencari kaka?”tanya Gadis menghampiri Raka. “Ayo, Ka. Hujannya telah berhenti.”ajak Raka. “Kalian sudah siap?”tanya Gadis. “Aku sudah siap, Reza sedang bersiap.”ujar Raka. “Kakak seperti ini tidak masalah?”ujar Gadis. “Bukankah, Ka Gadis telah bersiap daritadi?”tanya Raka. “He .. he” Gadis tertawa kecil. Reza datang menghampiri Gadis dan Raka.
“Ayo, Ka.”ajak Reza. “Kalian sudah memesan taksi?”tanya Gadis.
“Kita naik motor saja, jadi aku dengan ka Gadis satu motor, lalu ka Raka sendirian bawa motornya, gimana lebih cepat kan?”tanya Reza.
“Ide bagus, daripada menunggu taksi online lama.”ujar Raka memberikan jempol kepada Reza.
“Jangan lupa bawa jas hujan buat jaga-jaga jika terjadi hujan kembali.”Gadis mengingatkan kepada Raka dan Reza.
“Siap.”ujar Raka dan Reza serentak.
Raka, Reza dan Gadis segera bersiap keluar rumah, mereka akan menghabiskan waktu bersama sebelum Gadis kembali ke kota orang lain, sesuai rencana Reza dan Gadis satu motor dan Raka bawa motor sendirian.
Mereka menghabiskan waktu perjalanan selama tiga puluh menit menuju Mall. Reza dan Raka memasukkan motornya ke dalam parkiran Mall. Reza dan Gadis segera turun dari motor, begitupula dengan Raka. Mereka memasuki area Mall dan berjalan beriringan. Mereka langsung menuju tempat makan, setelah itu Raka dan Reza membeli sesuatu untuk Gadis di bawa ke kosan. Gadis, Raka dan Reza hanya sebentar berjalan-jalan di Mall, lalu pulang.
***
Pukul 5 pagi Gadis terbangun, dia merasakan haus di tenggorokannya, lalu melihat gelasnya kosong kemudian keluar dari kamar, sebelum keluar kamar, mencuci wajah terlebih dulu.
Gadis membawa gelas kosong tersebut, lalu menuruni satu per satu anak tangga secara perlahan agar dirinya tidak terjatuh.
Gadis sudah berada di lantai bawah berjalan menuju dispenser yang terletak di samping kulkas, tiba- tiba ada tangan yang menempel pada bahunya, dia merasakannya lalu ingin menegok ke belakang, tetapi dirinya takut, dia mendengar suara dengkuran halus, lalu segera menolehnya.
“Ya ampun Reza itu kamu?”tanya Gadis.
Reza tak menjawab Gadis, kedua matanya terpejam sambil memegangi bahu sang Kakak.
“Lho, ini aneh, apa dia tidur sambil berjalan?”tanya Gadis dalam hati. Gadis menuntun Reza ke kursi makan untuk duduk. “Za, bangun, Za …”Gadis menbangunkan Reza. “Sejak kapan dia sepert ini.”Gadis bergumam.
Gadis meminum air mineral yang di ambilnya, lalu membiarkan Reza tertidur di kursi makan, karena sudah di bangunkan olehnya, tetapi Reza tidak terbangun, dia pun menyerah begitu saja.
Gadis kembali ke kamar untuk melakukan persiapan perjalanan menuju kota Bandung dimana tempatnya bekerja, dia mengemasi barang-barang yang akan di bawanya kembali, tidak terlalu banyak, barang yang paling penting yang akan di bawa yaitu lampu karakter dari kedua adiknya, setelah selesai megemasi pakaian dan barang yang akan dibawa kembali, dia segera membersihkan dirinya.
Raka tiap hari bangun pagi terbiasa membuat sarapan unntuk dirinya dan Reza. Raka berjalan menuju dapur, lalu melihat di sana terdapat Reza yang tertidur di kursi makan. Raka menggelengkan kepalanya, lalu menggoyang – goyangkan bahu Reza untuk segera bangun.
Akhirnya Reza terbangun dari tidurnya, kedua matanya terbuka secara perlahan tepat di depan sudah ada Raka, dia heran kenapa Raka berada di depannya.
“Za, sudah bangun, kamu ?”tanya Raka kepada Reza. “Ka Raka, kok ada di depanku, kakak masuk ke dalam kamarku?”tanya Reza. “Ngaco, bua tapa aku masuk ke kamarmu.”ujar Raka. “Lalu?”tanya Reza yang belum sadar sepenuhnya. “Lihat kamu dimana sekarang?”tanya Raka agar Reza sadar. Reza melihat ke sekelilingnya, lalu berkata”Lho, aku ada di ruang makan.”ujar Reza.
“Kenapa?”tanya Reza kepada Raka. Raka menjawab dengan mengangkat kedua bahunya”Tidak tahu.” “Apa kamu tidur sambil berjalan?”tanya Raka kepada Reza. “Waduh gawat jika ka Gadis melihatnya, gimana ini?”tanya Reza ketakutan.
‘Kamu jangan di biasain seperti itu, bikin orang takut tahu.”ujar Raka.
“Aku sudah coba, tapi terkadang muncul kembali, aku setelah sadar tiba-tiba sudah berada di tempat yang berbeda.”ujar Reza.
“Sudah sana, kamu cuci wajahmu dulu.”ujar Raka. “Baik.”ujar Reza.
Reza beranjak dari kursi makan tersebut dan meninggalkan Raka seorang diri.
Raka membuka kulkas, lalu melihat bahan masakan yang bisa di buat sarapan, dia melihat martabak yang semalam akan di panaskannya, lalu mengambil beberapa bahan masakan untuk di masak pada pagi hari.
Gadis menghabiskan waktu selama tiga puluh menit untuk membersihkan dirinya, dia keluar dari kamar mandi, lalu mengambil pengering rambut, setelah selesai mengeringkan rambutnya, dia keluar dari kamar untuk melihat Reza sudah terbangun dari tidur atau belum, dia ingin bertanya kepadanya sejak kapan memiliki kebiasaan seperti itu.
Gadis turun dengan langkah perlahan agar tidak terjatuh, setelah di lantai bawah, hidungnya mencium aroma masakan, dia berjalan menuju area dapur dan melihat yang sedang memasak.
“Selamat pagi, Raka.”Gadis menyapa Raka.
Raka mendengar suara kakaknya langsung membalikkan badannya, lalu berkata”Selamat pagi, Ka.” “Sudah rapi saja, Ka.”ujar Raka. “Iya dong, biar nanti tidak repot.”ujar Gadis sambil berdiri di depan kulkas, dia ingin mengambil susu. “Kamu masak apa?”tanya Gadis.
“Masak nasi goreng sosis dan bakso, setelah itu martabak akan Raka panaskan.”ujar Raka. “Kamu mau di bikinkan kopi susu sekalian, nggak?”tanya Gadis. “boleh, kalau tidak keberatan.”jawab Raka. “Kemana adikmu?”tanya Gadis. “Reza, masih di kamar mungkin.”jawab Raka. “Baiklah.”ujar Gadis.
Reza keluar dari kamar dan bergabung dengan kedua kakaknya.
Kriet … Reza menarik kursi makan tepat berhadapan dengan Gadis.
“Za, kamu baru bangun?”tanya Gadis. “Iya, aku sekalian membersihkan diri.”ujar Reza.
“Oh begitu …”ujar Gadis.
Raka datang dengan membawa dua buah piring yang berisi nasi goreng sosis dan bakso di taruhlah dua buah piring tersebut pada meja makan, lalu dia kembali untuk mengambil satu buah piring dengan isi yang sama di meja dapur, kemudian segera bergabung dengan Gadis dan Reza dengan membawa satu buah piring yang tertinggal.
“Terima kasih.”ujar Gadis mengambil satu piring nasi goreng sosis dan bakso bagiannya. “Sama-sama, Ka.”ujar Raka. “Makasih, Ka.”ujar Reza sambil mengambil piring tersebut. “Iya.”ujar Raka. Reza dan Gadis mencicipi masakan buatan dari Raka.
“Rasanya pas.”Gadis memuji masakan Raka. “Makasih, Ka Gadis.”ujar Raka. “Kamu bakat jadi Chef, Lho.”ujar Gadis. “Masa? Aku bikin nasi goreng saja, sudah di puji bakat menjadi chef, ada – ada saja, Ka Gadis ini.”ujar Raka menggeleng – gelengkan kepala.
“Coba buatkan aku bekal makanan untuk perjalanan pulang nanti.”pinta Gadis. “Ka Gadis ingin memakan apa?”tanya Raka. “Bebas yang penting bisa di makan.”ujar Gadis. “Baiklah, nanti aku buatkan bekal makanan untuk kakak.”ujar Raka. “Aku tunggu ya.”ujar Gadis. “Ka, berangkat jam berapa?”ujar Reza. “Aku ambil jam 10 pagi, maka berangkat dari rumah sekitar jam 9 pas.”ujar Gadis. “Kira-kira macet, nggak dari rumah ke arah travel?”tanya Gadis.
“Tidak tahu.”ujar Raka mengangkat kedua bahunya. “Berangkat lebih awal saja, seperti jam 8.45 gitu untuk menghindari macet.”ujar Reza. “Nanti aku bosan jika kelamaan di sana.”ujar Gadis. “Daripada telat, nanti di tinggal.”ujar Reza. “Ka, ada aku dan Reza tidak akan bosan di sana.”ujar Raka. “Raka jangan lupa bekal makanan buatku, oke.”ujar Gadis. “Iya, sehabis ini aku akan memikirkan bekal makanan yang cocok untuk menemani perjalanan kakak.”ujar Raka. Gadis, Raka dan Reza terdiam, karena mereka melanjutkan kembali sarapan.
Gadis, Raka dan Reza menghabiskan waktu makan bersama selama tiga puluh menit, di sela – sela makan mereka mengobrol. Gadis mengambil gelas yang berisi kopi susu yang telah di buatnya pada pagi hari sengaja di dinginkan terlebih dahulu, rencananya akan di beri es batu, dia membawa gelas tersebut untuk di isikan es batu agar segar, walaupun masih pagi, namun matahari sudah sangat terik sehingga Gadis merasakan kegerahan. Sementara Raka sehabis makan, dia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7.00, masih ada waktu untuk memasak bekal makanan untuk Gadis.
“Raka, biar kaka saja yang bereskan meja makan dan mencuci piringnya.”ujar Gadis sudah kembali ke meja makan.
“Baiklah.”ujar Raka.
“Itu kopi susu sudah ku buatkan, sepertinya sudah dingin.”ujar Gadis.
“Lho, kalian membuat kopi susu tidak bilang aku.”ujar Reza menyimak obrolan kedua kakaknya.
“Kamu tadi tidak ada. Apa kamu ingin di buatkan kopi susu?”tanya Gadis.
“Mau dong, Ka.”jawab Reza. “Dasar bocaah manja.”sindir Raka kepada Reza.
“Biarin saja, wee.”ujar Reza sambil meledek Raka.
“Ayo bantuin dulu beres – beres meja makan ini, lalu cuci piring, nanti di buatkan kopi susu.”ujar Gadis.
“Siap.”ujar Reza.
Reza dan Gadis secepat mungkin membersihkan meja makan dan mencuci piring sehabis mereka makan. Mereka menghabiskan waktu selama tiga puluh menit.
Reza segera pergi dari dapur, sementara Gadis menghabiskan kopi susu dingin yang telah di buat, dia saat ini sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah. Sementara Raka sudah sibuk memilih bahan masakan di kulkas, lalu dia keluarkan bahan – bahan yang di perlukannya, kemudian di bawalah ke dapur.
Reza kembali ke kamar, dia sedang mempersiapkan barang yang akan di masukkan ke dalam tas kecil untuk di bawa pada saat mengantar Gadis.
Raka menhabiskan waktu selama tiga puluh menit untuk berkutat di dapur menyiapkan bekal makanan untuk Gadis, lalu di tata lah makanan tersebut ke dalam kotak makan, dia menghias makanan tersebut agar menarik. Raka bingung untuk minuman pelengkap makanannya, dia berpikir apa harus di buatkan kopi lagi, Raka akan bertanya nanti kepada Gadis untuk minuman yang ingin di bawanya.
Raka sudah menaruh bekal makanan tersebut pada meja makan dan di masukkan ke dalam tote bag, dia juga memasukkan cemilan untuk Gadis.
Raka segera meninggalkan dapur dan ruang makan, dia segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya untuk bersiap mengantarkan Gadis.
Gadis yang sedang menikmati kopi susunya di pagi hari dengan membaca sebuah majalah, Tiba – tiba Gadis teringat dengan teman kantornya yaitu Yuri, dia berpikir akan membelikan oleh-oleh untuknya.
“Biasanya di tempat travel ada yang jualan untuk oleh-oleh.”Gadis berkata dalam hati.
Raka keluar dari kamar sudah berpakaian rapi, wangi dan segar, begitu pula dengan Reza sudah siap untuk mengantar Gadis. Raka datang menghampiri Gadis, lalu berkata “Ka, aku sudah buatkan bekal makanannya, kalau minumnya mau beli saja atau bawa dari rumah?”tanya Raka. “Bawa dari rumah saja.”jawab Gadis. “Kakak, mau di bikinkan kopi lagi atau es lemon tea atau yang lain?”tanya Raka. “Tolong buatkan Cappucino ya.”jawab Gadis. “Baiklah, sebaiknya kakak bersiap untuk menurunkan barang-barang yang akan di bawa.”ujar Raka pergi meninggalkan Gadis di ruang keluarga.
Gadis segera pergi membawa gelas kosong, lalu gelas kosong tersebut, dia cuci terlebih dahulu, kemudian segera ke kamar untuk menurunkan barang-barang yang akan di bawa, pada saat akan menaiki tangga, Gadis bertemu dengan Reza.
“Ka, aku bantu menurunkan barang bawaannya.”ujar Reza. “Oke.”ujar Gadis.
Gadis menaiki tangga lebih dulu, kemudian di susul oleh Reza, saat ini mereka sudah berada di lantai atas, Reza membantu membawakan barang bawaan milik Gadis. Sementara Gadis dan Reza sedang sibuk menurunkan barang-barang dari lantai atas. Raka di dapur sedang membuatkan Cappucino special untuk Gadis, dia menaruh minuman tersebut pada tumbler yang selalu di bawa oleh sang kakak, lalu di masukkan ke dalam tote bag yang sama. Raka membawa tote bag tersebut ke ruang keluarga agar tidak tertinggal.
Gadis dan Reza sudah berada di lantai bawah dengan barang-barang. Raka melihat jam di dinding sudah pukul 8.30, dia memesan taksi online segera.
“Ternyata menurunkan barang dari lantai atas butuh tenaga yang ekstra.”ujar Gadis. “Ka Gadis jarang olahraga, jadi gampang lelah.”ujar Reza. “Masa?”tanya Gadis kepada Reza. “Ayo mengaku, di sana sudah jarang berolahraga, kan.”Reza menyindir sang Kakak. “Aku olahraga setiap hari pada saat berangkat kerja.”jawab Gadis.
“Waktu hari libur aku menghabiskan dengan bermalas-malasan, seperti menonton drama atau film.”ujar Gadis sambil tertawa kecil. “Jangan lupa sering minum susu agar sehat dan kuat.”ujar Raka. “Benar, aku di sana sudah jarang mengkonsumsinya.”uajr Gadis.
Tin … ! Tin … ! suara klakson mobil …
“Suara klakson taksi yang di pesan kamu, bukan ?”tanya Gadis.
“Aku lihat dulu.”ujar Raka berjalan ke teras rumah, dia membuka pintu rumah dan melihat ada sebuah mobil berada di depan gerbang.
“Ayo, mobilnya sudah datang.”ujar Raka memberitahu Gadis dan Reza.
Raka membantu membawakan barang bawaan Gadis, dia melihat ada lampu karakter yang di beli dengan uang saku dirinya dan Reza, Raka tersenyum.
Setelah sampai gerbang, Raka menaruh barang bawaan, lalu bertanya kepada supirnya.”Pesanan atas nama Raka?”tanya Raka. “Benar.”jawab supir. “Tolong, Pak, buka bagasi.”ujar Reza. “Baik.”ujar supir taksi segera turun dan membantu memasukkan barang ke dalam bagasi, setelah semua barang di masukkan ke dalam bagasi, Raka dan Gadis masuk dan duduk di kursi penumpang, sementara Reza duduk di samping pak supir. Mobil di lajukkan oleh supir sesuai aplikasi. Perjalanan Gadis dari rumah menuju tempat travel di lancarkan tidak terjebak macet, maka mereka cepat sampai ke lokasi. Gadis, Raka dan Reza segera turun dari mobil, lalu mengeluarkan barang yang berada dalam bagasi. Taksi segera pergi dari lokiaasi tersebut, Raka dan Reza membawakan barang bawaan Gadis masuk ke dalam ruangan tunggu.
Gadis melihat jam di tangan masih lama untuk keberangkatannya, dia berkata kepada kedua adiknya “Aku ingin memberikan oleh-oleh untuk temanku, apakah barangnya bisa di tinggal disini ya?” Raka Berkata “Ka Gadis tunggu sini saja, aku dan Reza yang akan membelinya, ayo, Za.” Gadis memberikan uang kepada Reza untuk membeli oleh-oleh. Reza dan Raka segera bergerak cepat membeli oleh-oleh tersebut. Reza dan Raka meghabiskan waktu dalam waktu tiga puluh menit membeli oleh-oleh tersebut.
***
Tibalah awal Gadis memulai kembali beraktifitas kerjanya, dia akan sibuk dengan kerjaan yang selama tiga hari di tinggal. Gadis saat ini sudah berada di ruangannya, dia sengaja datang pagi untuk mengerjakan pekerjaan yang tertunda, dia membuka laci pada meja kantor terdapat sebuah map berwarna kuning, lalu dia menaruh di atas meja, pada saat menaruhnya terdapat sebuah amplop kecil berwarna pink terjatuh, lalu dia membuka amplop dan membaca isinya.
Surat untuk Gadis,
Dis, pertama kali aku melihatmu sepertinya sudah terpesona oleh senyummu yang sangat manis. Aku mencoba mendekatimu dengan memberikanmu oleh-oleh, namun aku tidak tahan jika berdekatan denganmu detak jantungku Dep .. Dep .. Dep .. terasa lebih kencang. Aku merasa aku telah jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama.
Apakah kamu merasakan hal yang sama sepertiku? Atau hanya aku saja yang merasakan seperti ini. Jika kamu merasakan hal yang sama. Apakah aku boleh menjadi pelindung dan pendampingmu selama aku bernapas?
Bye Gerry.
***
Flash Back.
Tiga hari yang lalu, Gerry memasukkan amplop berwarna pink di laci Gadis, lalu dia berkata kepada Yuri teman dekat Gadis “Teh Yuri, saya titip kerjaan buat Gadis ya sudah di taruh dalam map. Yuri berkata “Iya, Ger, simpan saja di laci nya, nanti saat Gadis masuk, sudah bisa di kerjakan.
Flash Off
Gadis setelah membaca surat itu berkata “Benar seperti itukah ? atau hanya gombalan semata? Atau bercandaan saja.” Gadis lalu melipat surat itu dan di masukkan ke dalam tas. Gadis melanjutkan kembali pekerjaannya.
Gerry dan karyawan lainnya sudah datang, dia melihat Gadis sudah berada di meja kerjanya betapa senang, bibirnya tersenyum merekah, hatinya berbunga-bunga pujaan hatinya sudah mulai masuk. Dia mencari akal agar bisa mengobrol dengan Gadis. Langkah kaki Gerry menuju tempat pujaan hati dengan membawa sebuah kertas yang seolah-olah kerjaan untuk di berikan kepada Gadis.
“Hai …”sapa Gadis. “Kebetulan kamu ke sini, aku ingin menanyakan hal ini, maksudnya seperti apa ?”tanya Gadis sambil mengeluarkan amplop berwarna pink.
“Itu yah sesuai dengan isi suratnya.”jawab Gerry dengan menggaruk tengkuk yang tidak gatal. “Kamu serius?”tanya Gadis. “Serius banget, gimana mau langsung jawab pertanyaan yang ada dalam surat itu?”tanya Gerry dengan nada pelan penasaran sama jawaban Gadis. “Sejak kapan?”tanya Gadis. “Sejak ada kamu di sini.”jawab Gerry. “Tepatnya satu tahun yang lalu.”ujar Gerry. “Kamu belum ada di ruangan sini.”ujar Gadis. “Sudah ada, tapi lebih sering diluar kantor.”ujar Gerry. “Jadi?”tanya Gerry. “Kalau aku mencoba menjalani denganmu, gimana setuju?”tanya Gadis. “Ceritanya aku di terima?”tanya Gerry memastikan. Gadis hanya menjawab dengan menganggukan kepala. “Benar, aku di terima?”tanya Gerry tidak percaya. “Iya, kalau tanya lagi aku batalkan saja.”canda Gadis. “Eits, jangan dong.”ujar Gerry. Gerry segera kembali ke tempatnya dengan wajah yang cerah seperti mendapatkan undian dengan hadiah puluhan juta.
Akhirnya Gadis mendapatkan oleh-oleh yang berkesan dan manis, selama satu tahun ini dia tahu bahwa Gerry mencuri-curi pandang dengannya, namun takut dia merasa kepedean. Semua telah terjawab Gerry juga merasakan hal yang sama dengan Gadis.