Masukan nama pengguna
Sang mentari menampakkan sinarnya ke bumi yang dapat menghangatkan tubuh di pagi hari. Aku tinggal di sebuah unit apartemen, hari ini akan melakukan aktifitas sehari-hari adalah bekerja pada perusahaan di kota B.
Aku bersiap untuk berangkat ke kantor dengan menggunakan motor. Namun, di tengah perjalanan aku mulai merasakan ada yang tidak beres.
Tiba-tiba motorku berhenti sambil berpikir, “Yaah dorong deh, jika tahu begini aku tadi menggunakan mobil saja.”
Aku melihat ke sekeliling mencari bengkel terdekat yang sudah buka di pagi hari, kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dengan tempat kerjaku.
Setelah ketemu bengkelnya, aku bawa motorku untuk dilakukan pengecekan, ternyata bannya harus di tambal.
Di saat aku sedang menunggu motorku tepat di bawah sinar matahari, aku melihat seorang gadis menggunakan hijab berwarna pink dengan gaya berpakaian kantoran sangat rapi berjalan mendekat ke arah lingkungan tempat kantorku berada.
Aku melihat dari kejauhan gadis itu sangat cantik.
”Apakah dia seorang bidadari yang baru turun dari langit? suatu saat jika bertemu kembali aku akan berkenalan dengannya,” tanyaku dalam hati.
Tiba-tiba seorang montir menepuk bahuku sambil berkata, “Aa, ini motornya sudah selesai di service.”
“Terima kasih,” kataku.
Setelah itu aku mulai melajukan motor, tidak perlu menunggu waktu lama sudah aku pun sudah sampai di kantor.
Setelah memakirkan motor segera melakukan absen lalu memasuki lift untuk akses ke ruang kerjaku.
“Selamat pagi," sapaku pada rekan kerjaku.
“Pagi bro,” ucap Ryan.
Aku pun duduk di kursi kerja, lalu mulai menyalakan komputer.
Rayn sebagai teman kerja menghampiri ke meja kerjaku dengan membawa map untuk di serahkan kepadaku, lalu berkata,“Bro, dengar-dengar hari ini ada anak magang yang akan menggantikan posisi Nabila selama cuti melahirkan.”
“Oh,” sahutku.
Setelah Rayn memberikan map tersebut, aku pun melanjutkan kerja.
Waktu berjalan dengan cepat.
Kedua mataku melihat laporan di meja telah menumpuk, maka akan ku kerjakan telebih dulu yang deadline hari ini.
Diriku jika sudah bekerja, maka tidak akan menoleh di sekitar. Tiba-tiba muncul rasa mengantuk, aku beranjak dari kursi untuk membuat kopi agar hilang rasa kantuk.
Ketika aku melewati ruang kerja Nabila di sana terdapat ada tiga orang gadis yang menggunakan hijab.
“Setahuku tempat itu hanya ada dua orang yang menempati. Kenapa ada tiga orang?" tanyaku dalam hati sambil mengernyitkan dahi.
Aku mengangkat kedua bahuku dengan acuh tak acuh, kemudian melanjutkan untuk membuat kopi.
Aku kembali ke kursi dengan membawa kopi tersebut, lalu ku lanjutkan pekerjaan, tetapi apa ini hati merasakan penasaran tentang satu sosok gadis yang duduk di antara Nabila dan Shabrina.
Aku sambil menyesap kopi. Namun, kepalaku mengangguk-angguk.
“Nanti aku tanyakan kepada Rayn,” itulah isi kepalaku.
Bagiku waktu seakan berlari dengan cepat sehingga sudah jam pulang kerja, aku segera bersiap merapikan meja kerja.
Ku keluar dari pakiran dengan motorku pulang ke apartemen.
"Krucuk ... krucuk ...," suara perutku.
Langit sore kelabu gerombolan awan tebal bergelayut manja, seolah siap menumpahkan kesedihan pada bumi.
Di sudut kota yang sunyi, alunan rintik hujan mulai terdengar menyapa debu dan aroma tanah yang menguar di udara.
Ku taruh tas kerja di atas meja keluar kembali dari unit apartemen untuk membeli makanan, melihat langit seperti ingin menangis. Aku segera mengambil payung.
Aku berjalan mencari makanan ke arah taman, seketika melihat seorang yang sedang duduk di bangku taman. Dia mengenakan hoodie hitam sedang menelungkupkan kepala pada lututnya sangat erat sembari memandangi bunga-bunga di taman yang sedang bergoyang pelan akibat hembusan angin.
Ku mendekati bangku taman dengan memayungi diri. “Hey, bro tidak takut sakit? Jika duduk di sini,” kataku.
Dia mulai mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku, lalu berkata, “Tidak masalah bagiku.”
Kedua mataku membelalak ternyata dia seorang gadis.
"Pergi!" bentak Maira.
“Apakah dia sedang bersedih?” tanyaku dalam hati.
Aku bukan pergi dari gadis itu, namun berdiri di hadapannya menjaga jarak agar tidak mengganggu.
Kami membisu hanya suara hujan yang menemani. Perlahan aku mulai membuka percakapan dengannya, “Kamu suka hujan?”
Ku dengar gadis itu menghela napas, lalu mengendikan kedua bahu.
”Entahlah, tapi aku suka dengan melodi alunan hujan membuat hati damai,” jawabnya.
“Menarik. Aku sebaliknya suka hujan karena bikin udara lebih sejuk,” kataku.
Kami membisu kembali, entah kenapa aku mengulurkan tangan kepadanya sembari berkata, “Aku Herzhan."
Aku melihat gadis ini sempat ragu, namun akhirnya menangkupkan kedua tangan, “Maira," sahutnya.
“Kamu sering kesini?” tanyaku.
“Iya. Di kala aku sedang sedih,” ucap Maira dengan cepat.
Aku tersenyum tipis. “Kalau aku kesini lagi, kamu keberatan?” tanyaku.
Gadis itu menatapku dengan kaget, lalu berkata,”Terserah kamu. Siapa aku yang bisa melarangmu?"
Aku terkekeh pelan sambil berkata, “Oke. Sampai jumpa lagi, Maira.”
Aku pergi dari taman, namun bibir ini tak berhenti tersenyum, “Gadis yang sangat menarik,” gumamku.
Sesampainya di apartemen dengan membawa makanan yang sudah ku beli di luar.
“Bukankah gadis itu yang ku lihat dari arah bengkel pada waktu di pagi hari?” tanyaku dalam hati sambil menuangkan makan ke dalam piring.
****
Keesokan hari.
Aku menjalankan aktifitas sehari-hari, seperti bangun pagi, membersihkan diri, sarapan dan bekerja, terkecuali hari libur.
Kali ini aku berangkat ke kantor menggunakan mobil, karena cuaca yang semula cerah, namun langit berubah menjadi sendu, lalu muncullah awan gelap.
Saat ini aku sudah berada di pakiran kantor, aku berangkat lebih awal, karena ingin mengerjakan laporan yang belum selesai.
Sebelum memasuki lift, aku menyapa rekan kerja yang berada di sekitar satu gedung.
Ting !
Aku masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol ke arah ruangan kerja.
Tak membutuhkan waktu lama pintu lift terbuka berada tepat di lantai yang ku tuju. Aku melangkahkan kaki menuju ruangan.
BRUK !
“Aduh,” ucapku.
“M-M-Maaf,” sahutnya.
Aku melihat ada beberapa barang terjatuh, ternyata kami bertabrakan.
Seorang gadis menunduk sambil mengambil barang-barang yang terjatuh.
“Lain kali, hati-hati,” omelku sambil membantu memungut barang yang terjatuh.
Gadis itu menengadahkan kepalanya.“Tadi aku sudah minta maaf kepadamu,” ucapnya.
“Ini," Aku memberikan barang itu, lalu berhadapan dengannya.
Kami pun terkejut.
“Kamu?"
“Maira,” ucapku.
“Ternyata kamu bekerja di tempat yang sama denganku,” itulah pikiranku senyumku terbit.
Aku mengulurkan tangan,“Maira, kita bertemu kembali.”
“Bisakah kamu membantuku membawa sebagian barang-barang ini agar tidak jatuh kembali?" tanya Maira.
Aku mengangguk, lalu mengambil sebagian barang yang dibawanya.
”Memang mau di bawa kemana barang-barang ini ?” tanyaku.
"Logistik,” jawab Maira singkat.
Kami berjalan beriringan dengan membawa barang masing-masing yang akan di taruh di logistik.
Sesekali ekor mataku melirik ke arah Maira,“Cantik. Pipi chubbynya bikin gumush,” lirihku pelan.
Itulah pertemuan awal kami sangat berkesan.