Masukan nama pengguna
"Siap, Noted, Pak!"
Jawaban khas seorang budak korporat sepertiku jika diminta mengerjakan sesuatu oleh atasan.
Sejujurnya aku sendiri muak dengan kalimat itu. Namun, itu sudah menjadi refleks alam bawah sadar demi bisa bertahan di alam buas ini.
Aku melihat mereka yang memilih menjawab menggunakan kalimat lain pada akhirnya didepak pergi atau pergi sendiri setelah terluka parah jiwanya.
Idealisku sudah mati sejak aku masuk ke tempat ini. Temanku di sini hanyalah uang.
Setelah sepuluh tahun aku bekerja akhirnya mereka mengangkat jabatanku. Sudah keluh lidah ini menjilat sana-sini.
Hari ini aku menjadi seorang Bos. Akhirnya aku memiliki ruangan sendiri. Ruangan mewah dengan lampu gantung antik menerangi meja kerjaku.
Namun, baru saja aku duduk di kursi baru itu, bumi berguncang. Sebenarnya guncangannya ringan, tetapi cukup untuk membuat lampu antik itu jatuh menghantamku.
Mungkin ini adalah karma yang kuterima atas caraku mendapatkan semua ini.
Aku terbaring di lantai, kulihat leher dan bahuku bersimbah darah dengan pecahan lampu menancap di sana.
Para pegawaiku datang dengan wajah kaget dan mencoba menolongku. Namun, aku tahu tubuh ini sudah tidak kuat.
Aku teringat pada keluargaku yang menunggu di rumah merencanakan pesta hari pertama aku menjadi Bos. Aku ingin menelepon mereka. Namun, aku tidak kuat meraih HP-ku yang tertimpa di saku jasku.
Aku juga berpikir mungkin menelepon mereka dalam kondisi seperti ini bukanlah pesan terakhir yang baik. Maka, aku minta tolong pada para pegawaiku untuk menyampaikan pesanku untuk keluargaku.
Seusai bicara, pandanganku mulai kabur. Aku bertanya apakah para pegawaiku telah mencatat pesanku tadi. Sebelum semuanya gelap, aku bisa mendengar para pegawaiku mengatakan kalimat terkutuk itu...
"Siap, Noted, Pak!"