Flash
Disukai
2
Dilihat
14,462
Terserah
Drama

"Terserah..."

Jawabnya tiap kali aku tanya mau makan apa. Delapan tahun menjalin hubungan dengannya ternyata tidak membuat aku bisa mengerti jalan pikirannya. Namun, itu tidak sedikitpun mengurangi cintaku padanya.

Dia adalah segalanya bagiku. Dia datang ketika aku hampir memutuskan untuk menyusul kedua orang tuaku ke sisi Sang Pencipta. Semua orang bilang turut berduka cita atas kecelakaan itu dan siap membantu bila aku perlukan. Namun, hanya dia yang memelukku dan membiarkanku menangis di pelukannya. Setelah kesedihanku usai, dia menunjukkan padaku bahwa di dunia ini masih ada hal-hal yang indah dan layak diperjuangkan. Di tengah kehampaan itu, dia berhasil membuatku terkejut.

Maka, sejak saat itu giliranku membuatnya terkejut. Setiap kali kami berkencan, aku membawanya ke tempat makan yang belum ia tahu. Tempat yang kuketahui dari riset kecil-kecilan di media sosial. Hasilnya tidak menentu. Kadang dia suka, kadang tidak. Namun, hal yang pasti adalah dia selalu terkejut.

Senyumannya ketika dia senang merasakan makanan yang enak dan tawa puasnya meledekku ketika merasakan makanan yang tidak sesuai seleranya, bagiku itu adalah hal indah yang layak diperjuangkan dalam hidup.

Setelah membawanya ke ratusan tempat makan baru, kencan kali ini aku memutuskan untuk tidak akan membawanya ke tempat makan yang baru. Aku akan membawanya ke tempat makan pertama kami berkencan, tapi aku akan membuatnya jauh lebih terkejut dari biasanya. Aku akan melamarnya.

Sepanjang perjalanan di atas motor, aku tersenyum melihat wajahnya dari kaca spion dan membayangkan tangannya yang memelukku ini sebentar lagi akan dihiasi oleh cincin yang kusiapkan di sakuku. Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya yang terkejut nanti ketika aku berlutut di hadapannya dan menanyakan pertanyaan sakral itu. Namun, ternyata aku yang lebih dulu terkejut, oleh sebuah truk yang melaju kencang dari arah samping menuju ke arah kami tanpa banyak bertanya.

Dentuman keras dan pandangan yang berputar kabur mengguncang tubuhku dengan begitu cepat. Sensasi yang sama seperti saat aku menaiki mobil bersama Ayah dan Ibu untuk pergi wisata keluarga terakhir kalinya. Aku teringat kembali sosok Ayah dan Ibu yang terbaring berdekatan saling mencoba meraih tangan masing-masing, tetapi tidak sampai. Sebelum pingsan aku menjadi saksi bahwa kedua orang tuaku itu telah memenuhi sumpah pernikahan mereka untuk saling mencintai hingga maut memisahkan.

Sekelebat kemudian aku sudah terbaring di aspal, aku melihat motorku tergeletak hancur. Seluruh tubuhku gemetar, kecuali kakiku, aku tidak bisa merasakannya. Aku tidak bisa bangkit. Aku berusaha menoleh, mencari sosok wanita yang kucinta. Aku melihatnya terkapar di sisi jalan. Matanya memandangku. Dia lebih terkejut dari biasanya.

Aku menjulurkan tanganku mencoba meraihnya. Namun, dia sudah lebih dulu diraih oleh Ayah dan Ibu. Aku memang selalu berharap mereka bisa bertemu, tetapi tidak dalam situasi seperti ini.

Aku jadi teringat pada perjumpaan pertama kami dan semua hal yang ia katakan padaku, tentang keindahan dunia. Aku bisa melihat semua itu kembali. Namun, pandanganku mulai kabur terhalang oleh air mata yang mengucur. Semuanya tampak semakin gelap seperti ada sesosok jubah hitam besar yang semakin dekat menghampiri wajahku. Di tengah riuh suara klakson kendaraan dan teriakan orang-orang, aku mendengar sebuah bisikan pertanyaan yang sama seperti saat wisata keluarga itu, "Mau sekarang?"

Berbeda dengan dahulu saat aku bisa menjawab “tidak” dengan yakin, sekarang aku tidak tahu. Aku kembali melihat ke arah wanita yang kucinta dan di sana aku baru menyadari, cincin yang kusiapkan di sakuku ternyata tergeletak di antara kami. Kejutan yang kusiapkan untuknya ternyata malah mengejutkanku. Aku ingin kembali menjadi orang yang dikejutkan saja. Seiring kegelapan yang semakin pekat, aku memberikan jawabanku pada bisikan itu,

"Terserah...”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)