Masukan nama pengguna
"Bisa Kurang?"
Mantra Ibu setiap kali berbelanja. Kata Ibu hidup ini sudah sulit, maka kita harus bisa menawar.
Mantra itu berhasil membantu Ibu membesarkan aku sendirian. Ibu juga mengajarkan mantra itu padaku.
Namun, beberapa kali aku mencoba, hatiku tidak pernah cukup tangguh untuk merapalkan mantra itu.
Sejak sekolah sampai bekerja, hidupku menderita karena aku tidak bisa menawar permintaan yang datang.
Banyak orang bilang aku terlalu bodoh karena mau saja bekerja lama-lama dengan upah murah.
Aku juga jadi selalu lembur lantaran tak berani menawar pekerjaan di luar beban tugasku.
Sayangnya, tubuhku juga tidak bisa menawar. Aku masuk rumah sakit karena terlalu kelelahan.
Dokter bilang aku harus istirahat seminggu. Namun, Bosku meminta aku untuk menawarnya.
Tentu saja aku tidak bisa. Maka aku pun diberhentikan dari kantor dengan uang pesangon tidak seberapa.
Setelah lama tidak bertemu dengan Ibu, beliau datang ke rumah sakit untuk menemaniku.
Saat tangan Ibu mengelus wajahku, aku sadar bahwa Ibu mungkin bisa menawar segalanya, kecuali usia.
Aku bisa melihat Ibu juga tidak sedang baik-baik saja. Namun, dia mencoba menutupinya dariku.
Saat aku keluar dari rumah sakit, Ibu masuk untuk dirawat. Dokter bilang Ibu mengalami penyakit serius.
Ibu bilang dia tidak punya uang dan asuransi kesehatan. Ternyata biaya rumah sakit juga tidak bisa Ibu tawar.
Aku bilang pada Ibu bahwa aku punya uang. Maka kini gantian aku yang menemani Ibu di rumah sakit.
Selama aku menemani Ibu, hubungan kami semakin membaik. Namun, kesehatan Ibu semakin memburuk.
Aku minta maaf pada Ibu karena aku tidak bisa menjadi anak yang hebat. Aku telah mengecewakannya.
Ibu berkata di hidupnya hanya satu kali dia tidak ada niat untuk menawar, yaitu saat Tuhan menitipkan aku padanya. Dia menerimaku dengan bangga.
Setelah mengatakan itu, Ibu pergi menemui Tuhan.
Petugas pemakaman datang memberikan daftar harga prosesi pemakaman Ibu padaku.
Kulihat tabunganku sudah menipis. Aku mengingat Ibu. Aku merasa Ibu hadir menangguhkan hatiku.
Dipenuhi rasa kepercayaan diri, akhirnya aku merapalkan mantra itu sepenuh hati.
"Bisa Kurang?"