Masukan nama pengguna
"Tunggu Pembalasanku!"
Setalah mengatakan kata-kata itu, dia lari. Ini adalah pertarunganku ke sembilan puluh sembilan sejak aku pulang dari pertapaanku di Hutan Terlarang.
Kabar bahwa aku pulang dengan membawa kesaktian menyebar ke para pendekar yang haus kekuatan. Mereka ingin merebut pusaka Mawar Malaikat Berduri Iblis yang kini bersemayam di jantungku.
Aku memutuskan untuk menjadi pendekar karena aku lelah menjadi petani. Namun, bertarung meregang nyawa ternyata lebih melelahkan dari menanam padi di sawah.
Kata mediang ayahku, kita akan menuai apa yang kita tanam. Maka, keluarga kami menanam padi agar kami menuai beras. Namun, kini aku menanam dendam, maka aku akan menuai balas.
Tidurku tidak pernah nyenyak lagi karena para pendekar itu menyerangku dalam lelap. Makanku tidak pernah nikmat lagi karena mereka bernafsu membunuhku dengan lahap. Aku ingin kembali menjadi petani, tetapi jika pusaka ini kucabut dari jantungku maka nyawaku pun akan ikut lenyap.
Maka, aku pergi mengembara ke desa antah-berantah. Seorang juragan menawarkanku pekerjaan untuk merawat sawahnya. Aku menerimanya dan memulai hidup yang baru atau lama karena aku kembali menjadi petani, terserah kau saja menganggapnya bagaimana.
Aku semangat menjalani pekerjaanku kembali sebagai petani. Perlahan aku menabung hingga aku bisa membeli tanahku sendiri dan lepas dari tali kendali Juragan. Aku pun menikah, memiliki anak, dan pekerja untuk sawahku yang semakin luas. Para warga mulai memanggilku sebagai Juragan dengan senyum ikhlas.
Saat kepala desa mangkat, para warga sepakat memilihku untuk menjadi kepala desa yang baru. Semua bertepuk tangan, kecuali Juragan tuanku dulu yang hanya diam dan mengepalkan tangan.
Saat kenduri merayakan hasil panen, di depan semua warga Juragan mengatakan bahwa aku bukan siapa-siapa tanpa bantuannya. Maka, sudah seharusnya aku membalas budi. Dia meminta semua yang kupunya. Harta, tahta, dan keluarga. Tentu saja aku menolaknya.
Di suatu malam, saat aku tengah sibuk mengurus masalah desa, aku melihat cahaya temaram dari arah sawah. Aku mendapat kabar bahwa Juragan telah menyuruh seratus orang pendekar dari luar desa untuk membakar seluruh sawahku bersama dengan para pekerja, istri, dan anak-anakku di dalamnya.
Jantungku terasa sesak hingga ingin meledak. Mawar Malaikat Berduri Iblis yang telah lama tertidur kembali menjalar ke seluruh pembuluh darahku. Gigiku bergemertak lalu aku berteriak...
"Tunggu Pembalasanku!"