Masukan nama pengguna
"Kiri, Bang!"
Para penumpang angkutan kota itu berteriak. Namun, Rusadi masih saja menginjak pedal gas.
Diagnosa dokter THT di puskesmas mengatakan bahwa Rusadi terlalu sering mendengar suara keras.
Rusadi sadar bahwa itu adalah hukuman dari kehidupan masa lalunya. Sebelum menjadi supir angkot dalam kota, Rusadi adalah supir truk barang antar provinsi.
Demi menjaga kewarasan dari ganasnya jalanan, Rusadi sering menghabiskan malamnya di tempat karaoke di dekat tempat peristirahatan. Semua dia ikuti karena mendengar ajakan temannya sesama supir.
Rusadi jarang pulang ke rumah ataupun memberikan nafkah pada istri dan anaknya. Dia lebih sering mampir ke panggung-panggung hajatan dan menyawer biduan.
Istrinya pun akhirnya memberikan Rusadi pilihan, cerai atau berhenti jadi supir truk antar provinsi.
Maka, di sini lah Rusadi sekarang. Bahunya ditarik oleh penumpang angkot agar ia memindahkan pijakan kakinya ke pedal rem.
Setidaknya, gangguan pendengaran yang dideritanya membuat Rusadi tidak mendengar sumpah serapah para penumpang yang marah.
Rusadi sering berpikir untuk berganti profesi. Namun, tidak ada keahlian yang dia punya selain menjadi supir. Teman-temannya juga bilang bahwa dia tidak pantas untuk kerja selain menjadi supir.
Penghasilan Rusadi sekarang jauh dari kata cukup. Bahkan dia tidak mampu membelikan boneka beruang besar untuk hadiah ulang tahun anaknya.
Maka, gembira lah Rusadi saat melihat ada wahana uji keberuntungan di pasar malam. Sebenarnya wahana itu lebih tepat jika disebut sebagai uji ketelitian.
Sang penjaga wahana akan memasukkan uang koin ke dalam satu dari tiga gelas plastik. Dia akan mengacak urutan gelas itu dan meminta pengunjung menebaknya.
Jika pengunjung berhasil menebak dengan benar, mereka akan mendapatkan hadiah sebuah boneka beruang besar.
Banyak orang telah mencoba, tetapi sejauh ini belum ada yang berhasil.
Sang penjaga wahana meyakinkan bahwa tidak ada kecurangan. Gerakan tangannya memang cepat karena dia adalah mantan buruh pabrik bagian pengemasan.
Rusadi dengan percaya diri menyerahkan seluruh pendapatannya seharian sebagai uang bermain.
Sang penjaga wahana pun mulai mengacak-acak urutan gelas dengan sangat cepat.
Pengunjung lain terpana dan tidak bisa mengikuti posisi akhir gelas yang berisikan koin.
Namun, mata Rusadi telah berpengalaman melihat laju kendaraan yang cepat di jalanan yang gelap, bahkan dalam keadaan mengantuk.
Sang penjaga wahana berhenti mengacak urutan gelas dan meminta Rusadi untuk menebak gelas mana yang ada koinnya.
Para pengunjung saling bersahutan menunjuk gelas yang di tengah atau di kanan. Untungnya Rusadi tidak bisa mendengar itu semua.
Setelah selama ini dia merasa hidupnya kacau karena mendengarkan apa kata orang, akhirnya untuk pertama kalinya Rusadi merasa berada di jalan yang benar. Dia percaya pada penglihatannya sendiri dan dengan yakin menjawab.
"Kiri, Bang!"