Masukan nama pengguna
"Kalau bangun duluan, bangunin ya!"
Pinta kakakku tiap malam minggu. Dia tak ingin kelewatan satu pun acara kartun di televisi. Mulai dari Let's & Go! hingga Yu-gi-oh-!! kami tonton bersama. Seperti acara kartun, hidupku saat itu penuh warna.
Namun, layaknya acara tinju yang tiba-tiba tayang menggantikan acara kartun, kebahagiaanku digantikan oleh kesedihan saat polisi datang mengabarkan bahwa orang tuaku menjadi korban aksi perampokan di jalan. Mereka telah tiada. Hari itu, kejenakaan Doraemon dan Crayon Shinchan tidak mampu membuat aku dan kakakku berhenti menangis.
Selepas kepergian orang tua kami, Kakakku berjanji akan selalu menjagaku. Namun, ia tidak bisa menepati janjinya karena Kakek dan Nenek dari Ayah dan Ibu tidak ada yang mau mengalah. Kudengar dulu mereka tidak setuju ayah dan ibu menikah, tetapi kini mereka berebut ingin merawat kami. Akhirnya aku dan kakak harus rela dibagi. Kami hidup terpisah. Mereka berjanji akan saling mempertemukan kami. Kakak berjanji aku datang membantuku ketika aku butuh pertolongan, seperti Power Ranger.
Awalnya, janji itu mereka tepati. Namun, perlahan frekuensi kami bertemu mulai melambat dan akhirnya hilang kontak sepenuhnya, bagaikan siaran kartun yang menghilang belum sampai tamat. Aku beranjak remaja dan mengalami banyak kesulitan hidup. Teman sekelasku bagaikan monster yang suka merundung. Namun, berapa kali pun aku meminta tolong dalam hatiku, kakakku tidak pernah datang. Mungkin benar kata orang, ketika dewasa kamu akan mengerti bahwa Power Ranger itu tidak benar-benar ada.
Saat aku sudah bisa mengurus diriku sendiri, kakek dan nenek satu per satu pergi berpulang menyusul ayah dan Ibu. Aku tinggal sendiri, tanpa ada robot kucing dari masa depan atau ninja dari desa Iga yang datang untuk meringankan beban hidupku. Penyelamat itu justru datang dalam wujud minuman keras. Bersamaan dengan menghilangnya acara kartun minggu pagi di televisi, keceriaan dalam hidupku pun ikut sirna.
Minuman keras kugunakan untuk melawan kegelapan dalam diriku. Perlahan waktuku untuk sadar berada di dunia ini semakin berkurang. Suatu hari, aku tersadar di pinggir jalan di depan masjid. Seorang ustadz yang hendak shalat subuh menolongku. Dia bilang hatiku telah rusak, aku harus mendekatkan diri pada Tuhan. Aku setuju dengannya. Maka, aku meneguk minuman keras itu semakin banyak berharap saat sadar aku akan bertemu Tuhan dan terlepas dari semua rasa sakit ini.
Namun, aku malah tersadar di rumah sakit. Sama seperti Ustadz, Dokter juga mengatakan bahwa hatiku telah rusak. Aku harus segera mencari donor dan menjalani operasi. Dia bertanya soal keluarga karena mereka adalah kemungkinan terbaik sebagai donor. Aku hanya tertawa. Dokter tidak mau aku berputus asa, maka ia mengumumkan kondisiku ke publik, berharap akan ada relawan yang mau membantu.
Hari-hari berlalu tanpa ada kabar soal relawan, aku terbaring pasrah di kasur rumah sakit. Kulihat TV di kamar rawatku menayangkan kembali siaran kartun favoritku. Aku tersenyum mengenang kembali hidupku yang rasanya hanya bahagia saat aku kecil. Kemudian aku menangis, menyadari bahwa semuanya tidak sama lagi. Kali ini aku menonton dengan banyak beban hidup. Acara TV itu tidak mampu menyelamatkanku, aku butuh pertolongan dari seorang pahlawan sungguhan. Maka, dalam hatiku aku berteriak minta tolong.
Di saat itu lah dia datang dan berbaring di kasur sebelahku. Dia bilang dia akan memberikan hatinya untukku. Selagi suster mempersiapkan diriku dan dirinya untuk menjalani operasi, orang itu bercerita soal masa kecilnya bahwa dirinya memiliki janji pada seseorang. Aku tak mengenali wajahnya. Dia juga tidak mau memberitahukan namanya, dia hanya bilang bahwa dirinya adalah Power Ranger. Obat bius mulai mengambil alih kesadaranku, sebelum aku terlelap, aku mendengar permintaan terakhirnya.
"Kalau bangun duluan, bangunin ya!"