Masukan nama pengguna
PENJEMPUT
Setiap malam jam 02.00 dini hari, taksi itu berhenti di depan gang rumah Rendi.
Tak pernah telat. Tak pernah lebih awal.
Sopirnya tak pernah keluar. Hanya diam, menunggu. Mobil menyala, lampu dalam mati.
Rendi yang pertama kali menyadarinya.
Awalnya ia pikir itu kebetulan. Tapi setelah seminggu, ia mulai mengamati dari balik tirai.
Tepat jam 02.00. Setiap malam. Mobil yang sama. Plat yang sama. Diam. Lalu pergi lima menit kemudian.
Ia tak pernah melihat siapa pun masuk atau keluar. Tak ada tetangga yang memesan taksi di jam seganjil itu.
Akhirnya, Rendi memberanikan diri keluar malam itu.
Saat ia mendekat, kaca jendela belakang perlahan turun. Tak ada siapa-siapa di dalam. Hanya lembaran kertas terlipat di kursi belakang. Rendi meraihnya dengan tangan gemetar.
"Kami datang setiap malam. Tapi kami hanya akan membawa orang yang siap. Malam ini, kami yakin kamu sudah siap. Silakan masuk."
Rendi mundur. Jantungnya berdetak terlalu keras. Ia berlari masuk ke rumah, mengunci semua pintu, menarik tirai.
Malam itu, taksi itu tetap menunggu lima menit.
Lalu pergi. Seperti biasa.
Keesokan paginya, Rendi tak bangun.
Ia ditemukan tak bernyawa, di kursi dekat jendela. Dengan catatan kecil di tangannya:
“Aku belum siap. Tapi mereka tahu kapan aku bohong.”