Garis Putih di Langit

Setiap malam sebelum tidur, Dea menatap langit dari jendela kamarnya yang kecil.

Ada satu garis putih memanjang, seperti jejak pesawat. Tapi anehnya, garis itu tak pernah hilang. Tidak pudar. Tidak berubah arah. Selalu di tempat yang sama.

“Langit rusak,” katanya suatu malam, bercanda ke dirinya sendiri.

Ia mulai mengabadikannya setiap malam, berpikir ini mungkin fenomena alam. Tapi tidak ada yang membahasnya di berita. Tidak ada tetangga yang melihatnya. Bahkan langit di foto itu… selalu kosong.

Garis itu hanya terlihat oleh Dea.

Beberapa malam kemudian, garis itu mulai bertambah.

Satu menjadi dua. Dua menjadi empat.

Seperti bekas goresan tipis yang melukai langit.

Dan setiap kali garis itu bertambah, Dea merasa sedikit lebih lelah. Pandangannya kabur, jantungnya sesekali berdebar tanpa sebab. Ia pergi ke dokter, hasilnya: normal.

“Mungkin kamu stres,” kata mereka.

Suatu malam, Dea menatap langit lebih lama. Ia mencoba mengikuti garis-garis itu… dan menyadari sesuatu:

Garis-garis itu membentuk pola.

Garis horizontal, vertikal, menyilang…

Seperti peta.

Lebih tepatnya, denah.

Jantung Dea berhenti sejenak. Ia menggambar pola itu dengan pensil dan kertas. Dan setelah 15 menit—ia tersadar:

Itu denah kamarnya. Lengkap, detail, persis.

Dan ada satu titik merah kecil…

di tempat ia berdiri.

Saat itulah, garis kelima muncul di langit.

Garis yang lurus, tajam… dan bergerak turun.

Bukan sekadar garis.

Itu retakan.

Langit mulai terbelah pelan-pelan.

Lalu gelap.

Listrik mati. Suara diam merayap.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Dea tidak bangun.

---

Keesokan harinya, berita pagi melaporkan:

“Seorang wanita ditemukan tak sadarkan diri di kamar kosnya. Dinding kamarnya penuh coretan aneh seperti denah, dan jendelanya terbuka lebar menghadap langit. Tidak ada tanda luka. Tidak ada tanda kekerasan. Tapi wajahnya... seperti seseorang yang melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihat.”

---