Flash
Disukai
1
Dilihat
5,413
my wife di dunia maya
Drama

Aku lupa sudah berapa kali mimpi tentang dia. Wajahnya selalu sama—tenang, senyum kecil, dan seolah mengenalku seumur hidup. Dalam mimpi, dia bukan perempuan yang hanya bisa kulihat dari layar kecil ponsel. Dia nyata. Hangat. Ramah.

Anehnya, saat aku menggenggam pinggangnya pelan, dia tak marah. Tak menolak. Dia menoleh padaku dan berkata:

“Kamu selalu ada di sini ya, di tempat ini.”

Aku ingin bertanya, “Tempat apa?” tapi dia sudah berjalan menjauh, meninggalkanku di taman yang samar.

Aku terbangun dengan detak jantung yang kacau. Bantal basah oleh peluh, dan langit-langit kamarku kembali menjadi batas realita.

Namanya—nggak perlu kusebut di sini—sudah lama kupantau. Seorang perempuan cantik di Instagram. Gaya hidupnya tampak menyenangkan: photoshoot, konten-konten kecil, story dengan drama buatan, pilates tiap minggu, dan kadang-kadang muncul dengan outfit yang... menggoda, tapi tetap “aman”. Angle kamera sering mengarah ke lekuk tubuh—pantat, dada, tapi tetap dalam batas estetis. Apakah itu salah? Nggak juga. Itu hak dia.

Aku nggak pernah kenal langsung. Hanya teman di Instagram. Bahkan kami nggak saling follow. Tapi aku sering bercanda di DM-nya, balas story-nya dengan kalimat konyol: “my wife”, “calon istri idaman”, atau “Alhamdulillah, istri gue makin glowing”.

Bodoh, ya?

Dia nggak pernah bales. Bahkan kayaknya cuma lihat doang. Dan yang dia bales? Cewek semua. Laki-laki? Kayaknya enggak pernah. Atau mungkin ada satu-dua yang dia kenal banget.

Aku pernah mikir, “Kalau emang risih, kenapa nggak block aja gue?”

Tapi dia tetap biarin aku ngelawak sendiri di kolom komentar. Kadang aku mikir, dia emang nggak peduli. Atau mungkin, justru dia sengaja jaga-jaga, takut kehilangan engagement dari fans cowok?

Aku pernah DM:

“Semoga suatu hari kamu bisa main di film gue ya. Aku lagi bikin studio film kecil-kecilan.”

Nggak dibalas.

Aku pernah ngetag dia di story soal proyek film. Dia lihat. Udah. Lihat doang.

Lucunya, dia pernah dateng ke gala premiere temanku, bareng artis yang pernah syuting bareng aku juga. Tapi yang dia ajak? Temen cewek atau asistennya. Nggak pernah cowok. Kayak jaga image banget.

Mungkin dia punya pacar. Tapi nggak pernah diumbar. Ganteng mungkin. High value. Atau mungkin dia emang nggak suka cowok biasa-biasa aja. Dan aku? Aku cuma cowok yang lagi bangun karier dari nol, bikin film pendek, punya mimpi bikin studio film sendiri kayak Pixar.

Pernah ada satu momen, aku berhenti DM dia. Udah lima hari. Nggak ngomenin apapun. Diam. Nggak ganggu.

Tapi dia tetap aktif. Upload story gym, angle tetap sama. Foto tetap memperlihatkan bentuk tubuh. Senyum tetap manis, caption tetap dreamy. Kayak ada pesan yang bilang, “Lihat gue, tapi jangan deketin gue.”

Aku tertawa kecil sendiri. Lucu. Ironis.

Dia bilang nggak mau diganggu fans, tapi gaya hidupnya jelas menarik perhatian. Dia ingin dilihat, tapi tak ingin didekati. Dia ingin disayang, tapi hanya oleh mereka yang ia pilih.

Malam itu aku duduk di depan laptop, membuka draft cerita. Dan entah kenapa, aku tulis semua rasa ini dalam bentuk fiksi.

Tokohnya laki-laki bernama Arya. Lalu perempuan itu... tak kuberi nama. Biarlah ia jadi bayangan. Yang datang dalam mimpi, tapi tak pernah menyapa dalam nyata.

Kau tahu, kadang dunia maya ini racun. Kita jatuh cinta pada potongan citra. Kita tertipu oleh keceriaan digital. Kita berharap pada seseorang yang bahkan tak pernah tahu kita benar-benar ada.

Tapi aku nggak nyesel. Karena dari situ, aku bisa menulis. Bisa melukis rasa. Bisa mengolah luka jadi cerita.

Dan mungkin suatu saat, saat dia lihat karya itu, dia tahu...

“Ini tentang aku.”

Tapi aku tak butuh dia membalas. Tak lagi.

Aku hanya ingin bebas dari bayangannya.

Dan sekarang... aku sedang belajar bangun

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)