Mencari Tuhan Sepanjang Zaman
11 dari 13
Chapter sebelum
Empat Kebenaran dan Kritik (1)
Chapter berikut
Tentang Penerjemah
#11
Empat Kebenaran dan Kritik (2)
34. "Limitasi Tuhan ialah kebaikan-Nya". Intuisi religius tentang kebaikan Tuhan merupakan salah satu alasan penting bagi Whitehead untuk tidak menyamakan Tuhan dengan "semua yang ada dan mungkin ada". Dalam sistem metafisika Whiteheadian, Tuhan bukanlah actus purus dan hal ini pun mustahil. Aktualitas yang tidak berpembatasan, dalam sistem ini, tidaklah punya makna. Bagi Whitehead, menyebut Tuhan sebagai actus purus itu lebih merupakan "metaphysical compliment" untuk memuja kemahasempurnaan Ilahi, tanpa memerhatikan makna istilah ataupun kontradiksi-kontradiksi yang timbul dari dalam istilah itu. Bukanlah pertama-tama tugas para teolog untuk mencermati hal ini, kata Whitehead, namun para filosof utamanya metafisikawan tidak boleh melewatkannya.

35. Analisis Whitehead atas situasi metafisis dari kosmos yang kini ada, atau kosmologi, menampilkan Tuhan sebagai keniscayaan yang ditandai oleh dua kutub (dipolarity of God): sisi mental atau "primordial nature of God" dan sisi fisik atau "consequent nature of God". Dalam kutubnya sebagai hal-asali (primordial nature), Tuhan memersepsi dan menyeleksi secara konseptual bentuk-bentuk dari "Khazanah Bentuk-Bentuk" dan menginformasikan permanensi, tatanan, dan juga kebaruan pada Kreativitas. Kita barangkali dapat merumuskan bahwa kutub asali ini ialah kutub Tuhan sebagai "antesedens dari semua antesedens". Dalam kutub yang lain, Tuhan memersepsi dunia aktual dan memprehensi semua "pengalaman sekejap" yang pernah aktual. Tuhan dalam kutub konsekuens adalah muara dari semua yang pernah ada, konsekuens dari semua konsekuens. Dalam ungkapan Whitehead sendiri, "the fellow sufferer who understands". Yang penting untuk dicatat, seperti digarisbawahi oleh Jan Van der Veken, ialah bahwa kedua kutub itu hanya dapat dibedakan, tetapi tidak untuk dipisahkan. Meniadakan yang satu berarti meniadakan yang lain.

36. Alinea ini menjelaskan hal yang sama dengan alinea penutup PR yang menegaskan bahwa dalam kutub konsekuens dari Tuhan "the fellow sufferer who understands", semua entitas aktual atau "pengalaman sekejap" itu akan memperoleh "imortalitas objektif" ("objective immortality") dengan cara diprehensi oleh "pengalaman everlasting", yakni Tuhan dalam kodrat sebagai konsekuens. "We find here the final application of the doctrine of objective immortality. Throughout the perishing occasions in the life of each temporal Creature, the inward source of distaste or refreshment, the judge arising out of the very nature of things, redeemer or goddess of mischief, is the transformation of Itself, everlasting in the Being of God. In this way, the insistent craving is justified—the insistent craving that zest for existence be refreshed by the ever present, unfading importance of our immediate actions, which perish and yet live for evermore" (PR, h. 351).

37. Imanensi Tuhan di dunia ini ialah fusi antara dunia dari kemungkinan yang bernilai dan dunia aktual.

38. Indeterminateness hilang ketika "initial aim" ditawarkan pada dunia, diinformasikan pada dunia sebagai Kreativitas yang mengaktual ini.

39. Yang ingin digarisbawahi oleh Whitehead dalam RM ini ialah "permanensi", "keteraturan", "harmoni" di balik segala perubahan kreatif di dunia ini. Adanya Tuhan dapat "dibuktikan" dengan mencermati "permanensi" dalam kosmos (the rightness of the very nature of things). Namun, dalam alinea ini, Whitehead sudah mengisyarat-kan gagasan yang tak terpisahkan, yang beberapa tahun kemudian diterbitkannya dengan judul The Function of Reason (versi Indonesia: Fungsi Rasio, Yogyakarta: Kanisius, 2001). Pengantar untuk terjemahan Indonesia itu menyorotinya lebih dari sudut kosmologi dan epistemologi. Kalau FR dibaca dari kepentingan filsafat ketuhanan, yang dalam kasus Whitehead memang tak bisa diceraikan dari kosmologi, dapatlah kini dikatakan bahwa adanya Tuhan dapat "dibuktikan" dengan mencermati upward trend atau "kecenderungan naik" dari proses kosmis yang bersifat ganda, yakni keruntuhan fisik (downward trend) yang ditimbulkan oleh pertambahan entropi di satu sisi serta naiknya kompleksitas psikis (upward trend) seperti ditunjukkan oleh evolusi biologis di sisi lain. Dalam FR, meskipun tidak disebut secara eksplisit seperti dalam RM, Tuhan adalah counteragency yang diandaikan oleh perkembangan "naik" secara spiritual itu.
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)