Mencari Tuhan Sepanjang Zaman
4 dari 13
Chapter sebelum
Daftar Singkatan Karya Whitehead
Chapter berikut
Satu Agama dalam sejarah (2)
#4
Satu Agama dalam sejarah (1)
1. Meminjam istilah Gabriel Marcel (1889-1973), aritmetika terletak pada suasana "mempunyai" dan merupakan sekadar "problem", sedangkan agama terletak pada suasana "ada" dan merupakan "misteri".
2. Justification mungkin dapat diterjemahkan sebagai ‘pembenaran" atau ‘pemaknaan". Justification ialah tindak mengubah (transformasi) dari apa yang semula tidak bermakna, kacau, tidak berbentuk menjadi sesuatu yang bermakna; dari apa yang semula sia-sia, absurd, menjadi sesuatu yang benar, yang bertujuan.
3. Kalimat ini merupakan acuan tersirat kepada Matius 23: 25-26, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih."
4. Menganut agama secara tulus (sincerely) tampaknya harus dikontraskan dengan menganut agama dalam konteks "psikologi-massa". Lawan dari "ketulusan" adalah "kemunafikan". Perilaku lahiriah memenuhi ekspektasi sosial, namun batinnya bisa saja tetap "kotor".
5. Ini adalah kritik Whitehead terhadap teori sosiologi Emile Durkheim tentang agama, sebagaimana dapat diikuti dalam Les formes élémentaires de la vie religieuse, Paris, 1912. Bagi Durkheim, agama semata-mata adalah gejala sosial. Whitehead tidak menolak mentah-mentah pendapat ini. Dia menunjuk pula bahwa "agama sosial" hanyalah satu fase dari perkembangan religiositas manusia.
6. Solitariness diterjemahkan dengan ‘kesendirian" dan tentu bukan dengan ‘kesepian" (loneliness). Dalam kesendirian menghadapi Dia Yang Sendiri, manusia mengambil jarak dari stimuli sosial dan keluar dari kungkungan "wacana" dan penjara "kebiasaan". Dalam kesendirian menghadapi Dia Yang Sendiri, manusia dapat mencermati dan menimbang-nimbang cara pandang dan kebiasaan komunitarian, baik itu "suku", "kelas", bahkan "umat" tempat dia menjadi anggota. Kesendirian memutuskan, untuk sementara, hubungan dengan kesadaran suku, kesadaran kelas, atau kesadaran "primordial".
7. Tuhan Sang Suwung: Pada inti setiap pengalaman religius, ada perasaan ditinggalkan, bahkan oleh Tuhan sendiri. (RM, h. 20.)
8. Tuhan Sang Musuh: Dalam stadium awal dari kemunculan agama, Tuhan lebih sering dialami sebagai Kekuatan menakutkan yang dapat mencelakakan manusia. Manusia mencoba membujuk agar terhindar dari murka dan kalau bisa Kekuatan itu menguntungkan dirinya. "Tingkah laku kita adalah benar apabila membuat dewa-dewi melindungi diri kita; tingkah laku kita adalah keliru apabila menggugah dewata yang mudah marah untuk menghancurkan kita. Agama semacam itu adalah cabang dari diplomasi". (RM, h. 41.)
9. Dalam pemikiran Whitehead, Tuhan Sang Sahabat ialah konsep yang paling matang atau dewasa dalam evolusi agama-agama. Inilah konsep Tuhan yang bersifat "dwikutub" (bipolar nature of God) dari filsafat proses. "Kedwikutuban" Tuhan ini terutama dieksplisitkan kemudian dalam karya filsafat Whitehead yang paling sistematis dan diberinya judul Process and Reality yang terbit 3 tahun sesudah RM. Tuhan yang "dwikutub" itulah Tuhan yang dalam penutup PR disebutnya sebagai "the fellow sufferer who understands". Dalam "consequent nature"-Nya, Tuhan menjadi "muara" atau "tumpahan" semua pengalaman (feeling) dari semua yang ada (actual entities). Tuhan adalah Sahabat karib kepada siapa seluruh ciptaan "mencurahkan hatinya". Dalam "primordial nature"-Nya, Tuhan menjadi "pola" bagi dan menginformasikan nilai kepada setiap entitas yang mengaktual. "What is done in the world is transformed into a reality in heaven, and the reality in heaven passes back into the world. By reason of this reciprocal relation, the love in the world passes into the love in heaven, and floods back again into the world. In this sense, God is the great companion—the fellow sufferer who understands" (PR, h. 351, italik ditambahkan). Lihat juga Alois A. Nugroho, "Memahami posisi pro-choice Charles Hartshorne: Dari Filsafat Ketuhanan ke Etika Terapan", Dari Etika Bisnis ke Etika Ekobisnis, Jakarta: Grasindo, 2001, hh. 137-149.
10. "But the end of religion is beyond all this" (RM, h. 17). Apa yang dalam filsafat proses disebut sebagai "final satisfaction" atau—dalam filsafat Aristotelian—"final causation" dari agama bukanlah unsur-unsurnya yang bersifat komunitarian ini. Itulah sebabnya, sebelumnya telah dikatakan oleh Whitehead, ". . . if you are never solitary, you are never religious" (RM, h. 17).
11. Ungkapan "Tuhan beserta kita" sering digemakan dalam konteks tribalisme dalam rangka mengalahkan, menghancurkan, dan menumpas komunitas lain. Kemajuan agama mengandaikan sikap kritis terhadap konsep Tuhan seperti ini. "In all stages of civilization the popular gods represent the more primitive brutalities of the tribal life. The progress of religion is defined by the denunciation of gods. The keynote of idolatry is contentment with the prevalent gods" (AI, h. 11).
12. "The progress of civilization is not wholly a uniform drift towards better things" (SMW, h. 1). Dalam halaman-halaman awal SMW yang terbit setahun lebih dahulu dari RM ini, Whitehead sekadar mengingatkan reaksi dari pihak agama terhadap imajinasi bebas Giordano Bruno, terhadap sikap ilmiah Galileo Galilei, juga pertumpahan darah antaragama yang menyertai munculnya Gereja Reformasi.
13. "Transcendent importance [of religion]": bukan agama apa adanya (religion as it is), melainkan agama seperti seharusnya (religion as it should be).
14. Ini mengacu secara implisit pada Markus 15: 34, "Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Lihat juga Matius 27: 46.
15. Whitehead mengacu pada teori psikologi tentang "Funktionslust" yang pada saat itu populer.
16. Sekali lagi, Whitehead tidak menolak seluruh teori Durkheim tentang agama. Agama komunitarian diakui sebagai salah satu tahap penting dalam perkembang
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)