Mencari Tuhan Sepanjang Zaman
9 dari 13
Chapter sebelum
Tiga Badan dan Roh (1)
Chapter berikut
Empat Kebenaran dan Kritik (1)
#9
Tiga Badan dan Roh (2)
35. "Rute peristiwa" ialah urut-urutan atau suksesi dari peristiwa, yang sambung-menyambung dan memiliki karakter yang sama, sehingga mengesankan adanya "identitas" yang "lebih dari hanya sekejap". Jiwa adalah "route of (dominant) occasions of experience", yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang sambung-menyambung dalam kehidupan psikis kita, dalam kekinian yang dalam sekejap akan menjadi ketadian dan diganti kekinian baru. Dan "permanensi" ini akan memungkinkan kita menghadapinya sebagai sesuatu yang memiliki "rentang waktu" yang cukup lama, yang ditandai oleh identitas sekaligus kebaruan. "Jiwa" adalah term abstrak untuk mengacu peristiwa-peristiwa tertentu yang sambung-menyambung itu.

36. Yang berasal dari pengalaman religius, misalnya kesaksian para murid dan rasul yang melihat Yesus sesudah Kebangkitan. Yang bukan berasal dari pengalaman religius, misalnya kontak dengan arwah orang yang sudah meninggal atau bentuk-bentuk lain dari "extra sensory perception". Namun, Whitehead tetap menganggap perlu adanya lebih dahulu teori umum atau metafisika yang mampu mempertanggungjawabkan secara rasional "ketidakmatian" aktualitas dalam arti itu. Tanpa teori umum itu, kejadian-kejadian luar biasa akan sangat sulit diinterpretasikan. Whitehead tidak menolak kemungkinan itu. Tetapi, dari deskripsi metafisisnya, yang dapat dipertanggungjawabkan ialah "imortalitas objektif", ketika setiap epochal occasion yang perishing menjadi bagian dari latar (ground atau antecedent occasion), menjadi bagian dari data (dunia) dalam prehensi aktualitas baru. Lebih dari itu, bila setiap epochal occasion kita sebut "dia yang lenyap", maka pada kelenyapannya, aktualitas itu akan diprehensi oleh "Dia yang tidak lenyap", yang oleh Whitehead disebut "the fellow sufferer who understands", yakni Tuhan dalam "consequent nature".

37. Apa yang ingin dipahami oleh Whitehead ialah proses atau "menjadi" dan "identitas" atau karakter yang berkanjang dalam kenyataan. Dalam bahasa PR, "fluency" dan "permanence" (PR, hh. 208-215). Para filosof yang melebih-lebihkan peranan "fluency" akan mengembangkan "metaphysics of flux", misalnya David Hume dan sudah jauh lebih dulu yaitu Herakleitos ("panta rhei"). Para filosof yang berpihak pada "permanence" akan mengembangkan "metaphysics of substance". Spinoza, contohnya. Juga, kenyataan sungguh-sungguh tidak bisa dibagi menjadi dua jenis substansi, yang satu berubah (etre-pour-soi dalam filsafat Sartre) dan yang lain permanen (etre-en-soi dalam filsafat Sartre). Filsafat Proses diolah untuk mengatasi kelemahan-kelemahan seperti itu. Karena itu, Filsafat Proses tidak seyogianya dimengerti sebagai filsafat yang memberi penekanan pada "flux", pada "mengalir", pada "menjadi". Bagi Filsafat Proses, permanensi itu hakiki, permanensi adalah berkanjangnya suatu karakter yang juga merupakan ciri dari kenyataan.

38. Bahasa teknis bagi "penyisihan" dan "penggabungan" berdasarkan relevan atau tidaknya hal yang disisihkan atau digabungkan itu dengan tujuan aktualisasi diri ini ialah "prehensi negatif" dan "prehensi positif". Prehensi negatif itu exclusion, prehensi positif itu inclusion.

39. "Konsekuens ideal" (ideal consequent) ialah yang pada mulanya disebut initial aim, diinformasikan oleh Tuhan kepada entitas yang sedang mengaktual, kemudian entitas itu memprehensinya (positif maupun negatif) dan merealisasikannya menjadi "subjective aim". Dalam arti ini, suatu "peristiwa sekejap" betul-betul merupakan konsekuensi ideal yang menjadi konsekuensi riil, atau juga realisasi dari "subjective aim".

40. Entitas aktual ialah bergabungnya "ada" dengan "tiada", dalam arti penggabungan antara sesuatu yang sudah jadi fakta dan sesuatu yang belum ada, sesuatu yang masih berbentuk kemungkinan, yang dipersepsi dalam bentuk "initial aim" atau "konsekuens ideal".

41. Konkresensi sebagai "peristiwa sekejap" atau "setetes pengalaman" adalah "pengalaman estetis", yang ditandai oleh perwujudan kontras menjadi harmoni, "harmony out of contrast" atau—dalam istilah Prigogine dan Stenger—"order out of chaos".

42. Bagi Whitehead, kesadaran terkait dengan beberapa pengalaman dari pengada yang lebih kompleks, semisal manusia. Kesadaran melibatkan konfrontasi antara yang sudah riil dan yang masih berupa kemungkinan; dan ini terjadi dalam pengalaman proposisional (propositional feeling), artinya dalam pengalaman yang kompleks, kita tidak hanya memersepsi data, tetapi juga memutuskan "kenyataan ini adalah kenyataan yang begini" atau "kenyataan itu adalah kenyataan yang begitu". Dengan demikian, kesadaran juga tidak mungkin tanpa prehensi fisik. Tentu saja kesadaran melibatkan tingkat lebih tinggi dari mentalitas, namun mentalitas pada dirinya sendiri adalah abstrak, jadi tidak sadar.

43. Setiap entitas aktual memuat dua kutub, yaitu fisik dan mental. Integrasi kedua kutub ini tercapai dalam kesatuan pengalaman "konkresi" (PR, h. 108).

44. Yang dimaksud di sini ialah manusia, produk dari "upward trend" dalam evolusi kosmis. Tentang "upward trend" sebagai masalah kosmologis, lihat buku Whitehead yang lain, Fungsi Rasio (Yogyakarta: Kanisius, 2001).
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)