Mencari Tuhan Sepanjang Zaman
7 dari 13
Chapter sebelum
Dua Agama dan Dogma (1)
Chapter berikut
Tiga Badan dan Roh (1)
#7
Dua Agama dan Dogma (2)
31. Anselmus (1003-1109) adalah Uskup Canterbury, Inggris. Ia menyodorkan bukti tentang Tuhan yang sejak Immanuel Kant disebut "bukti ontologis". Anselmus mendefinisikan Tuhan sebagai "sesuatu yang tak dapat dipikirkan lebih besar lagi". "Sesuatu yang tak dapat dipikirkan lebih besar lagi" itu tentu tidak mungkin hanya ada di dalam pikiran, karena "yang sungguh-sungguh ada di luar pikiran" akan dapat dipikirkan lebih besar lagi daripada yang ada di pikiran belaka. Jadi, Tuhan ialah yang tak dapat dipikirkan lebih besar lagi, serta sungguh-sungguh ada.

32. "This doctrine of necessity in universality means that there is an essence to the universe which forbids rela-tionship beyond itself, as a violation of its rationality. Speculative philosophy seeks that essence". (PR, h. 4.) 33. Matius 12: 28: "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."

34. 1 Yohanes 4: 8: "Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."

35. Logia, kata Yunani yang merupakan bentuk jamak dari "logion", berarti "aforisma", atau katakanlah "kata-kata mutiara".

36. "Belahlah batang pohon, dan Aku pun di situ." Sukar membayangkan "Yang Lain Yang Mutlak", yakni Tuhan sebagaimana digambarkan oleh Emmanuel Levinas, seorang eksistensialis yang amat dipengaruhi oleh Yudaisme, akan pernah mengucapkan ungkapan-ungkapan serupa.

37. Para teolog liberal tak ada hubungannya dengan "liberation theology" (teologi pembebasan) yang baru berkembang di Amerika Latin dua dasawarsa sesudah Whitehead meninggal. Yang dimaksud ialah para teolog-liberal dalam Protestantisme yang menganggap ajaran Kristiani itu pada awalnya sederhana, yakni berupa pesan kemanusiaan semata-mata, yang kemudian hari dibuat rumit dan pelik oleh Paulus.

38. Ketiga konsep ketuhanan yang begitu amat sederhana seperti sudah disinggung di muka ialah: pertama, yang menggambarkan Tuhan sebagai orde imanen dalam dunia; kedua, yang memahami Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta yang transenden; dan ketiga, yang menghayati dunia sebagai fase atau "sisi tampak" dari Tuhan. Skema metafisis ketiga paham itu "ekstrem" dalam arti "terlampau sederhana". Dibutuhkan konsep-konsep metafisis yang lebih canggih. Analisis atas bahasa religius, dengan mengupas kata-kata yang dipakai, tidaklah memadai, karena kata-kata lebih menyembunyikan kompleksitas makna dan bukannya menjelaskannya.

39. Dalam visi komprehensif Abad Pertengahan, kosmologi dan teologi memperlihatkan keterkaitan yang amat mendalam. Tak terhindari, pudarnya gambaran-dunia atau kosmologi Abad Pertengahan memerlukan pula adanya revisi pada gambaran-Tuhan. Sains (gambaran-dunia) atau agama (gambaran-Tuhan) memiliki kecenderungan untuk mengekstrapolasi pandangan masing-masing. Dalam visi yang komprehensif, keduanya mendapatkan tempat yang di dalamnya mereka dapat menguji kadar kebenaran masing-masing. Revisi pada yang satu akan memengaruhi yang lain.

40. Agama tidak hanya berbicara tentang fakta, tetapi juga tentang nilai dan akhirnya standar penilaian. Tentang ini, Immanuel Kant membedakan "kebaikan yang masuk akal" (sensible good) dan "kebaikan moral" (moral good).

41. Yang dimaksud dengan apa yang aktual dan fana (passing) ialah dunia ini.

42. Yang dimaksud di sini ialah setiap entitas aktual yang "meniada" (perishing) menyumbangkan diri kepada sesuatu yang "imortal", ialah Tuhan dalam aspek consequent nature of God.
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)