Masukan nama pengguna
Hujan turun merinai seperti jarum-jarum halus, membasahi jalan Dutton Lane. Seorang lelaki berperawakan sedang bergegas memasuki bangunan kecil berdinding kaca bertuliskan public phone, di sudut jalan. Tangan lelaki itu gemetar merogoh sekeping koin dari saku celana jins bututnya. Sebentar ia berpikir, mengingat-ingat nomor yang akan dihubungi. Tak ada koin tersisa untuk mengulang panggilan seandainya dia salah men-dial nomor.
Ini kota asing, dia tak punya kenalan lain, selain Carla--Carla Soriano--perempuan yang dikenalnya setahun lalu ketika sedang berada di Bali untuk mengikuti acara pertemuan sastrawan antarbangsa. Sesekali setelah perkenalan itu, mereka berkomunikasi lewat email. Hanya sesekali. Tak lebih.
Telepon tersambung, yang mengangkat seorang lelaki bersuara berat. Menjawab gusar--mungkin lagi mabuk--tegas mengatakan tak ada perempuan bernama Carla di rumah itu.
Ah, ternyata memang benar, ia men-dial nomor yang salah. Di luar hujan semakin menderas, dinding kaca menjadi berkabut dan lelaki itu mengusap-usap dengan punggung tangannya agar bisa melihat keluar dengan jelas.
Sekarang ia berada di sudut jalan Dutton Lane, Eastleigh, Hampshire. Lelaki itu berada di England, di tengah hujan, kehilangan kontak dan tanpa koin di saku untuk mengulangi panggilan telepon. Baru sekali ini matanya menghujan, tersesat sendiri di negeri asing. ©