Masukan nama pengguna
Suara gamelan itu terdengar sayup-sayup dikejauhan. Ada pesta di mana, bukankah ini di tengah hutan belantara? Aku melirik Joe yang sudah terlelap di dalam sleeping bag-nya. Aneh!
Perlahan kubuka pintu tenda yang terbuat dari kain parasut. Bunyi ritsletingnya terdengar seperti gesekan belati. Suaranya tajam memecah keheningan malam. Aku melihat ada bayang hitam mengendap-endap di luar sana. Sosok tinggi besar agak membungkuk.
"Hei! Siapa di sana?" teriakku.
Sosok tinggi besar dan membungkuk itu berlari seperti melompat-lompat. Hilang di balik hutan yang juga terlihat seperti bayang-bayang hitam. Pekat.
"Ada apa, Dit?" Joe menegurku tiba-tiba.
"Sialan! Kau mengagetkan saja," umpatku kesal.
Suara gamelan semakin mendekat dan terdengar lebih jelas. Aku kembali mengintip dari pintu tenda yang terbuka sedikit.
"Kita harus membangunkan teman-teman yang lain, Joe."
"Kenapa?" tanya Joe bingung.
"Aku merasa ada yang aneh dengan tempat ini."
"Maksudnya?" Joe masih terlihat bingung.
Aku menoleh, menatap Joe.
"Kau tidak tahu, sekarang kita berada di mana?"
Joe menggeleng pelan.
"Tidak, aku tidak tahu ...."
Adit menutup laptop dan menyudahi tulisannya sambil berujar lirih, "Kalian terjebak di chapter tiga belas!" ©